Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Daging Anjing di Medan, dari Pasar hingga Piring Makan (2)

Kompas.com - 22/02/2018, 14:59 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com — Di Pajak Pancurbatu di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, anjing-anjing yang dijajakan terbungkus karung dan terikat tali. Tak jauh dari situ ada anjing-anjing berjejal di dalam kandang dari kawat atau besi.

Mereka dijual untuk dikonsumsi dengan harga mulai Rp 40.000 per kilogram.

Di Medan, berbagai rumah makan dan lapo tuak yang menyajikan hidangan daging anjing tersebar. Meski terang-terangan menjual menu daging anjing, banyak pemilik warung yang enggan berbicara dan ketakutan. Begitu pula penikmatnya.

Namun, ada juga para penikmat yang secara terbuka mengakui alasan mereka menyukai menu daging anjing. Apa kata mereka?

(Baca selengkapnya: Perjalanan Daging Anjing di Medan, dari Pasar hingga Piring Makan (1))

Arman Peranginangin (43) mengaku sudah makan daging anjing dari kecil. Di keluarganya, kebiasaan menyantap menu daging anjing ditularkan dari ayahnya.

Keluarganya dikenal ke seluruh kampung karena sering memotong anjing dan mengundang para tetangga untuk ikut menyantapnya.

“Dari kecil, aku sudah makan daging anjing, minimal sebulan sekali. Gara-gara suka memotong anjing, kami jadi terkenal di kampung. Apalagi, ayahku suka mengundang para tetangga kami,” kenangnya.

Kebiasaan masa kecil ini terus terbawa hingga sekarang.

“Kebiasaan ini tak bisa kutinggalkan. Bawaan badan dan hati kayaknya harus makan daging anjing aku. Itu pun sudah kukurangi. Maklum, usia makin tua, ketahanan fisik menurun. Sekarang kalau sudah kebanyakan makan daging anjing, kepalaku pusing dan pundak terasa berat. Sebelumnya, sikat terus,” kata Arman.

Ayah satu anak yang tinggal di kawasan Johor, Kota Medan, ini mengaku tidak seperti ayahnya yang memotong sendiri anjing yang hendak mereka makan. Arman memilih makan di rumah makan khas Karo yang biasa juga menyajikan menu babi panggang karo (BPK) yang menyediakan daging anjing.

“Aku suka kali daging anjing panggang. Sekali makan bisa dua porsi, satu porsi dagingnya dan satu porsi lagi bagian dalam, hati, usus, dan jantung. Sekali makan habislah Rp 50.000,” ucapnya.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai eksportir karet ini mengaku hapal lokasi rumah makan yang menyediakan menu daging anjing yang enak di sekitar Kota Medan dan Kota Binjai, dan dia lebih suka menyantap daging anjing sebelum matahari terik, sekitar pukul 10.00 pagi.

“Dagingnya harus segar, baru dipotong, bukan sisa kemarin. Pernah ketahuan aku pemilik rumah makan mencampur dagingnya, marah aku. Heran yang punya rumah makan, kok tahu aku. Sejak itu, selalu dikasihtahunya aku sebelum disajikan,” ucapnya.

Sementara itu, Damai Mendrofa yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, mengatakan, dia sekeluarga percaya bahwa daging anjing membawa manfaat.

”Untuk anak-anak, daging anjing menyembuhkan demam. Untuk orang dewasa, menambah daya tahan tubuhnya,” tuturnya.

Di daerahnya, peminat daging anjing cukup banyak. Harga daging anjing yang masih hidup sekilonya sekitar Rp 25.000. Sementara menu daging anjing yang sudah masak harganya Rp 15.000 seporsi.

“Satu porsi itu sedikit, hanya sepiring kecil. Kalau pas selera, enaknya digoreng dan dimasak pakai bumbu saksang. Terus makannya pakek (pakai) sambal cabe, potongan asam dan kecap asin,” kata Damai.

Seusai menyantap hidangan tersebut, ayah tiga anak ini mengaku merasakan hangat di sekujur tubuh. Dia lebih menyukai daging anjing daripada babi.

Damai menjelaskan, daging anjing lebih berserat ketimbang daging babi. Memang, daging anjing bisa lebih amis, namun mereka yang sudah terbiasa mengolahnya bisa membuat menu daging anjing tanpa bau amis.

Dia mengaku tidak takut dengan ancaman rabies jika salah memakan daging anjing yang terjangkit penyakit anjing gila itu.

“Rabies itu kalau yang makan anjing gigit anjing lain, rabieslah anjingnya,” ungkapnya.

Bersambung ke halaman 2

 

Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com