Bantuan tiba dengan dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Para perampok itu dalam sekejap bisa diringkus dan kondisi aman segera terbentuk.
Setelah berhasil menumpas perampok itu, Laksamana Cheng Ho lantas membentuk komunitas muslim Tionghoa di Palembang.
Konon Laksamana Cheng Ho pernah beberapa kali singgah ke Palembang setelah menumpas perampok itu.
Namun tidak ada catatan pasti apa keperluan Cheng Ho dalam kunjungan-kunjungan berikutnya.
Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho Palembang sangat kental gaya arsitektur Tionghoa, namun juga dipadukan dengan gaya arsitektur Melayu Palembang.
Masjid yang dibangun di atas tanah seluas 5.000 meter persegi ini didesain layaknya klenteng, dengan warna merah dan hijau giok yang mendominasi.
Gerbang atau pintu utama masjid ini menyerupai model arsitektur tradisional Tionghoa, yaitu model atap berbentuk melengkung pada bagian jurai dan ornamen seperti tanduk di atasnya.
Selain itu, Masjid ini juga memiliki dua gerbang dengan jumlah tingkatan berbeda, yaitu ada yang tiga tingkat dan dua tingkat.
Baca juga: Masjid Agung Qubah Timah Disiapkan Jadi Ikon Baru Pangkalpinang
Bangunan utama masjid difungsikan sebagai ruang utama shalat dan ruang-ruang kecil lainnya.
Adapun ruangan-ruangan itu antara lain ruang pengurus, ruang mihrab, ruang ustadz, dan rgudang.
Pada bagian menara terdapat ruang wudhu, ruang mengumandangkan azan, dan MCK yang terletak di samping bangunan menara.
Ornamen menara masjid menggunakan tipologi bangunan pagoda yang memiliki 5 tingkat.
Menara ini didesain berbentuk segi delapan, dengan model atap yang menyerupai atap pagoda pada umumnya.
Meski identik dengan bangunan tradisional Tionghoa, namun bagian dalam ruang utama masjid ini sangat kental nuansa Islamnya.
Di ruang shalat utama, terdapat banyak ornamen dan dekorasi berupa tulisan Arab berwarna emas dengan perpaduan warna hijau pada dindingnya.
Sumber:
Researchgate.net
Isi-ska.ac.id
Unkris.ac.id