Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Jadi Kalau dalam Kondisi Terbuka, Patut Dicurigai, Antigen Itu Bisa Saja Didaur Ulang”

Kompas.com - 30/04/2021, 16:27 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Terkait terungkapnya kasus alat rapid test antigen bekas di Bandara Kualanamu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Sumatera Utara dr. Aris Yudhariansyah berpesan kepada warga agar harus jeli saat mengikuti tes.

Aris juga mengatakan, orang yang menjalani tes antigen punya hak untuk mengetahui apakah alat yang akan digunakan kepadanya belum atau sudah pernah dipakai.

Dia membeberkan ciri-ciri alat tes antigen yang belum maupun pernah digunakan.

Apabila alat tersebut masih dikemas dalam plastik disposable atau plastik khusus sekali pakai (yang baru dibuka saat akan digunakan), berarti alat tes itu masih baru.

Baca juga: Satgas Covid-19: Stik Swab Antigen Daur Ulang Berbahaya, Jangan Mau Terima jika Kondisi Segel Terbuka

"Jadi kalau dalam kondisi terbuka, patut dicurigai, kalau antigen itu bisa saja didaur ulang atau yang lain-lain," ujarnya kepada wartawan, Rabu (28/4/2021).

Selain itu, peserta juga harus memerhatikan setiap alat yang digunakan sejak awal.

Ditambah lagi, peserta juga harus memastikan keberadaan alat rapid test ditempatkan di lokasi yang terlihat jelas.

Pun hasil rapid test tidak perlu dibawa ke mana-mana oleh petugas.

"Ini kan rapid test, enggak perlu disembunyikan. Artinya, setelah diperiksa tak perlu dibawa ke mana-mana. Di depan mata kita sendiri kan, sudah bisa lihat kan," ucap Aris.

Baca juga: Cara Memastikan Alat Rapid Test Antigen Baru atau Bekas

 

Kemasan alat rapid test antigen bekas ditempeli double tape

Ilustrasi tes Covid-19, tes antigenSHUTTERSTOCK/Cryptographer Ilustrasi tes Covid-19, tes antigen

Dalam kasus alat rapid test antigen bekas di Bandara Kualanamu, para tersangka menggunakan stik brush bekas dan baru.

Para tersangka juga tetap menggunakan reagensi yang baru. Namun, bila persediaan stik yang bekas masih ada, itu akan digunakan terlebih dahulu. 

Nah, yang membedakan antara alat tes antigen bekas atau bukan, terletak pada kemasannya.

Kemasan stik bekas ditempeli double tape, sedangkan yang baru masih bersegel.

Baca juga: Modus Pegawai Kimia Farma Bandara Kualanamu, Stik Antigen Bekas Dicuci Alkohol, Hasil Swab Diketik Non-reaktif

"Kami gunakan yang lama atau yang bekas, ada juga yang baru. Jadi buka yang baru ketika tak ada stok (yang bekas) lagi. Kan setiap hari diantar. Tiap hari ada pasien. Selagi stok lama masih ada, kami pakai," ungkap salah satu pelaku di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Rabu (28/4/2021).

Berdasar penuturan pelaku, saat beraksi, stik tes antigen yang telah digunakan kepada orang lain dicuci menggunakan alkohol 75 persen.

Proses pencucian dilakukan di kantor PT Kimia Farma di Jalan RA Kartini, Medan.

Baca juga: Jual Alat Rapid Test Bekas di Bandara Kualanamu, Para Pelaku Raup Rp 1,8 Miliar

Jika sudah dicuci dan dikemas ulang, alat tersebut dibawa lagi ke Bandara Kualanamu.

"Itu yang kita bersihkan dengan alkohol 75 persen dan dilap pada brush-nya. Tidak rusak," tutur salah satu tersangka, SP.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Medan, Dewantoro | Editor: Aprillia Ika, Abba Gabrillin)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Disdik Sumut Sebut Ada Informasi Simpang Siur soal Kematian Siswa SMK di Nias

Disdik Sumut Sebut Ada Informasi Simpang Siur soal Kematian Siswa SMK di Nias

Medan
Bobby Tanggapi Wakilnya yang Ingin Maju Jadi Calon Wali Kota Medan

Bobby Tanggapi Wakilnya yang Ingin Maju Jadi Calon Wali Kota Medan

Medan
10 Lurah di Medan yang Naikkan Harga Sembako di Pasar Murah Diperiksa, Terancam Dicopot

10 Lurah di Medan yang Naikkan Harga Sembako di Pasar Murah Diperiksa, Terancam Dicopot

Medan
Nakes di Simalungun Diperkosa di RS, 3 Pelaku Dibekuk Selang 5 Bulan

Nakes di Simalungun Diperkosa di RS, 3 Pelaku Dibekuk Selang 5 Bulan

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Medan
Jejak Penipuan Masuk Akpol Rp 1,3 M Iptu Supriadi dan Nina Wati di Sumut Sejak 2014

Jejak Penipuan Masuk Akpol Rp 1,3 M Iptu Supriadi dan Nina Wati di Sumut Sejak 2014

Medan
Jenazah Siswa SMK di Nias Korban Penganiayaan Kepsek Diotopsi

Jenazah Siswa SMK di Nias Korban Penganiayaan Kepsek Diotopsi

Medan
Pencuri Rokok Terjebak Jadi Biang Keladi Kebakaran 6 Ruko di Deli Serdang

Pencuri Rokok Terjebak Jadi Biang Keladi Kebakaran 6 Ruko di Deli Serdang

Medan
Kepsek di Nias Penganiaya Siswa sampai Tewas Dibebastugaskan

Kepsek di Nias Penganiaya Siswa sampai Tewas Dibebastugaskan

Medan
Bus Rombongan Pelajar ke Berastagi Terbakar di Simalungun

Bus Rombongan Pelajar ke Berastagi Terbakar di Simalungun

Medan
Buaya Muncul di Sungai Paluh Putri Medan, BBKSDA Sumut Turun Tangan

Buaya Muncul di Sungai Paluh Putri Medan, BBKSDA Sumut Turun Tangan

Medan
Iptu Supriadi Akhirnya Ditangkap, Sempat Kabur Usai Jadi Tersangka Penipuan Rp 1,3 M

Iptu Supriadi Akhirnya Ditangkap, Sempat Kabur Usai Jadi Tersangka Penipuan Rp 1,3 M

Medan
Razia Juru Parkir Liar di 12 Ruas Jalan di Medan, 10 Orang Ditangkap

Razia Juru Parkir Liar di 12 Ruas Jalan di Medan, 10 Orang Ditangkap

Medan
Kepsek Diduga Aniaya Siswa SMK Nias hingga Tewas karena Tak Mau Angkat Genset

Kepsek Diduga Aniaya Siswa SMK Nias hingga Tewas karena Tak Mau Angkat Genset

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com