Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yuli Yanika Bangun SD Inklusi, Menyemai Kesetaraan Pendidikan bagi Anak Disabilitas

Kompas.com - 06/11/2023, 05:31 WIB
Rahmat Utomo,
Reni Susanti

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB. Suasana Rumah Ceria Medan (RCM) tampak ramai oleh suara guru yang semangat membimbing siswanya.

Sementara Yuli Yunika (33) masih sibuk menyiapkan berbagai perlengkapan untuk membuat terarium. Terarium merupakan hiasan dari kumpulan tanaman kecil yang biasa diwadahi kaca.

Barang-barang yang disiapkan Yuli meliputi pasir, lumut di dalam wadah, dan botol bekas air mineral sebagai pengganti wadah kaca.

Baca juga: Kisah Satriadi, Disabilitas Daksa di Sumbawa Advokasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Upaya Wujudkan Desa Inklusi

"Hari ini saya jadwal masuk mata pelajaran seni budaya, jam 10.00, jadi ini saya sedang menyiapkan bahan praktek mereka buat terarium," ujar wanita yang kerap disapa Kak Uye, saat dijumpai Kompas.com di ruang kerjanya, Rabu (25/10/2023).

Setelah mengobrol sebentar, Uye beranjak ke teras sekolah berukuran panjang 3 meter dan lebar 4 meter. Di sana 10 murid antusias menunggunya. Mereka terdiri dari 8 siswa disabilitas dan 2 murid non-disabilitas.

Baca juga: Kisah David, Disabilitas Rungu Berprestasi di SLBN 1 Sumbawa

Dengan penuh konsentrasi para siswa mendengar Uye menjelaskan pembuatan terarium dan bagaimana penyebutan istilah tersebut. Uye menggunakan bahasa isyarat maupun verbal saat berinteraksi.

"Kita mau buat apa, tera-rium, oke Nisa mau buat apa? verbalnya apa? jangan bengong Annisa, Tera-rium, um-um-um," ujar Uye mengajari Annisa seorang siswa tuli, dengan penuh kesabaran menggunakan bahasa isyarat.

Saat itu Annisa tampak tekun melihat Uye mencontohkan pembuatan terarium. Dengan penuh hati-hati Annisa mempraktikkannya. 

Annisa memasukkan tanah, lumut, dan pasir ke dalam botol air mineral menggunakan pinset, agar miniatur ekosistem tersebut lebih estetik.

Tak lama kemudian, siswa non-disabilitas Tania (12), mengajak Annisa mencari tanaman pakis-pakisan atau rumput di sekitar sekolah untuk hiasan terarium.

Tania yang sudah 3 tahun sekolah di sana, tampak mahir menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi dengan Annisa.

Mereka terlihat riang gembira saat terarium selesai dikerjakan. Dengan bangga, ia menunjukkannya ke Uye.

"Wah...bagus," ujar Uye.

Tidak mau kalah dengan Annisa, Lutfi (12) siswa lainnya juga menunjukkan kreativitasnya.

Anak dengan disabilitas tuli ini membuat terarium dengan memasukkan unsur 'orang-orangan' sehingga seolah-olah di dalam terarium ada petani yang menjaga tanaman.

"Cakep, sini kumpulkan sini karyanya kita foto-foto," ujar Uye, disambut para siswanya.

Lutfi (12) siswa SD Inklusi Rumah Ceria Medan saat menunjukkan hasil terarium buatannya, Rabu (25/10/2023).Kompas.com/Rahmat Utomo Lutfi (12) siswa SD Inklusi Rumah Ceria Medan saat menunjukkan hasil terarium buatannya, Rabu (25/10/2023).

Kata Uye, ini kali pertama para siswa membuat terarium, Uye mengajarkan ini agar menjadi literasi baru bagi siswanya.

"Jadi di situ ada belajar biologinya juga ada literasi buat anak, jadi literasi yang mau dikuatkan kemudian kreativitas. Jadi nanti kita lihat, kira-kira yang cantik yang mana, terus tanaman yang bisa bertahan hidup di indoor seperti apa jenisnya? kita ajarkan mereka," tutur Uye.

Begitu sekilas cara Uye menerapkan pendidikan inklusi di RCM di Jalan Bunga Cempaka Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.

Di sekolah itu Uye memupuk kesetaraan pendidikan bagi anak disabilitas dan non-disabilitas secara bersamaan.

Uye yakin, dengan literasi yang baik dan budaya hidup berdampingan sejak dini, stigma negatif yang kerap melekat pada penyandang disabilitas bisa dihapus.

Inspirasi mendirikan SD inklusi

Uye saat mengajar mata pelajaran seni budaya di SD inklusi Rumah Ceria Medan di Jalan Bunga Cempaka Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Rabu (25/10/2023).Kompas.com/Rahmat Utomo Uye saat mengajar mata pelajaran seni budaya di SD inklusi Rumah Ceria Medan di Jalan Bunga Cempaka Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Rabu (25/10/2023).

Cerita Uye mendirikan RCM bermula saat menjadi pendamping anak disabilitas, Sekolah Alam Medan tahun 2013.

Pengalaman di sana membuatnya peka terhadap kondisi puluhan anak disabilitas di tempat tinggalnya. Uye melihat puluhan anak-anak disana kerap di-bully dan dianggap bodoh.

Uye kemudian terpantik mendirikan Sanggar Ceria pada 2015. Awalnya ia hanya melatih anak-anak disabilitas yang mengalami kendala speech delay.

Bersama teman-temannya, Uye juga mengajari anak disabilitas keterampilan menari hingga fotografi. Dari sini ternyata banyak anak non-disabilitas ikut bergabung di komunitasnya.

Berselang 3 tahun, Uye mulai khawatir dengan masa depan anak disabilitas yang diasuhnya. Banyak anak disabilitas tidak bersekolah.

Selain faktor ekonomi, minimnya sekolah inklusi di Medan menjadi kendala. Tebersitlah niat Uye mendirikan taman kanak-kanak dan SD inklusi. Langkah itu terwujud pada tahun 2019.

"Udah ada ratusan siswa yang kami didik, kalau sekarang siswa TK ada dua kelas jumlahnya 30 lebih dan SD inklusif ada 10 orang," ujarnya.

Sekolah itu dirintis Uye dengan susah payah. Ia memaksimalkan uang yang didapatkannya sebagai pelatih renang, juru bahasa isyarat, hingga pendongeng.

Dalam prosesnya, Uye hanya mampu membangun dua kelas TK berukuran 4x6 meter dan ruangan SD inklusi di teras sekolah.

Bangunan yang sebagian besar berbahan bambu ini berdiri di tanah yang dipinjamkan seorang donatur seluas 50 x 40 meter.

Mengusung konsep alam, Uye tetap membangun permainan mulai dari perosotan, ayunan, dan lainnya. Kini, di sekolahnya terdapat 6 guru. 

Soal biaya sekolah inklusi, pihaknya melakukan sistem subsidi silang, uang sekolah disesuaikan dengan ekonomi keluarga.

Ada yang bayar Rp 50.000 per bulan, Rp 75.000 per bulan. Bahkan, tak jarang ada siswa yang tidak sanggup membayar.

"Kadang kami patungan bersama guru lainnya untuk melunasi uang sekolahnya, yang penting mereka tetap sekolah," ujar Uye.

Selama 4 tahun berdiri, siswa SD disabilitas di RCM mengalami berbagai kendala yang berbeda. Sebab, siswanya beragam. Ada tuli, tunawicara, gangguan intelektual, delay speech, hingga down syndrome.

Namun, mereka tetap belajar bersama dengan anak non-disabilitas. Uye optimistis pendidikan inklusi ini bisa menjadi fondasi keakraban agar tidak ada lagi diskriminasi bagi penyandang disabilitas.

Kata Uye, pekerjaan para guru juga cukup berat di SD inklusi. Sebab, dalam satu kelas terdapat beberapa siswa dengan tingkatan kelas yang beragam.

Hal ini disebabkan para penyandang disabilitas masuk ke kelas dengan usia berbeda-beda saat mengawali pendidikan di RCM.

"Jadi di kelas ini ada kelas 3, kelas 4, kelas 5, dan 6 yang akan mempersiapkan ujian nasional," ujarnya.

Dalam membimbing siswanya, RCM tetap menggunakan kurikulum pemerintah, tetapi disesuaikan dengan bakat siswa. Contohnya, bila siswa tertarik di bidang IT maka dicari gurunya dan mereka ikut kelas sampai tamat.

Selain itu, RCM melatih siswa penyandang disabilitas lainnya terapi untuk perilaku mulai dari motorik halus dan kasar, serta verbal untuk skill berkomunikasi.

