KOMPAS.com - Wali Kota Medan Bobby Nasution angkat bicara terkait Direktur Sosialisasi dan Kampanye Anti Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Amir Arief yang mengaku pernah menjadi korban pungutan liar (pungli) oknum lurah di Kota Medan, Sumatera Utara.
Bobby mengatakan, tak hanya Direktur KPK, seluruh masyarakat Medan tak boleh ada yang menjadi korban pungli.
Baca juga: Direktur KPK Jadi Korban Pungli Lurah di Medan Saat Urus Surat Kematian Ibunya, Ini Kronologinya
"Pokoknya, jangankan Direktur KPK, seluruh masyarakat Kota Medan enggak boleh dipungli," ujar Bobby saat ditemui wartawan usai acara pembukaan Ramadhan Fair, Selasa (28/3/2023) malam.
Baca juga: Cerita Direktur KPK Kena Pungli Lurah di Medan, Diteriaki karena Tak Berikan Apa Pun Usai Urus Surat
Bobby tidak merinci langkah apa yang dilakukan terkait kasus ini. Namun, dia meminta kepada jajarannya untuk tidak melakukan pungli.
"Pokoknya yang kita tekankan kepada jajaran Pemkot Medan, tidak ada pungli," ujar Bobby.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Sosialisasi dan Kampanye Anti Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Amir Arief, mengaku jadi korban pungutan liar (pungli) oknum lurah di Medan, Sumatera Utara, pada 2021 lalu.
Pengalaman itu disampaikan Amir saat menjadi pembicara Sosialisasi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang di Kemensetneg, Senin (27/3/2023), dikutip dari akun YouTube Kemensetneg.
Amir mengatakan, dia dan adiknya mendatangi salah satu kantor lurah di Medan untuk mengurus surat kematian ibu mereka.
Saat surat selesai ditandatangani, lurah tersebut tiba-tiba meneriaki adik Amir yang sendirian masuk ke dalam ruang lurah tersebut.
“Cepat aja tanda tangannya, 5 menit jadi tanda tangan. (Tetapi) adik saya baru beranjak dari kursi, lurahnya setengah teriak, ‘Bang, kok gitu aja, Bang’. Bisa tahu artinya apa? Minta surat minta tanda tangan, enggak boleh cuma gitu aja',” ujar Amir menirukan perkataan lurah tersebut.
Amir ketika itu menduga sang lurah ingin meminta uang ke adiknya. Dia lalu mengonfirmasi ke pegawai yang sebelumnya dia jumpai.
“Saya tanya ke tukang ketik, 'emangnya kalau Bu Lurah itu, surat kayak gitu kasih berapa? Ah, kasih aja, masukkan lacinya itu, kami pun enggak dikasih? Saya tanya berapa? Rp 20.000,” ujar Amir.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.