Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Singkat Tuanku Imam Bonjol dan Sejarah Perang Padri

Kompas.com - 11/01/2022, 19:30 WIB
Puspasari Setyaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Tuanku Imam Bonjol merupakan pahlawan nasional dari Sumatera Barat berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/ Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

Tuanku Imam Bonjol terkenal sebagai pejuang yang mempertahankan tanah air dari penjajah Belanda dalam Perang Padri di tahun 1803-1838.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Uang Rp 5.000 Bergambar Imam Bonjol Diterbitkan

Perjuangan Tuanku Imam Bonjol menjadi perjuangan yang dalam artinya bagi orang Minang dan Mandailing.

Baca juga: Tuanku Imam Bonjol: Perjuangan, Perang Padri, dan Akhir Hidup

Asal-usul Tuanku Imam Bonjol

Melansir laman purwanegara.banjarnegarakab.go.id, Tuanku Imam Bonjol lahir dengan nama Muhammad Shabab.

Baca juga: Pleno Penetapan Presiden dan Wapres Aman, Jalan Imam Bonjol Segera Dibuka

Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat pada 1 Januari 1772.

Ibunya bernama dan Hamatun Sementara ayahnya Khatib Bayanuddin Shahab adalah ulama yang berasal dari Sungai Rimbang.

Muhammad Shahab kemudian memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam.

Kemudian Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam salah satu pemimpin dari Harimau nan Salapan menunjuknya sebagai Imam bagi kaum Padri di Bonjol.

Inilah yang membuat nama Muhammad Shabab akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.

Keterlibatan Tuanku Imam Bonjol di Perang Padri

Perseteruan Kaum Padri yaitu para ulama dengan Kaum Adat dalam penerapan agama Islam di bumi Minang sempat menimbulkan perpecahan.

Perpecahan ini begitu serius di tengah pembahasan mengenai ritual adat yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Pada 1803, Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobangingin memperbaiki syariat Islam yang belum sempurna yang dijalankan oleh masyarakat Minangkabau.

Perseteruan membawa penyerangan Pagaruyung oleh Tuanku Pasaman pada tahun 1815, dengan pecahnya pertempuran di Koto Tangah dekat Batu Sangkar.

Kekuatan Kaum Padri membuat Kaum Adat bersekutu dengan Belanda dan dimulailah campur tangan sekutu pada peperangan ini.

Sebagai imbalan, Belanda meminta beberapa daerah untuk diberikan sebagai daerah kekuasaan mereka.

Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch kemudian membuat taktik dengan mengadakan Perjanjian Masang pada 1824 dengan Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai.

Namun kemudian perang berubah di mana Kaum adat dan Kaum Padri bersatu dengan dibuatnya Plakat Puncak Pato di Tabek Patah.

Mereka bersatu untuk melawan Belanda karena kenyataan bahwa keberadaan penjajah justru menyengsarakan Rakyat Minangkabau.

Pengepungan terhadap Tuanku Imam Bonjol berlangsung sangat lama hingga membutuhkan pasukan dari Batavia.

Pada akhirnya Tuanku Imam Bonjol menyerah dengan syarat agar sang anak Naali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat kolonial Belanda.

Akhir Hayat Tuanku Imam Bonjol

Melansir dari laman Kemendikbud, Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah pada 25 Oktober 1837 dan diasingkan ke Cianjur.

Setelah itu, Tuanku Imam Bonjol kembali dipindah ke Ambon pada tahun 1839 dan kemudian ke Minahasa hingga akhir hayatnya.

Tuanku Imam Bonjol meninggal pada 8 November 1864 dalam usia 92 tahun dan dimakamkan di Desa Lota, Pineleng.

Sumber:
bukittinggikota.sikn.go.id 
purwanegara.banjarnegarakab.go.id 
kompas.com 
cagarbudaya.kemdikbud.go.id 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sekuriti Stasiun KA Bandara Medan Kembalikan Uang Rp 24 Juta Milik Penumpang yang Tertinggal

Sekuriti Stasiun KA Bandara Medan Kembalikan Uang Rp 24 Juta Milik Penumpang yang Tertinggal

Medan
Korupsi Dana Desa, Mantan Pangulu di Simalungun Diringkus Polisi

Korupsi Dana Desa, Mantan Pangulu di Simalungun Diringkus Polisi

Medan
Diungkap, Alasan Golkar Pakai Penjaringan Terbuka di Pilkada Sumut

Diungkap, Alasan Golkar Pakai Penjaringan Terbuka di Pilkada Sumut

Medan
Giliran Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada Sumut di PKB

Giliran Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada Sumut di PKB

Medan
Edy Rahmayadi Kembali Maju Pilkada Sumut, Bobby: Yang Dibutuhkan Gagasannya

Edy Rahmayadi Kembali Maju Pilkada Sumut, Bobby: Yang Dibutuhkan Gagasannya

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Medan
Diduga Korupsi Rp 8 Miliar, Eks Direktur Utama RSUP Adam Malik Ditahan

Diduga Korupsi Rp 8 Miliar, Eks Direktur Utama RSUP Adam Malik Ditahan

Medan
Setelah PDI-P, Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada Sumut di PKS

Setelah PDI-P, Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada Sumut di PKS

Medan
Tabrak Avanza, Anggota Brimob Polda Sumut Keluarkan Pistol lalu Kabur, Ini Kronologinya

Tabrak Avanza, Anggota Brimob Polda Sumut Keluarkan Pistol lalu Kabur, Ini Kronologinya

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Medan
Heboh 2 Mobil Tabrakan di Gerbang Tol Tebing Tinggi, Polisi: Rem Blong

Heboh 2 Mobil Tabrakan di Gerbang Tol Tebing Tinggi, Polisi: Rem Blong

Medan
Diancam Dicopot Kapolda, Kapolsek Medan Kota Langsung Tangkap Pencuri Ban Mobil

Diancam Dicopot Kapolda, Kapolsek Medan Kota Langsung Tangkap Pencuri Ban Mobil

Medan
Harimau Berkalung GPS Resahkan Warga Langkat, Petani Dikejar, Anjing Diterkam

Harimau Berkalung GPS Resahkan Warga Langkat, Petani Dikejar, Anjing Diterkam

Medan
Penyelundupan 24 TKI Ilegal Digagalkan, Berasal dari NTT, Bengkulu, dan Aceh

Penyelundupan 24 TKI Ilegal Digagalkan, Berasal dari NTT, Bengkulu, dan Aceh

Medan
Jasad Pria yang Ditemukan di Irigasi Simalungun, Diduga Korban Kecelakaan

Jasad Pria yang Ditemukan di Irigasi Simalungun, Diduga Korban Kecelakaan

Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com