Salin Artikel

Kisah Johan, Sukses Beternak Kalkun hingga Buka Usaha Kuliner, Berawal dari Tak Bisa Makan Daging

MEDAN, KOMPAS.com - Tak memiliki latar belakang sebagai peternak, pengusaha advertising atau periklanan di Medan sukses beternak kalkun.

Bahkan, kini dia memasok telur kalkun hingga ke Aceh. Dia pun memiliki usaha kuliner kalkun dengan citarasa khas.

Uniknya, dia memelihara kalkun karena asam urat dan tak bisa makan daging selama 20 tahun.

Namanya M Johan Sipahutar. Usaha advertising sudah digelutinya sejak tahun 1990-an. Sementara beternak kalkun dimulainya sejak 3 tahun lalu.

Dia mengaku ada cerita unik untuk memulai ternak kalkun.

"Saya sudah 40 tahun sakit asam urat dan 20 tahun lebih tak makan daging. Makan daging ayam sedikit saja, langsung kumat asam urat saya," ujar Johan.

Namun, ada satu momen dia bertemu dengan temannya di suatu tempat. Temannya itu menepuk pundaknya sembari mengatakan, dia sebenarnya masih bisa makan daging, yakni daging kalkun.

Temannya itu lantas menyuruhnya googling tentang kalkun. Dia turuti perkataan temannya itu. Menurutnya, kalkun itu tidak ada kolesterolnya.

"Lalu saya pesan lah satu ekor dari Semarang.  (Beratnya) 6 kg, 3 hari singkatnya saya makan daging kalkun. Alhamdulillah ya Allah (tidak kumat asam urat). Sehingga saya terinspirasi, saya harus memelihara kalkun. Itu lah awalnya lebih kurang 3 tahun lalu," katanya.

Johan menjelaskan, dari 8 jenis kalkun, dia memelihara kalkun untuk konsumsi dan hias. Hanya saja, Johan lupa siapa temannya yang memintanya untuk mencoba kalkun itu.

"Saya lupa siapa teman saya itu dulu. Padahal mau bilang ini saya sudah beternak kalkun dan kulinernya dan mau bilang terima kasih. Saya lupa ya Allah," ujarnya.

Johan memiliki tempat pemeliharaan kalkun di Jalan Amal, Sunggal, Medan, dan di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang.

Tak hanya kalkun, ada juga ayam kampung. Dia memasok telur atau anakan kalkun ke Aceh. Prospek beternak kalkun menurutnya sangat menguntungkan.

"Saya merasa yakin kalau ini ditekuni, ini menguntungkan. Saya masih prinsipil dalam hal kualitas dari daging kalkun itu sehat. Kalau sekarang orang ragu karena di samping harga mahal, pemasaran tak tahu kemana. Maka saya kasih proteksi kalo beli bibit ke kita, kita pastikan berapa pun panennya, kita tampung dengan harga pasaran," ungkap Johan.

Bagi siapapun yang ingin beternak kalkun, bisa memulai dari anakan atau day old chicken (DOC). Umurnya sekitar satu-dua bulan yang terdiri dari satu ekor jantan dan 3 ekor betina.

Ada alasan kenapa betina harus lebih banyak.

Menurutnya, kalkun gemar kawin. Jika hanya ada satu, betinanya akan terluka karena dipatok saat kawin.

Suka duka beternak kalkun

Johan pernah mengalami kerugian besar saat kalkunnya mati. Penyakit yang paling sering menyerang kalkun adalah snot dengan gejala seperti flu, mata dan muka bengkak. Bila terkena, jarang kalkus yang selamat.

"Dulu kita mulai dari otodidak karena emosional waktu itu. Jadi pelihara kalkun memang gak punya latar belakang sedikit pun. Tapi begitulah dicoba Allah rupanya. Umur 3 bulan kita punya anakan kalkun kena penyakit snot. Waktu itu lebih kurang 300 ekor usia tiga bulan mati. tapi saya gak kapok. Saya cari lagi," katanya.

Dari pengalamannya, untuk mengatasi penyakit itu dan membuat kalkunnya lebih sehat, dia memberi minuman campuran dari jahe, kunyit, pinang muda, gula merah yang diblender.

Kalkun berusia 3 bulan sudah bisa diberi minuman tersebut.

"MUdah-mudahan dia tak akan kena snot lagi. Paling kutil, itu gampang, kasih betadin sembuh," katanya.

Memelihara kalkun, menurutnya lebih ekstra dibanding ayam. Dari DOC hingga 3 bulan, kalkun tidak boleh menyentuh tanah. Kandang dibuat tinggi dengan para-para dan kondisinya kering.

"Itu kenapa di sini kami kasih kandang seperti ini. Tak boleh sentuh tanah mungkin karena kulitnya tipis ya," beber dia.

Diberi pakan organik

Johan menjelaskan, puluhan ekor kalkun di kandangnya hanya diberi makanan organik yang terbuat dari 20 persen dedak, ditambah 50 persen dedaunan, kol, sawi dan limbah sayuran lainnya.

Di lahannya dia juga menanam daun indigovera yang memiliki manfaat baik bagi perkembangan kalkunnya.

Prospek menguntungkan

Beternak kalkun, menurutnya akan menguntungkan. Sebab saat ini dua tempat kuliner kalkun dengan bumbu khas Aceh masih kekurangan pasokan.

Tidak cukup kalau hanya mengandalkan dari kalkun yang dipeliharanya. Dia juga mendatangkan kalkun dari Sumatera Barat.

"Untuk kesehatan ini baik. Saya asam urat tapi bisa makan ini. Jadi besar potensinya," katanya.

https://medan.kompas.com/read/2022/11/11/162434278/kisah-johan-sukses-beternak-kalkun-hingga-buka-usaha-kuliner-berawal-dari-tak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke