PEMATANG SIANTAR, KOMPAS.com - Unjuk rasa mahasiswa menolak kenaikan BBM di Kota Pematang Siantar berujung ricuh. Anggota kepolisian Polres Pematang Siantar menembakkan gas air mata hingga melukai sedikitnya 2 orang mahasiswa.
Sebelumnya puluhan Mahasiswa berunjuk rasa damai di kantor DPRD Pematangsiantar, Jalan Adam Malik, Senin (5/9/2022) sekitar pukul 11.30 WIB.
Tampak massa mahasiswa dikawal puluhan anggota polisi dan satu unit mobil water canon disiagakan di samping gedung.
Wali Kota Pematang Siantar dr Susanti Dewayani dan Ketua DPRD Timbul Marganda Lingga yang kebetulan mengikuti rapat, sempat menemui mahasiswa di halaman pintu masuk.
Baca juga: Angin Puting Beliung Warnai Demo Tolak Kenaikan Harga BBM di Tugu Adipura Sukabumi
Dalam kesempatan itu, Wali kota Susanti mengatakan kenaikan BBM merupakan kebijakan dari pemerintah pusat yang berlaku di setiap daerah di Indonesia.
Menurut Susanti, Pemko Siantar telah berupaya menggalakkan ekonomi masyarakat dengan memberi bantuan dana bergulir ke UMKM dan membentuk koperasi.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua DPRD Timbul Marganda Lingga. Ia mengungkapkan aspirasi mahasiswa soal kenaikan BBM akan disampaikan ke pemerintah pusat.
“Ini tuntutan adik-adik Mahasiswa merupakan kebijakan nasional. Nanti kami dari DPRD dan Wali Kota akan menyampaikan aspirasi kalian ke pemerintah pusat,” ucap Politisi PDIP itu.
Mahasiswa tampak tak puas mendengar penjelasan dari kedua pejabat itu. Massa mendesak agar Walikota dan Ketua DPRD membuat pernyataan resmi menolak kenaikan BBM dalam bentuk video conference.
Namun permintaan itu tidak dipenuhi. Wali kota Susanti dan Ketua DPRD Timbul M Lingga langsung meninggalkan pengunjuk rasa.
Salah seorang pengunjuk rasa, Theo Naibaho mengatakan pernyataan bentuk video itu sebagai komitmen dan keberpihakan Wali Kota dan Ketua DPRD atas kenaikan BBM yang merugikan masyarakat.
“Kalau soal ‘nanti kami akan sampaikan ke pemerintah pusat’ sudah seratus kali kami dengar seperti itu. Jadi kami minta pernyataan mereka, kami minta video conference resmi supaya ada jejak digital. Tapi mereka pergi begitu saja. Kami kecewa, mereka tak berpihak kepada rakyat Siantar," ucapnya.
Saat permintaan mereka tak diterima, massa mahasiswa akhirnya keluar dari komplek perkantoran DPRD dan bertahan di Jalan Adam Malik, berorasi lalu membakar ban bekas.
Beberapa menit kemudian, anggota polisi yang berjaga langsung memadamkan api. Beberapa mahasiswa ditarik paksa oleh polisi ke arah perkantoran DPRD.
Salah seorang mahasiswa yang datang ke lokasi, Dofasep Hutahaean mengatakan, polisi tiba-tiba mengeluarkan tembakan gas air mata ke arah bawah saat polisi menarik paksa mahasiswa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.