Dedikasi Uye sempat membuahkan hasil. Dia pernah meraih penghargaan Satu Indonesia Award tahun 2018, serta finalis Satu Indonesia Award 2020 dan 2021.

Penghargaan ini diberikan karena Uye tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat baik saat RCM masih berbentuk komunitas ataupun setelah menjadi sekolah.

Uye pun menghibahkan hadiah dari prestasinya itu untuk keberlangsungan sekolah RCM.

Jatuh bangun

Uye saat berinteraksi menggunakan bahasa isyarat dengan  siswa di SD inklusi Rumah Ceria Medan di Jalan Bunga Cempaka Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Rabu (25/10/2023).Kompas.com/Rahmat Utomo Uye saat berinteraksi menggunakan bahasa isyarat dengan siswa di SD inklusi Rumah Ceria Medan di Jalan Bunga Cempaka Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Rabu (25/10/2023).

Keberhasilan mendirikan RCM, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Proses jatuh bangun dan pasang surut semangat dilalui Uye silih berganti.

Namun, Uye menjadikannya sebagai penguji konsistensinya, merawat mimpi para anak disabilitas.

Uye masih ingat betul di awal tahun 2019 sempat kedatangan siswa disabilitas berinisial A (13).

Karena tidak mengerti bahasa isyarat, siswa dengan gangguan tunarunggu itu menghancurkan barang-barang di sekolahnya.

Mulai dari menjebol pintu sampai menjatuhkan lemari. Parahnya lagi wajah Uye pernah ditonjok hingga disiram air.

Hal itu tidak membuatnya Uye patah arang, justru dia tertantang untuk belajar bahasa isyarat.

"Sempat tanya ke teman di Yogya untuk belajar, kemudian dihubungkan dengan Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu (Gerkatin) Medan, ternyata mereka tidak punya juru bahasa isyarat. Akhirnya Kak Uye digembleng jadi juru bahasa isyarat sampai bisa," ujar Uye.

Semangat Uye membuahkan hasil. Dia kemudian lancar berkomunikasi dengan A. Kini A bahkan menjadi salah satu siswa yang kemampuan literasinya paling bagus di RCM.

"Dia (bahasa) isyaratnya paling bagus, dia juga sering ditunjuk jadi pemimpin di kelasnya, jadi yang paling nampak progresnya dia," ujar Uye.

"Dari yang tidak tahu angka, dia sudah bisa kurang-kurang, bagi-bagi dan dia sudah memahami bahasa komunikasi dengan baik. Target Kak Uye 5 tahun dia (menguasai) ini, tapi 4 tahun sudah mencapainya," tambah dia. 

Kini A tengah menyongsong masa depan untuk persiapan mengikuti ujian nasional. Bila lulus maka A akan memperoleh setara ijazah SD reguler.

"Kesetaraan kita kan program paket ya kita kan sekarang punya program kesetaraan kan pemerintah punya paket, jadi mirip dengan home schooling," ujarnya.

Tantangan dan cita-cita

Terarium hasil karya SD inklusi Rumah Ceria Medan di Jalan Bunga Cempaka Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Rabu (25/10/2023).Kompas.com/Rahmat Utomo Terarium hasil karya SD inklusi Rumah Ceria Medan di Jalan Bunga Cempaka Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Rabu (25/10/2023).

Namun, tantangan mendidik siswa SD Inklusi ke depan akan semakin kompleks.

Terlebih dalam waktu dekat, tanah tempat berdirinya RCM akan dijual pemiliknya tahun depan. Secepatnya Uye harus mencari tempat baru bagi keberlangsungan sekolah inklusi.

Namun, bukan Uye kalau mudah putus asa. Ia jauh-jauh hari telah menyiapkan uang untuk mengantisipasi hal tersebut. Di sisi lain dia memiliki program untuk mengumpulkan dana bagi sekolah baru.

"Kak Uye lagi mau buat program biar tidak usah donasi (membantu RCM). Saya mau buat buku pembelajaran anak, untuk dijual. Dari keuntungannya nanti mau beli tanah di daerah sini jadi ada target sekitar Rp 3 miliar karena cita-cita Kak Uye punya konsep sekolah alam," ungkapnya.

Selain itu, wanita kelahiran 1989 ini juga masih tidak rela bila siswa yang lulus SD inklusi miliknya luntang-lantung mencari SMP inklusi yang keberadaannya sulit dicari di Medan.

Karenanya, di tahun depan Uye punya komitmen mendirikan SMP inklusi. Baginya, tidak ada yang mustahil bila dilakukan dengan kesungguhan dan doa.

