MEDAN, KOMPAS.com - 27 orang yang menghuni dua kerangkeng manusia di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-Angin di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat disebut sering menerima penyiksaan seperti pemukulan hingga lebam.
Hal ini disampaikan oleh Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat, Migrant Care.
Di sana, penghuni kerangkeng tak hanya diminta bekerja di kebun sawit dan dikurung selepas bekerja, melainkan juga diduga mendapatkan penyiksaan dan sejumlah tindakan tak manusiawi lain.
"Para pekerja yang dipekerjakan di kebun kelapa sawitnya, sering menerima penyiksaan, dipukuli sampai lebam-lebam, dan sebagian mengalami luka-luka," kata Ketua Migrant Care, Anis Hidayah, Senin.
Dalam laporannya ke Komnas HAM, Migrant Care juga melampirkan sejumlah dokumentasi, termasuk foto seorang pekerja yang babak belur diduga imbas penyiksaan yang dialami.
"Selama bekerja, mereka tidak pernah menerima gaji," imbuhnya.
"Para pekerja tersebut dipekerjakan di kebun kelapa sawitnya selama 10 jam, dari jam 08.00-18.00," kata Anis.
"Setelah mereka bekerja, dimasukkan ke dalam kerangkeng/sel dan tidak punya akses ke mana-mana. Setiap hari mereka hanya diberi makan dua kali sehari," lanjutnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara Kombes Hadi Wahyudi mengatakan, 27 penghuni kerangkeng manusia itu diantarkan oleh orangtua atau pihak keluarga masing-masing.
Bahkan, para orangtua menandatangani surat pernyataan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.