Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikelola 3 Generasi, Produksi Minyak Karo Laucih yang Banyak Khasiat Bisa Tembus Pasar Aceh sampai Papua

Kompas.com - 22/03/2021, 12:02 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Cuaca sedikit terik pekan lalu. Seorang perempuan berkaos merah berjalan memasuki dapur. Bukan sembarang dapur, karena dari tempat itu lah berbagai minyak berkhasiat dan menyembuhkan dimasak sejak bertahun-tahun lalu.

Dari tempat itu lah Minyak Karo Laucih diproduksi kemudian dikirimkan kepada ratusan reseller dari Aceh hingga Papua.

Perempuan tersebut bernama Pakenta br Ginting, ibu dari Nuansa Putra Kaban, generasi ketiga yang memproduksi Minyak Karo Laucih.

Ditemui di rumah produksinya di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan beberapa waktu lalu Nuansa menjelaskan bagaimana upaya melestarikan warisan leluhur secara turun temurun.

"Kalau sejarah Minyak Karo Laucih ini sebenarnya kita sudah, saya pribadi sudah keturunan ketiga dalam mengelola usaha ini. Namun dalam sejarahnya, jauh sebelum itu, nenek moyang leluhur kita sudah melakukan proses pembuatan atau produksi ini," ujarnya. 

Baca juga: Buka Bisnis Nail Art Layanan Door to Door Saat Pandemi, Mona Tirta Bisa Balik Modal 4 Bulan

Seorang pekerja menuangkan minyak Karo Laucih ke dalam botol kaca. Minyak Karo Laucih diproduksi di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan. Generasi ketiga pembuat minyak Karo Laucih ini memasarkan produknya secara offline dan online hingga menembus pasar dari Sabang - Merauke dengan 422 reseller.KOMPAS.COM/DEWANTORO Seorang pekerja menuangkan minyak Karo Laucih ke dalam botol kaca. Minyak Karo Laucih diproduksi di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan. Generasi ketiga pembuat minyak Karo Laucih ini memasarkan produknya secara offline dan online hingga menembus pasar dari Sabang - Merauke dengan 422 reseller.
Pada masa itu, belum dilakukan pengelolaan dengan manajemen atau sistem seperti yang dilakukan rumah produksi saat ini. Minyak berkhasiat dan menyembuhkan itu dibuat ketika ada orang yang memerlukan. Tidak dikomersilkan.

"Misalnya ada orang terluka atau butuh sesuatu untuk mengobati penyakitnya, sama bolang atau nenek kita itu hanya dikasih saja dengan cuma-cuma," ujarnya. 

Minyak yang diproduksi itu pun tidak ada merk atau label. Pengemasannya pun beragam. Mulai dari menggunakan plastik, batok kelapa. jrigen, dan lain sebagainya. Tetap tidak ada proses komersil, yang ada hanya barter.

"Barternya ketika mereka merasa bermanfaat, mereka bawa kelapa, ayam, gula sebagai gantinya. Jadi tak ada uang untuk membeli. Tidak boleh diperjual belikan," katanya. 

Baca juga: Di Tangan Guru SMA Ini, Mawar Jadi Produk Kecantikan, Minuman, hingga Camilan

Pakenta br Ginting, ibu dari Nuansa Putra Kaban menyusun Minyak Karo Laucih yang akan dimasukkan ke dalam kardus untuk dikirim kepada reseller. Sejak berdiri tahun 1999, Minyak Karo Laucih menembus pasar dari Sabang hingga Merauke dengan 422 reseller.KOMPAS.COM/DEWANTORO Pakenta br Ginting, ibu dari Nuansa Putra Kaban menyusun Minyak Karo Laucih yang akan dimasukkan ke dalam kardus untuk dikirim kepada reseller. Sejak berdiri tahun 1999, Minyak Karo Laucih menembus pasar dari Sabang hingga Merauke dengan 422 reseller.
Namun, ketika bahan baku itu harus dibeli, dikumpulkan dalam jumlah besar, maka mau tak mau terjadi proses jual beli. Selanjutnya, proses labeling atau branding pun terjadi.

Sengaja diberi nama Laucih untuk menyesuaikan nama daerah. Ide membuat label Laucih itu muncul dari almarhum ayahnya, Tjonto Kaban dan dirinya pada tahun 1999. Seiring dengan itu dimulai proses perizinannya.

"Orang pada saat itu mencari banyak sekali, orang bertanya, oh, minyak biring Laucih, iting Laucih, yang di laucih, jadi Laucih itu jadi seperti sebuah ikon jadinya dan itu kita pakai branding yang kita gunakan," katanya. 