"Kalau mereka enggak dapat legalitas (pendidikan) masa depannya kayak mana, sebetulnya ini lebih ke tanggung jawab moral saya,'' ujar Uye.

Uye juga sudah menyiapkan beberapa program yang nantinya bisa mengasah skill siswanya ke depan.

Misalnya pembuatan terarium secara profesional. Tujuannya agar ke depan para anak disabilitas punya keterampilan yang bisa membuat mereka hidup mandiri.

Dia pun kian termotivasi mengatur rencana demi rencana untuk masa depan para disabilitas, termasuk mendirikan SMA inklusi.

Uye yakin, hanya dengan pendidikan inklusif para penyandang disabilitas memperoleh kesetaraan pendidikan dan kesempatan meraih mimpi yang sama layaknya anak non-disabilitas.

"Kak Uye cita-citanya disabilitas dianggap biasa saja, tidak istimewa, solusinya di pendidikan sejak dini. Jadi terbudaya hidup berdampingan jadi tidak ada lagi eksklusif disabilitas, non-disabilitas itu membingungkan," katanya.

"Orang dewasa ketika bekerja ada tuli masuk bingung, ini gimana kerja sama dengan dia, bingung? kenapa? karena dari kecil kita tidak terdidik untuk menerima disabilitas dan hidup selayaknya inklusif, itu karena dari kecil kita tidak dapat pendidikan inklusif," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Medan
Maju Pilkada Sumut, Edy Rahmayadi Daftar ke 8 Partai, Terakhir Hanura

Maju Pilkada Sumut, Edy Rahmayadi Daftar ke 8 Partai, Terakhir Hanura

Medan
Petugas Dishub Medan Polisikan Pedagang Martabak, Bobby Minta Laporan Dicabut

Petugas Dishub Medan Polisikan Pedagang Martabak, Bobby Minta Laporan Dicabut

Medan
Paman Bobby Nasution Ingin Jadi Bacalon Wali Kota Medan lewat PDI-P

Paman Bobby Nasution Ingin Jadi Bacalon Wali Kota Medan lewat PDI-P

Medan
Edy Rahmayadi Daftar Bacalon Gubernur Sumut ke PAN, meski Zulhas Dukung Bobby

Edy Rahmayadi Daftar Bacalon Gubernur Sumut ke PAN, meski Zulhas Dukung Bobby

Medan
Kronologi Tabung Elpiji Meledak di Medan, Terdengar Suara seperti Bom

Kronologi Tabung Elpiji Meledak di Medan, Terdengar Suara seperti Bom

Medan
Bayar Listrik Tiap Bulan, KWh Meter Pedagang Martabak di Medan Dicabut PLN Usai Video Pemalakan Viral

Bayar Listrik Tiap Bulan, KWh Meter Pedagang Martabak di Medan Dicabut PLN Usai Video Pemalakan Viral

Medan
Dipolisikan Usai Diduga Dipalak Petugas Dishub Medan, Pedagang Martabak Pasrah

Dipolisikan Usai Diduga Dipalak Petugas Dishub Medan, Pedagang Martabak Pasrah

Medan
PLN Cabut Aliran Listrik Pedagang Martabak yang Diduga Dipalak Petugas Dishub Medan

PLN Cabut Aliran Listrik Pedagang Martabak yang Diduga Dipalak Petugas Dishub Medan

Medan
Curhat Pedagang Martabak di Medan yang Diduga Dipalak Petugas Dishub

Curhat Pedagang Martabak di Medan yang Diduga Dipalak Petugas Dishub

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Medan
Anggota Dishub Medan Diduga Palak Pedagang Martabak lewat Jukir

Anggota Dishub Medan Diduga Palak Pedagang Martabak lewat Jukir

Medan
Ledakan Tabung Gas di Kota Medan, 2 Luka-luka dan Dinding Rumah Rusak

Ledakan Tabung Gas di Kota Medan, 2 Luka-luka dan Dinding Rumah Rusak

Medan
Heboh Ledakan Tabung Gas Elpiji di Medan, Ibu dan Anak Terluka

Heboh Ledakan Tabung Gas Elpiji di Medan, Ibu dan Anak Terluka

Medan
Pegawai Dishub Medan Bantah Palak Pedagang, Laporkan Perekam Video ke Polisi

Pegawai Dishub Medan Bantah Palak Pedagang, Laporkan Perekam Video ke Polisi

Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com