Sementara daerah Natal disiapkan menjadi kota pelabuhan dagang. Dalam masa ini sosok Multatuli atau Edouard Douwes Dekker di tahun 1840 menjabat sebagai Natal sebagai Controlir Natal.
Selain menjadi tempat bertemunya pedagang dari bangsa Cina, Arab, Portugis, India dan Inggris, adanya sungai besar di daerah Natal juga merupakan lalu lintas penting sebelum dibangunnya Jalan Pos Mandailing – Air Bangis tahun 1901.
Sejarah berdirinya Kabupaten Mandailing Natal baru dimulai saat diresmikan pada 9 Maret 1999.
Pembentukan Kabupaten Mandailing Natal secara resmi didirikan berdasarkan UU nomor 12 tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal yang keluar pada tanggal 23 November tahun 1998.
Di awal terbentuknya, Kabupaten Mandailing Natal hanya terdiri dari delapan kecamatan yang terbagi menjadi 273 desa. Selanjutnya pada tahun 2002 keluar Perda yang membentuk 17 kecamatan yang terbagi dalam dari 322 desa serta tujuh kelurahan.
Di tahun 2007 Kabupaten Mandailing Natal kembali membentuk kecamatan baru sehingga wilayahnya memiliki 23 kecamatan dengan 353 desa dan 32 kelurahan, serta 10 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).
Jika nama Mandailing sudah tercatat dalam naskah-naskah sejarah, maka ada beberapa sumber yang menjelaskan asal penambahan nama Natal.
Dikutip dari dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, ada yang mengaitkan nama Natal dengan kedatangan bangsa Portugis.
Nama Natal berasal dari kemiripan alam pelabuhan ini yang serupa dengan pelabuhan Natal di Benua Afrika. Ada juga yang mengaitkan dengan waktu kedatangan mereka yang bertepatan dengan hari Natal.
Namun adik kandung pujangga Sutan Takdir Alisjahbana, Puti Balkis A. Alisjahbana, menjelaskan bahwa kata Natal berasal dari bahasa Mandailing dan Minangkabau. Natal diambil dari ungkapan dalam bahasa Mandailing “natarida” berarti “yang tampak” atau daerah yang nampak dari kaki gunung-gunung Sorik Marapi di Mandailing).
Setiap daerah di Indonesia termasuk Mandailing Natal memiliki kebudayaan masing-masing.
Masyarakat Mandailing Natal pun dikenal memegang teguh adat istiadat dan kebudayaan peninggalan para leluhurnya hingga saat ini.
Berikut adalah beberapa adat istiadat Mandailing Natal yang bisa kita pelajari.
Gordang Sambilan yang berarti gendang yang jumlahnya sembilan merupakan bentuk kebudayaan khas Mandailing Natal yang cukup populer.
Mulanya Gordang Sambilan hanya dibunyikan di istana untuk menyambut tamu besar atau acara pernikahan.