Baca juga: Modal Awal Pinjam Sana Sini, Kini Bisnis Kedai Kopi 4 Anak Muda Beromzet Rp 100 Juta Per Bulan

 

Awal pemasaran,  terbentur pada keyakinan dan modal

Seorang pekerja memanasi pembungkus botol Minyak Karo Laucih di Roemah Produksi di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan.KOMPAS.COM/DEWANTORO Seorang pekerja memanasi pembungkus botol Minyak Karo Laucih di Roemah Produksi di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan.
Menurutnya, bukan mudah mengkomersilkan minyak Karo Laucih. Di masyarakat Karo, dulunya memiliki keyakinan bahwa minyak Karo tidak boleh dikomersilkan. Jika dikomersilkan tidak laku, dan sebagainya.

"Cara men-drive-nya di awal ada kesulitan karena ada keyakinan kalau dikomersilkan tak laku. Tapi ternyata tak seperti itu," katanya. 

Cara penjualannya pun dari sebelumnya secara offline, kini merambah ke online. Dengan begitu, banyak pasar yang bisa diraih.

Tidak hanya terbatas di Medan, Brastagi - Tanah Karo. Banda Aceh, Duri, Riau, Pekanbaru, Batam, Lampung, Bengkulu, Jakarta, Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Kalimantan, Manokwari, Soke, Alor, NTT, dan lainnya. 

Pengusaha Minyak Karo Laucih, Nuansa Putra Kaban menjelaskan sejarah minyak Karo dan awal mula berdirinya Minyak Karo Laucih sejak 1999. Pembuatan minyak Karo sendiri sudah dilakukan sejak zaman dulu.KOMPAS.COM/DEWANTORO Pengusaha Minyak Karo Laucih, Nuansa Putra Kaban menjelaskan sejarah minyak Karo dan awal mula berdirinya Minyak Karo Laucih sejak 1999. Pembuatan minyak Karo sendiri sudah dilakukan sejak zaman dulu.

"Hampir dari Sabang sampai Merauke. Kami saat ini ada 425 reseller di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Dan itu bukan proses yang mudah," katanya. 

Proses itu mulai dari jatuh bangun, kadang tak ada modal atau bantuan, kesulitan finansial sehingga permintaan tak bisa dikirim, dan lainnya.

"Itu proses yang kami alami dan sampai saat ini kami bersyukur bisa mencapai hal yang luar biasa. Karena kita dituntut bisa menjual dengan cara jumlah besar dan jaraknya yang jauh. Mungkin sekitar 67 persen sudah online," katanya. 

Dekat dengan sumber bahan baku

Bahan baku yang akan diolah menjadi minyak Karo Laucih. Pembuatan Minyak Karo Laucih sudah dimulai sejak lama. Saat ini, generasi ketiga mengolahnya dengan labeling, komersil dan offline/online dengan pemasaran dari Sabang hingga Merauke.KOMPAS.COM/DEWANTORO Bahan baku yang akan diolah menjadi minyak Karo Laucih. Pembuatan Minyak Karo Laucih sudah dimulai sejak lama. Saat ini, generasi ketiga mengolahnya dengan labeling, komersil dan offline/online dengan pemasaran dari Sabang hingga Merauke.
Nuansa menambahkan, mengenai bahan baku sebenarnya belum ada kendala karena kebetulan dekat dengan Tanah Karo, sebagai penghasil rempah-rempah yang digunakan.

Seperti induk kunyit, jahe merah, bunga bakung, eucaliptus, adas manis, alba, kapulaga, pala, akar angin, serai, jintan, daun sampe sempilet, bereng/ biji kecipir, daun gagatan harimau, kayu lemo, sepang (secang), bunga lawang, bawang merah, bawang putih, dan lainnya. 

"Kunyit dan sirih itu antiseptik alami. Bukan hanya di pengobatan tradisional tapi juga di pengobatan modern. Pala bagus untuk melancarkan peredaran darah, bengkak. Cengkih juga digunakan membunuh kuman di gigi," katanya. 

 

UMKM turun temurun yang sempat terdampak pandemi

Suasana di Roemah Produksi Minyak Karo Laucih.KOMPAS.COM/DEWANTORO Suasana di Roemah Produksi Minyak Karo Laucih.
Dikatakannya, pengiriman minyak Karo Laucih ke sejumlah daerah juga terdampak oleh pandemi Covid-19.

Pengiriman barang misalnya ke Bandung, Bengkulu terkendala karena ada embargo. Begitu juga ke Jakarta yang sempat ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

"Jadi waktu itu permintaan ada tapi pengiriman yang tak bisa. Penjualan turun sekitar 60 persen. Tapi setelah masa PSBB, kita bisa lebih gampamg menjual walaupun naiknya perlahan-lahan," katanya. 

