MEDAN, KOMPAS.com - Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Azhar Harahap mengatakan bahwa ada perbedaan perlakuan antara babi yang terkena virus demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF) dengan ayam yang terserang flu burung (H5N1).
Ayam yang terkena flu burung dilakukan pemusnahan, sedangkan babi yang terkena ASF tidak.
"Menyakiti saja tidak boleh, apalagi pemusnahan," katanya kepada wartawan saat konfernsi pers di kantornya pada Jumat petang (17/1/2020).
Dijelaskannya, tentang pemusnahan memang diatur dalam Undang-undang.
Baca juga: Soal Babi Mati, Gubernur Sumut Tak Ingin Ulang Pengalaman China Tangani ASF
Namun, pemusnahan itu hanya berlaku apabila adanya serangan virus pada ternak itu membahayakan nyawa manusia atau zoonosis.
Virus ASF, kata dia, hanya menyerang antar ternak babi, tidak ke hewan lainnya dan juga tidak ke manusia.
"Tetapi ini kan tidak ada itu. Makanya tidak ada stamping out (pemusnahan). Tidak usah dikhawatirkan ada pemusnahan, tidak ada itu," katanya.
"Kenapa flu burung ada pemusnahan, karena sudah membahayakan manusia, itu zoonosis. Pemusnahan flu burung itu untuk memutus mata rantainya," lanjutnya.
Baca juga: Babi di Sumut Mati karena Virus ASF, Edy Rahmayadi Merasa Dilema Lakukan Pemusnahan
Azhar mengklaim, Sumut menjadi provinsi yang berhasil mengendalikan penyebaran ASF.
Sumut, kata dia, berbeda dengan 9 negara lain yang lebih dulu mengalami serangan ASF dan terjadi kematian dalam jumlah yang besar.
Azhar menegaskan, tidak akan melakukan depopulasi babi di Sumut dan yakin tidak lama lagi dengan perkembangan 3 bulan ini, angka perkembangan ASF bisa ditekan.
"Kita menjadi satu-satunya provinsi yang bisa menekan perkembangan ASF, dari negara lain," katanya.
"Sampai sekarang kita baru 39.000. Di negara lain langsung habis," lanjutnya.
Baca juga: Cegah Penyebaran Virus ASF, 116 Kg Daging Babi Impor Dimusnahkan
Diketahui, populasi babi di Sumut mencapai 1,2 juta ekor.
Sebanyak 300.000 ekor di antaranya adalah yang dipelihara oleh perusahaan peternakan.
Di perusahaan peternakan babi, kata dia, bahkan tidak ada laporan kematian.
Hanya saja, masih mengalami kerugian karena tidak laku dijual.
"Dari yang biasanya 1 petak 25 ekor, ini 50 ekor," katanya.
Baca juga: Viral Mentan Sebut Kasus Babi Mati Terkait Demam Babi Afrika, Ini Kata Gubernur Edy
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.