MEDAN, KOMPAS.com - Terik beranjak naik saat Kompas.com tiba di Desa Cempa, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Lima menit membelok ke kanan dari jalan lintas Langkat-Aceh, terlihat gerbang tanpa pagar.
Inilah pintu masuk menuju Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Klas III Langkat. Saat menyusurinya, suasana terasa gersang meski beberapa pohon jati tumbuh menghalau panas.
Tepat di halaman gedung, bangkai kendaraan yang dibakar para narapidana saat kerusuhan pada 16 Mei lalu, masih tergeletak. Kaca-kaca jendela pecah, sebagian pecahan kaca masih bertengger di kusen.
Bekas terbakar pun masih terlihat jelas di beberapa sudut. Memasuki pintu tanpa daun, isi gedung terlihat kosong melompong. Seorang pria berseragam biru langit dengan simbol Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkumham), menyambut.
Baca juga: Pascakericuhan, Kepala Lapas Narkotika Langkat Dicopot, Seluruh Pegawai Diganti
Setelah mengenalkan diri dan maksud kedatangan ingin melihat kondisi terkini, serta jika memungkinkan mewawancarai beberapa tahanan. Petugas bertubuh kecil itu mengarahkan masuk ke ruang tunggu dan bertanya kepada petugas di sana.
Kembali melewati pintu kaca yang bolong. Beberapa petugas Lapas yang hampir seluruhnya orang baru dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Wilayah Sumut setelah mendengarkan tujuan kedatangan kompak tidak mengizinkan bertemu Pelaksana Tugas Kepala Lapas yang baru, Muhammad Tavip.
Alasan mereka, yang bisa memberikan keterangan hanya orang yang jabatannya satu tingkat lebih tinggi di atas Plt Kalapas, misalnya kepala divisi atau langsung kepala kantor wilayah.
Dijelaskan sudah mendapat izin dari Humas Kanwilkumham Joshua Ginting, petugas bernama Indra menyuruh menunggu sebentar.
Sambil menunggu, terlihat para tahanan pendamping (tanping) berkaos hijau dan merah sibuk membersihkan puing-puing, pecahan kaca, dan mengepel lantai.
Seorang petugas bernama Syahrial terlihat membaur bersama para tanping. Dipancing obrolan ringan, dia mengaku sepeda motornya menjadi salah satu korban pembakaran. Padahal, kata dia, baru saja selesai kreditnya.
"Sedang menikmati masa-masa cicilan lunas, jadinya malah begini. Entah apa maksudnya mereka, kok merusaki barang yang tidak bersalah. Diganti gak itu, ya?" ujarnya, Selasa (21/5/2019) siang.
Ditanya saat kerusuhan terjadi, dirinya berada di mana, Syahrial bilang lari menyelamatkan diri daripada cari mati. Menurutnya, para warga binaan bukan berniat melarikan diri, hanya ingin merusak.
Setelah melakukan perusakan, para warga binaan berkumpul di halaman lalu menurut masuk kembali ke dalam Lapas saat digiring petugas. Memang ada juga yang mengambil kesempatan kabur, tapi jumlahnya tak sebanyak yang kembali ke tahanan.
"Lari, ya lari Buktinya 1.000 lebih yang lari cuma 50 kan? Berarti orang itu memang gak berniat lari, niatnya merusak," katanya lagi.
Tak lama, Plt Kalapas Tapiv datang. Dia langsung blak-blakan mengatakan dirinya tidak punya kewenangan memberikan keterangan apapun kecuali kadivpas atau kakanwil.