Sejarah gedung
Sekretaris Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (PUSSIS) Universitas Negeri Medan Erond Damanik pernah mengatakan bahwa bangunan seluas 15 x 30 meter ini memiliki bungker untuk tempat menyimpan barang dagangan.
Supermarket ini menjual berbagai jenis barang, mulai makanan, pakaian, hingga produk elektronik.
Gedung tua ini menjadi saksi dan bukti bahwa sistem perdagangan di Kota Medan sudah maju sejak lama.
Namun, penggunaan gedung hanya bertahan selama 23 tahun.
Supermarket tutup begitu Jepang masuk ke Kota Medan.
Baca juga: Telat Cairkan Insentif Nakes, Wali Kota Medan Bobby Nasution Minta Maaf
Sang pemilik memilih pulang kampung ke Belanda pada 1942, karena kondisi Kota Medan yang mulai tidak kondusif.
Sejak ditinggalkan, gedung kokoh itu sempat menjadi Kantor Departemen Tenaga Kerja.
Setelah itu dibiarkan terlantar dimakan usia, lalu terbakar pada 2013.
Pasca kebakaran, beberapa warga yang sehari-hari berjualan menjadikannya tempat tinggal.
Kemudian, organisasi kemasyarakatan pemuda juga menjadikan gedung dingin dan megah ini sebagai sekretariatnya.
Hasilnya, dinding buramnya menjadi gantungan plank nama organisasi dan spanduk partai politik.
Pada awal Agustus 2019, Pemkot Medan ingin mengosongkan bangunan bersejarah itu dari aktivitas apa pun.
Ratusan personel gabungan mulai Satuan Polisi Pamong Praja dengan seragam anti huru-hara, Polrestabes Medan dan Kodim 0201/BS turun ke lokasi.
Pengosongan berjalan alot, ada penolakan yang berujung negosiasi.
Akhirnya, penggusuran batal dilakukan dengan alasan penghuni gedung yang dibangun di atas lahan seluas 1.752 meter persegi itu meminta waktu untuk pindah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.