Minyak untuk sembuhkan luka bakar hingga gatal-gatal,  aman untuk bayi

Proses penjualan secara offline juga dilakukan di rumah produksi Minyak Karo Laucih di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan. Sekitar 67 persen penjualan Minyak Karo Laucih dilakukan secara online, selebihnya melalui penjualan secara offline di rumah produksi dan reseller yang tersebar di banyak titik.KOMPAS.COM/DEWANTORO Proses penjualan secara offline juga dilakukan di rumah produksi Minyak Karo Laucih di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan. Sekitar 67 persen penjualan Minyak Karo Laucih dilakukan secara online, selebihnya melalui penjualan secara offline di rumah produksi dan reseller yang tersebar di banyak titik.
Sulistia Dewi Sartika Harahap mengatakan dirinya sudah sering membeli Minyak Karo Laucih, terutama Alun Merah, Alun Hijau, dan Alun Hitam yang sangat berguna untuk kebutuhan di rumah.

Misalnya untuk penyembuhan luka bakar, pisau, paku, tetanus, hingga pengganti minyak telon. 

"Soalnya dari dulu sudah pakai ini untuk gatal-gatal pada anak, pakai ini langsung hilang, kena pisau, paku kan bisa ada tetanus, terus kena grenda, goreng lele kan meletup-letup, ada bekas luka bakarnya, pakai ini tak ada bekasnya. Terus untuk bayi, aku kan punya anak, 2 tahun dan 5 tahun. Aku pakai minyak hijau. ini kayak minyak telon, aroma serainya wangi. Tahan lebih dari 12 jam," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jejak Penipuan Masuk Akpol Rp 1,3 M Iptu Supriadi dan Nina Wati di Sumut Sejak 2014

Jejak Penipuan Masuk Akpol Rp 1,3 M Iptu Supriadi dan Nina Wati di Sumut Sejak 2014

Medan
Jenazah Siswa SMK di Nias Korban Penganiayaan Kepsek Diotopsi

Jenazah Siswa SMK di Nias Korban Penganiayaan Kepsek Diotopsi

Medan
Pencuri Rokok Terjebak Jadi Biang Keladi Kebakaran 6 Ruko di Deli Serdang

Pencuri Rokok Terjebak Jadi Biang Keladi Kebakaran 6 Ruko di Deli Serdang

Medan
Kepsek di Nias Penganiaya Siswa sampai Tewas Dibebastugaskan

Kepsek di Nias Penganiaya Siswa sampai Tewas Dibebastugaskan

Medan
Bus Rombongan Pelajar ke Berastagi Terbakar di Simalungun

Bus Rombongan Pelajar ke Berastagi Terbakar di Simalungun

Medan
Buaya Muncul di Sungai Paluh Putri Medan, BBKSDA Sumut Turun Tangan

Buaya Muncul di Sungai Paluh Putri Medan, BBKSDA Sumut Turun Tangan

Medan
Iptu Supriadi Akhirnya Ditangkap, Sempat Kabur Usai Jadi Tersangka Penipuan Rp 1,3 M

Iptu Supriadi Akhirnya Ditangkap, Sempat Kabur Usai Jadi Tersangka Penipuan Rp 1,3 M

Medan
Razia Juru Parkir Liar di 12 Ruas Jalan di Medan, 10 Orang Ditangkap

Razia Juru Parkir Liar di 12 Ruas Jalan di Medan, 10 Orang Ditangkap

Medan
Kepsek Diduga Aniaya Siswa SMK Nias hingga Tewas karena Tak Mau Angkat Genset

Kepsek Diduga Aniaya Siswa SMK Nias hingga Tewas karena Tak Mau Angkat Genset

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Medan
Polisi Tangkap Kurir Bawa 23 Kg Sabu di Medan, Tak Jera Pernah 2 Kali Dipenjara

Polisi Tangkap Kurir Bawa 23 Kg Sabu di Medan, Tak Jera Pernah 2 Kali Dipenjara

Medan
Melihat Kelakuan Pengendara di Medan, Ada yang Terobos Lampu Merah meski Dijaga Polisi

Melihat Kelakuan Pengendara di Medan, Ada yang Terobos Lampu Merah meski Dijaga Polisi

Medan
10 Lurah di Medan Ketahuan Naikkan Harga Sembako Saat Program Pasar Murah

10 Lurah di Medan Ketahuan Naikkan Harga Sembako Saat Program Pasar Murah

Medan
Kronologi Siswa SMK di Nias Tewas Diduga Dianiaya Kepsek, Kening Dipukuli Saat Berbaris

Kronologi Siswa SMK di Nias Tewas Diduga Dianiaya Kepsek, Kening Dipukuli Saat Berbaris

Medan
Kronologi Siswa SMK di Nias Meninggal Diduga Usai Dianiaya Kepala Sekolah

Kronologi Siswa SMK di Nias Meninggal Diduga Usai Dianiaya Kepala Sekolah

Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com