Salin Artikel

7 Rumah Adat Sumatera Utara, Keunikan, Ciri Khas, dan Fungsi

KOMPAS.com - Rumah adat Sumatera Utara merupakan bangunan berbentuk rumah panggung yang berasal dari hasil kebudayaan setempat.

Bentuk dan fungsi rumah adat Sumatera Utara mengandung keunikan yang bersumber dari filosofi dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sejak zaman dulu kala.

Untuk mengenal rumah adat Sumatera Utara termasuk nama, keunikan, ciri khas dan fungsi dapat disimak dalam ulasan berikut.

Mengutip dari buku Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara (1997), Suku Batak Toba sebagian besar mendiami daerah Tapanuli Utara.

Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atap yang melengkung, serta pada bagian depan terkadang dipasang tanduk kerbau.

Dinding depan rumah Adat Sumatera Utara ini dihiasi ukiran tradisional Batak yang berwarna merah, putih dan hitam.

Rumah adat ini ditempati satu hingga empat keluarga. Bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal disebut Ruma, semantara untuk tempat penyimpanan disebut Sopo.

Tiang penyangga rumah memiliki pondasi yang disebut dengan Batu Ojahan.
Hal unik lain adalah jumlah anak tangga ke arah pintu rumah yang biasanya berjumlah ganjil.

Bersumber dari buku Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara (1997), kebudayaan Suku Melayu banyak ditemukan di Pesisir Timur Sumatera Utara.

Rumah adat Sumatera Utara yang dibuat Suku Melayu kental dengan pengaruh adat Resam, syariat Islam, dan faktor iklim setempat.

Penggunaan arsitektur rumah panggung dimaksudkan untuk menghindari hewan buas, ancaman banjir, dan menjaga perkakas dari kelembaban.

Pengaruh syariat Islam membuat rumah adat ini memiliki sekat dengan ruang lelaki diletakkan berbeda dengan perempuan.

Adapun rumah adat Suku Melayu dibagi menjadi tiga jenis yaitu Rumah Tiang enam, Rumah Tiang Enam Bersembari, dan Rumah Tiang Dua Belas.

Rumah adat Sumatera Utara ini juga berbentuk panggung.

Salah satu perbedaannya adalah rumah adat Batak Karo memiliki dua pintu atau ture yang dinamai ture jahe dan ture julu.

Bagian atapnya berbentuk trapesium dengan tutup atap bagian depan berbentuk segitiga.
Adapun rumah adat Batak Karo ditempati oleh delapan keluarga.

Selain itu, rumah ini dibangun dengan konstruksi yang tidak memerlukan penyambungan. Komponen bangunan disusun dengan pasak atau diikat dengan ijuk.

Wahidah Rahmadhani dalam buku Rumah Bolon Istana sang Raja Purba menjelaskan bahwa

Rumah Bolon merupakan bangunan induk terbesar dalam sebuah kompleks istana.

Fungsi rumah Bolon tidak lain adalah sebagai tempat tinggal para raja.

Rumah panggung tidak memiliki jendela, namun ada jeruji kayu yang difungsikan sebagai sirkulasi udara sekaligus cahaya.

Bagian dalam bangunan terbagi dua yaitu ruang depan yang disebut lopo untuk raja, sementara ruang dalam untuk istri dan anak-anaknya.

Di tengah ruangan ada tiang utama berwarna putih, merah, dan hitam yang dihiasi tanduk-tanduk kerbau.

Bagi masyarakat Mandailing, mereka mengenal rumah adat Sumatera Utara dengan nama Bagas Godang.

Bangunan rumah adat Bagas Godang berbentuk rumah panggung dengan material utama penyusunnya adalah kayu.

Ciri khas lain dari rumah adat Mandailing adalah bagian atap berbentuk limasan bertingkat dengan runcingan di sisi kiri dan kanannya.

Rumah adat ini difungsikan sebagai rumah tinggal dengan ruangan terbesar ada di tengah yang digunakan untuk berkumpul.

Suku Pakpak adalah suku besar yang mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, oleh karenanya keberadan rumah adat Pakpak juga masih kerap ditemukan.

Rumah adat suku Pakpak juga dikenal dengan nama Rumah Jojong atau Sapo Jojong.

Bentuknya khas rumah panggung yang terbuat dari kayu dengan atap bertingkat.

Keunikan rumah ini ada pada ornamen utama berupa ukiran dan lukisan, salah satunya berbentuk sepasang cicak dan payudara yang melambangkan kesuburan.

Rumah Jojong yang memiliki arti menara rumah memiliki menara di bagian tengah bubungan atap yang melengkung.

Sebagai rumah tinggal, bangunan ini dikhususkan untuk ini ditempati oleh raja dan keluarga dekatnya.

Suku Nias tidak hanya terkenal dengan tradisi lompat batu namun juga keunikan rumah adatnya.

Ada dua jenis rumah adat Nas yaitu Omo Hada dan Omo Sebua. Keduanya dibedakan berdasarkan fungsinya.

Omo hada merupakan rumah untuk rakyat biasa berupa rumah panggung. Di Nias Utara bangunan ini berbentuk persegi, sementara di Nias Selatan berbentuk oval

Bagian atap Omo Hada terdapat jendela yang bisa dibuka agar sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan.

Adapun Omo Sebua lebih megah karena dihuni kepala desa atau kepala negeri.

Sumber:

http://repositori.kemdikbud.go.id/7603/1/ARSITEKTUR%20TRADISIONAL%20DAERAH%20SUMATERA%20UTARA.pdf

https://budi.kemdikbud.go.id/buku/pdf/Rumah-Bolon-Wahidah-Final_0.pdf

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/uniknya-rumah-bolon-istana-raja-purba/

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/bagas-godang-singengu-di-mandailing-natal/

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=998

https://bobo.grid.id/read/082207755/mengenal-omo-hada-dan-omo-sebua-rumah-tradisional-masyarakat-nias?page=all

https://medan.kompas.com/read/2021/12/27/194803678/7-rumah-adat-sumatera-utara-keunikan-ciri-khas-dan-fungsi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com