MEDAN, KOMPAS.com - Cuaca sedikit terik pekan lalu. Seorang perempuan berkaos merah berjalan memasuki dapur. Bukan sembarang dapur, karena dari tempat itu lah berbagai minyak berkhasiat dan menyembuhkan dimasak sejak bertahun-tahun lalu.
Dari tempat itu lah Minyak Karo Laucih diproduksi kemudian dikirimkan kepada ratusan reseller dari Aceh hingga Papua.
Perempuan tersebut bernama Pakenta br Ginting, ibu dari Nuansa Putra Kaban, generasi ketiga yang memproduksi Minyak Karo Laucih.
Ditemui di rumah produksinya di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan beberapa waktu lalu Nuansa menjelaskan bagaimana upaya melestarikan warisan leluhur secara turun temurun.
"Kalau sejarah Minyak Karo Laucih ini sebenarnya kita sudah, saya pribadi sudah keturunan ketiga dalam mengelola usaha ini. Namun dalam sejarahnya, jauh sebelum itu, nenek moyang leluhur kita sudah melakukan proses pembuatan atau produksi ini," ujarnya.
Baca juga: Buka Bisnis Nail Art Layanan Door to Door Saat Pandemi, Mona Tirta Bisa Balik Modal 4 Bulan
"Misalnya ada orang terluka atau butuh sesuatu untuk mengobati penyakitnya, sama bolang atau nenek kita itu hanya dikasih saja dengan cuma-cuma," ujarnya.
Minyak yang diproduksi itu pun tidak ada merk atau label. Pengemasannya pun beragam. Mulai dari menggunakan plastik, batok kelapa. jrigen, dan lain sebagainya. Tetap tidak ada proses komersil, yang ada hanya barter.
"Barternya ketika mereka merasa bermanfaat, mereka bawa kelapa, ayam, gula sebagai gantinya. Jadi tak ada uang untuk membeli. Tidak boleh diperjual belikan," katanya.
Baca juga: Di Tangan Guru SMA Ini, Mawar Jadi Produk Kecantikan, Minuman, hingga Camilan
Sengaja diberi nama Laucih untuk menyesuaikan nama daerah. Ide membuat label Laucih itu muncul dari almarhum ayahnya, Tjonto Kaban dan dirinya pada tahun 1999. Seiring dengan itu dimulai proses perizinannya.
"Orang pada saat itu mencari banyak sekali, orang bertanya, oh, minyak biring Laucih, iting Laucih, yang di laucih, jadi Laucih itu jadi seperti sebuah ikon jadinya dan itu kita pakai branding yang kita gunakan," katanya.
Baca juga: Modal Awal Pinjam Sana Sini, Kini Bisnis Kedai Kopi 4 Anak Muda Beromzet Rp 100 Juta Per Bulan