Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tragis Orangutan: 24 Peluru di Badan dan Coba Bertahan Hidup dengan Kebutaan

Kompas.com - 29/11/2019, 08:25 WIB
Dewantoro,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com— Satu individu orangutan sumatera (Pongo abelii) dewasa berjalan di tanah di suatu perkebunan kelapa sawit.

Tangannya menggapai-gapai ke atas seperti ingin memanjat. Badannya kemudian menabrak pelepah kelapa sawit.

Gambaran tersebut terlihat dari sebuah video pendek yang ditunjukkan Pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Panut Hadisiswoyo, saat ditemui di kantornya, di Medan, Kamis (28/11/2019) siang. 

Dikatakan Panut, orangutan tersebut bernama Paguh. Dia dievakuasi dari sebuah perkebunan kelapa sawit di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, pada Rabu (20/11/2019), oleh tim The Human-Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU) bersama tim dari BKSDA Aceh. 

"Memang kondisinya sudah berada di tanah, kondisinya seperti tidak bisa melihat dan berada di dalam perkebunan kelapa sawit masyarakat," katanya.

Baca juga: Diberondong 24 Peluru, Paguh si Orangutan Tak Lagi Bisa Melihat

Menurut dia, orangutan tersebut dalam kondisi terdesak dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup.

Saat menemukannya, tim mencurigai orangutan tersebut tidak bisa melihat atau buta. Dari situ kemudian tim membiusnya.

"Tim mencurigai matanya mengalami kebutaan akibat kontraksi dengan benda tajam dan juga infeksi akibat benda tajam atau peluru (senapan angin)," katanya. 

Dugaan adanya peluru senapan angin, kata dia, sudah terkonfirmasi dari pihak Sumateran Orangutan Conservation Programme (SOCP). Diketahui, SOCP adalah pengelola Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang. 

"Di dalam tubuh orangutan itu ada 24 peluru senapan angin di mana dari 24 peluru itu, 16 berada di kepala, termasuk di bagian wajah orangutan," katanya. 

Panut menjelaskan, lokasi tersebut berdekatan dengan Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang menjadi habitat orangutan sumatera di wilayah Aceh Selatan. Kawasan tersebut, kata dia, menjadi habitat lebih dari 1.300 orangutan sumatera.

"Ada beberapa tempat yang terjadi deforestasi, pembukaan lahan perkebunan sehingga beberapa orangutan terdesak harus keluar dari habitat alaminya, sehingga tersesat di dalam kebun," katanya.

Selanjutnya, terjadilah banyak interaksi dengan manusia. Menurut dia, istilah konflik sedikit radikal karena sebenarnya orangutan kehilangan habitatnya mendapatkan interaksi yang sangat frontal.

"Sehingga ada beberapa masyarakat yang melihatnya sebagai hama dan satwa menakutkan, tidak ada toleransi," katanya.

Baca juga: Derita Orangutan Paguh, Mata Buta Kena Tembakan Senapan Angin, Ada 24 Peluru di Tubuh

Dijelaskannya, setelah dievakuasi dan diperiksa, orangutan tersebut dibawa ke Pusat Karantina Orangutan Batu Mbelin untuk melakukan proses penyembuhan. Menurut dia, kondisi orangutan itu tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan atau dikembalikan ke habitat aslinya di SM Rawa Singkil. 

"Tapi saya tidak yakin matanya sudah buta dan bisa pulih kembali," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com