MEDAN, KOMPAS.com - Sejak Rabu (26/1/2022) pagi, ratusan warga berkumpul di area kerangkeng manusia yang ada di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin.
Warga yang kebanyakan adalah keluarga penghuni atau eks penghuni kerangkeng meminta kerangkeng di rumah Terbit dibuka lagi. Pasalnya, kerangkeng itu dianggap membantu warga merehabilitasi keluarga yang kecanduan narkoba.
Berikut beberapa penolakan warga terkait ditutupnya kerangkeng yang didapat Kompas.com di lokasi, Rabu (26/1/2022).
Kuhen Sembiring (61), warga Kelurahan Sei Musam, Kecamatan Bahorok, Langkat mengaku bahwa anaknya yang berinisial ES (25) adalah penghuni kerangkeng tersebut.
Sebelum diserahkan ke kerangkeng milik Terbit, ES pernah dibawa ke tempat rehabilitasi yang ada di Lau Bakeri, Deli Serdang, Sumatera Utara. Di rehabilitasi itu, kata Kuhen, dia harus mengeluarkan sejumlah biaya.
Baca juga: Hanya 9 dari 48 Penghuni Kerangkeng yang Hadiri Asesmen BNNK Langkat, Ini Hasilnya
Setelah keluar dari rehabilitasi di Lau Bakeri, ES memang sempat berhenti mengonsumsi narkoba selama dua tahun tapi kemudian terjerumus ke obat-obatan terlarang lagi.
Saat itu Kuhen mencari tempat rehabilitasi untuk anaknya, selain di Lau Bakeri. Hingga akhirnya dia mengetahui tentang "tempat rehabilitasi" yang dibangun Terbit di rumahnya.
Berbeda dengan sebelumnya, tak ada biaya sepeserpun yang harus dikeluarkan Kuhen untuk mengobati anaknya.
Menurutnya, ES tampak senang tinggal di kerangkeng yang ada di rumah Terbit. Setiap kali pulang ke rumah, ES pun terlihat tenang.
"Anaknya kini sudah sembuh dan badannya gemuk, mukanya pun tidak lagi pucat. Cuma di tahun baru ini tak bisa berkunjung katanya belum boleh (karena) sibuk," katanya.
Ketika mengetahui ada pemberitaan bahwa penghuni kerangkeng rumah Terbit tidak diberi makan dengan layak, dipaksa bekerja 10 jam, dan sebagainya, Kuhen langsung menanyakan kebenarannya ke ES.
"Dia bilang tidak benar. Dia dapat makanan dari pagi, siang, dan sore," ungkap Kuhen.
Terkait dipaksa bekerja selama 10 jam sehari, Kuhen pun membantah kabar itu. Menurut pengakuan anaknya, ES justru diajari cara bekerja di pabrik atau sekedar melihat-lihat.
"Kalau disuruh geser, ya wajar lah digesernya karea disuruh. Dia kan di pabrik itu hanya keliling, dikasih tau kerjanya gimana, bersih-bersih taman bupati, cuci pakaian sendiri, kan wajar itu," katanya.
Dia mengaku tak pernah mengirim makanan ke anaknya karena kebutuhan makanan sudah terpenuhi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.