Karo merupakan salah satu daerah penyangga kawasan wisata Danau Toba.
Salah satu varian kopi arabika yang banyak diminati adalah Sigararutang.
"Dinamai kopi sigararutang karena petani beranggapan hasil kopinya dapat segera membayar utang modal. Soalnya, waktu tanam kopi ini sangat singkat, berbuah di umur kurang dari dua tahun," kata Eddy lewat pesan singkat kepada Kompas.com, Selasa (9/3/2021).
Eddy mengatakan, sigararutang tumbuh subur di ketinggian 700 - 1.700 mdpl.
Tanaman kopi di Karo tersebar di seluruh Kecamatan.
"Paling banyak di Kecamatan Merek, salah satunya diproduksi kita," kata Eddy.
Menurut Eddy, kopi simalem yang mereka kembangkan saat ini masih jenis arabika varian sigararutang.
Mereka berencana menaman varian lain seperti gayo dan andongsari.
Varian sigararutang ditanam secara organik di ketinggian 1.500 mdpl, dengan lahan seluas 4 hektar.
Dia menyebut, cita rasa kopi organik yang mereka kembangkan menghasilkan rasa dan karakter yang menakjubkan, karena bukan hanya dipengaruhi faktor alamiah seperti ketinggian optimal, tekstur tanah subur alami dan temperatur sejuk.
Sebab kopi milik mereka diproses secara profesional mengikuti standar internasional.
“Di kalangan pecinta specialty coffee, kopi yang ditanam di dataran tinggi Danau Toba sudah terkenal menghasilkan karakter acidity, aroma dan flavour yang unik. Banyak dicari, terutama kopi single estate (dari satu kebun) karena karakter rasa dan aroma unik bisa ditelusuri ke estate tersebut,” kata dia.
Bupati Karo Terkelin Brahmana menambahkan, sampai 2018, luas areal tanaman kopi di Karo mencapai 9.178,44 hektar, dengan produktivitas 1.931,60 kilogram per hektare tiap tahun.
Dia yakin, luas areal bisa bertambah, begitu juga produktivitasnya, karena meningkatnya penyuluhan pertanian kepada petani, terutama dengan teknik ramah lingkungan.
Pertumbuhan ini diyakini akan diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani.
“Ini menjadi perhatian kita, 80 persen masyarakat Karo hidup dari sektor pertanian. Peningkatan kesejahteraan petani harus jadi prioritas,” kata Terkelin.
Seiring meningkatnya tanaman kopi petani, produksi kopi di Sumut saat ini cukup baik.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, terjadi peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir.
Pada 2016, produksi kopi di Sumut sebanyak 65.926 ton.
Kemudian naik hingga 72.922 ton pada 2020.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.