KOMPAS.com - Hari ini, 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (IWD).
Di Indonesia, salah satu perempuan yang memiliki pengaruh besar adalah Ruhana Kudus asal Minang.
Ia tercatat sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia.
Pada 8 November 2019 lalu, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Ruhana Kuddus, berdasarkan keputusan Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Baca juga: Ruhana Kuddus, Sosok Pejuang dan Jurnalis Perempuan Pertama...
Ruhana Kudus lahir di Kotogadang, Kecamatan Ampek Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 20 Desember 1884.
Sang ayah, Muhammad Rasyad Maharajja Sutan adalah seorang Hoofd Jaksa yang rumahnya dijadikan sebagai tempat sekolah, bermain, membaca buku, majalah, dan surat kabar.
Saudara Ruhana adalah Sutan Syahril yang terkenal sebagai pahlawan nasional. Ia juga tercacat sebagai saudara sepupu H Agus Salim serta tante dari penyair terkenal, Chairil Anwar.
Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Ruhana Kuddus, Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2019
Kala itu, Ruhana muda merantau bersama sang ayah meninggalkan Kotagadang.
Dan pada tahun 1908, Ruhana yang berusia 24 tahun menikah dengan Abdoel Koeddoes seorang notaris yang juga dikenal sebagai penulis dan aktivis pergerakan.
Ruhana dan suaminya mulai mendidik kaum perempuan di Kotagadang. Sayangnya yang dilakukan Ruhana dianggap merusak tatanan di Kotagadang.
Kehidupan sosial Minangkabau yang memberlakukan sistem matrilineal, pewarisan dan kepala keluarga mengikuti garis keturunan ibu dan disandingkan dengan ajaran Islam menumbuhkan pola kehidupan sosial yang sangat protektif terhadap perempuan.
Mereka kemudian merantau ke Padang Panjang dan Maninjau. Ruhana lalu mendalami agama dan mempelajari kedudukan perempuan dalam Islam kepada Buya Syekh Abdul Karim bin Amrullah, ayah Buya Hamka.
Baca juga: Mengenang Ruhana Kuddus, dari Jurnalis Perempuan Pertama hingga Pahlawan Nasional
Perkumpulan tersebut disepakati oleh 60 perempuan serta empat orang ninik-mamak, dan ulama.
Amai Satia dibentuk untuk memajukan perempuan Kotagadang dengan membekali mereka dengan ilmu dan ketrampilan.