Salin Artikel

Difitnah Teman, Anak 15 Tahun Dianiaya Rekannya, Ditonton dan Direkam, Videonya Viral

MEDAN, KOMPAS.com - Sebuah video memperlihatkan penganiayaan anak di bawah umur oleh teman sebayanya viral di media sosial.

Korban dicaci-maki, dipukul, dijambak, dan ditendang meskipun sudah terduduk di tanah. Penganiayaan itu hanya menjadi tontonan teman-temannya.

Di akun Instagram @medantoday, tertulis keterangannya korban berinisial W dan pelakunya berinisial D.

Kejadiannya di Jalan Cempaka 8, Pasar 3, Medan Selayang, dipicu oleh kesalahpahaman. Terlihat bahwa sejumlah teman-temannya berusaha untuk melerai namun tidak berhasil.

Ditemui di rumahnya, tak jauh dari lokasi kejadian, orangtua korban, Murni (41) mengatakan, peristiwa penganiayaan terhadap anak keduanya itu, berinisial W (15) terjadi pada Senin (20/12/2021) sekitar pukul 17.00 WIB.

Menurutnya, penganiayaan itu terjadi karena ada kesalahpahaman.

Dikatakannya, anaknya dan pelaku adalah berteman. Ada teman anaknya berinisial DI mengatakan kepada W bahwa keluarga D tidak bagus.

Namun kemudian DI memutar ceritanya dengan mengatakan kepada D bahwa W telah menjelekkan keluarganya.

"Jadi si pelaku ini dia mungkin emosi, anakku jadi sasarannya," katanya.

Penganiayaan itu terjadi saat anaknya sedang pergi dengan temannya berinisial C. Kemudian ada yang memberitahu kepada pelaku bahwa anaknya sedang berada di Pasar 3. Selanjutnya pelaku datang dengan empat temannya menemui korban.

Saat itu, anaknya terlibat cekcok dengan pelaku hingga akhirnya mereka bersepakat untuk datang ke rumah.

Namun dalam perjalanannya, pelaku membelokkan ke Jalan (gang) Cempaka 8 dan di lokasi yang sepi itu lah anaknya dianiaya oleh pelaku dengan disaksikan  serta direkam oleh teman-temannya.

Awalnya dia tidak tahu bahwa penganiayaan itu divideokan. Karenanya, dia percaya saja ketika si pelaku mengatakan bahwa yang dilakukannya terhadap anaknya tidak berlebihan.

"Katanya anakmu enggak kuapa-apain. Hanya kuginikan aja nyah," katanya sembari memperagakan tangannya menampar kepalanya sendiri.

Sekitar seminggu kemudian, dia baru mengetahui bahwa penganiayaan anaknya divideokan oleh teman-temannya. Setelah beberapa cara akhirnya dia mendapatkan videonya.

Mendapat video itu, dia mengirimkannya ke orangtua pelaku.

"Jangan dulu dibesarkan, biar kukirim dulu ke keluarga mereka apa tanggapannya. Hanya di-read saja. Kubilang, lihat kelakuan ibu. Saya tak terima, sebegininya anaku dibuat sama anak ibu, tak ada tanggapan," katanya.

Kasus itu dilaporkannya ke Polrestabes Medan pada Senin (3/1/2022). Atas kejadian itu, awalnya ada seseorang yang berupaya untuk memediasi atau mendamaikan namun tidak berhasil.

Orang tersebut meminta dirinya untuk datang ke rumah pelaku dan merekam video pelaku meminta maaf. Saat itu dia heran karena dia adalah pihak korban.

"Harusnya kan pihak pelaku yang datang ke rumah kita, tapi tak apa lah kami ikuti lah cara dia," katanya.

Dalam pertemuan itu, dia meminta agar pengobatan ditanggung oleh keluarga pelaku. Pengobatan itu juga termasuk untuk scan atau ronsen seluruh badan anaknya karena dianiaya.

Keluarga pelaku tak mau karena faktor biaya dan meminta agar scan di bagian kepala saja. Murni mengiyakan namun ternyata hal tersebut juga tidak dilakukan.

"Kami damai mau tapi ini kan sudah dilaporkan ke Polrestabes Medan. Harus cabut perkara," katanya.

Kepala lingkungan setempat, juga sudah menemuinya untuk mediasi perdamaian, bahkan mengajak pertemuan ke kelurahan. Namun dia kukuh untuk tetap melanjutkan ke proses hukum.

Dikonfirmasi melalui telepon pada Rabu (12/1/2022) sore, Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Medan, AKP Mardianta Ginting mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan atas kasus tersebut.

"Iya, sudah. Lagi diperiksa," ujarnya singkat. 

https://medan.kompas.com/read/2022/01/12/180125278/difitnah-teman-anak-15-tahun-dianiaya-rekannya-ditonton-dan-direkam-videonya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke