Salin Artikel

Dikelola 3 Generasi, Produksi Minyak Karo Laucih yang Banyak Khasiat Bisa Tembus Pasar Aceh sampai Papua

Dari tempat itu lah Minyak Karo Laucih diproduksi kemudian dikirimkan kepada ratusan reseller dari Aceh hingga Papua.

Perempuan tersebut bernama Pakenta br Ginting, ibu dari Nuansa Putra Kaban, generasi ketiga yang memproduksi Minyak Karo Laucih.

Ditemui di rumah produksinya di Jalan Jamin Ginting, KM 13,1, Kelurahan Laucih, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan beberapa waktu lalu Nuansa menjelaskan bagaimana upaya melestarikan warisan leluhur secara turun temurun.

"Kalau sejarah Minyak Karo Laucih ini sebenarnya kita sudah, saya pribadi sudah keturunan ketiga dalam mengelola usaha ini. Namun dalam sejarahnya, jauh sebelum itu, nenek moyang leluhur kita sudah melakukan proses pembuatan atau produksi ini," ujarnya. 

"Misalnya ada orang terluka atau butuh sesuatu untuk mengobati penyakitnya, sama bolang atau nenek kita itu hanya dikasih saja dengan cuma-cuma," ujarnya. 

Minyak yang diproduksi itu pun tidak ada merk atau label. Pengemasannya pun beragam. Mulai dari menggunakan plastik, batok kelapa. jrigen, dan lain sebagainya. Tetap tidak ada proses komersil, yang ada hanya barter.

"Barternya ketika mereka merasa bermanfaat, mereka bawa kelapa, ayam, gula sebagai gantinya. Jadi tak ada uang untuk membeli. Tidak boleh diperjual belikan," katanya. 

Sengaja diberi nama Laucih untuk menyesuaikan nama daerah. Ide membuat label Laucih itu muncul dari almarhum ayahnya, Tjonto Kaban dan dirinya pada tahun 1999. Seiring dengan itu dimulai proses perizinannya.

"Orang pada saat itu mencari banyak sekali, orang bertanya, oh, minyak biring Laucih, iting Laucih, yang di laucih, jadi Laucih itu jadi seperti sebuah ikon jadinya dan itu kita pakai branding yang kita gunakan," katanya. 

"Cara men-drive-nya di awal ada kesulitan karena ada keyakinan kalau dikomersilkan tak laku. Tapi ternyata tak seperti itu," katanya. 

Cara penjualannya pun dari sebelumnya secara offline, kini merambah ke online. Dengan begitu, banyak pasar yang bisa diraih.

Tidak hanya terbatas di Medan, Brastagi - Tanah Karo. Banda Aceh, Duri, Riau, Pekanbaru, Batam, Lampung, Bengkulu, Jakarta, Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Kalimantan, Manokwari, Soke, Alor, NTT, dan lainnya. 

"Hampir dari Sabang sampai Merauke. Kami saat ini ada 425 reseller di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Dan itu bukan proses yang mudah," katanya. 

Proses itu mulai dari jatuh bangun, kadang tak ada modal atau bantuan, kesulitan finansial sehingga permintaan tak bisa dikirim, dan lainnya.

"Itu proses yang kami alami dan sampai saat ini kami bersyukur bisa mencapai hal yang luar biasa. Karena kita dituntut bisa menjual dengan cara jumlah besar dan jaraknya yang jauh. Mungkin sekitar 67 persen sudah online," katanya. 

Seperti induk kunyit, jahe merah, bunga bakung, eucaliptus, adas manis, alba, kapulaga, pala, akar angin, serai, jintan, daun sampe sempilet, bereng/ biji kecipir, daun gagatan harimau, kayu lemo, sepang (secang), bunga lawang, bawang merah, bawang putih, dan lainnya. 

"Kunyit dan sirih itu antiseptik alami. Bukan hanya di pengobatan tradisional tapi juga di pengobatan modern. Pala bagus untuk melancarkan peredaran darah, bengkak. Cengkih juga digunakan membunuh kuman di gigi," katanya. 

Pengiriman barang misalnya ke Bandung, Bengkulu terkendala karena ada embargo. Begitu juga ke Jakarta yang sempat ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

"Jadi waktu itu permintaan ada tapi pengiriman yang tak bisa. Penjualan turun sekitar 60 persen. Tapi setelah masa PSBB, kita bisa lebih gampamg menjual walaupun naiknya perlahan-lahan," katanya. 

Misalnya untuk penyembuhan luka bakar, pisau, paku, tetanus, hingga pengganti minyak telon. 

"Soalnya dari dulu sudah pakai ini untuk gatal-gatal pada anak, pakai ini langsung hilang, kena pisau, paku kan bisa ada tetanus, terus kena grenda, goreng lele kan meletup-letup, ada bekas luka bakarnya, pakai ini tak ada bekasnya. Terus untuk bayi, aku kan punya anak, 2 tahun dan 5 tahun. Aku pakai minyak hijau. ini kayak minyak telon, aroma serainya wangi. Tahan lebih dari 12 jam," katanya. 

https://medan.kompas.com/read/2021/03/22/120204478/dikelola-3-generasi-produksi-minyak-karo-laucih-yang-banyak-khasiat-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke