Salin Artikel

Masjid Tuo Kayu Jao, Sejarah dan Gaya Arsitekturnya

Lokasi Masjid Tuo Kayu Jao berada di Jorang Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Lokasi masjid ini tergolong jauh dari permukiman penduduk. Selain itu masjid juga berada di ketinggian 1.152 meter di atas pemrukaan laut.

Kata kayu dalam nama masjid ini merujuk pada bahan yang digunakan untuk membangun masjid yaitu kayu. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Tak hanya itu, daya tarik Masjid Tuo Kayu Jao juga terletak pada tata letak masjid yang berada di sekililing lembah, dengan sungai yang mengalir di sisi selatan dan timur masjid.

Konon saat pembangunan masjid ini, kayu-kayu Jao yang dikumpulkan sebagai bahan pembangunan hanyut di sungai hingga sampai pada lokasi masjid sekarang.

Akibatnya, masjid pun dibangun di lokasi tersebut, sehingga tidak perlu repot membawa kembali kayu-kayu yang hanyut itu ke tempat semula.

Sejarah Masjid Tuo Kayu Jao

Masjid Tuo Kayu Jao disinyalir dibangun pada abad ke-16 Masehi. Namun angka pasti tahun pembangunannya masih perdebatan, antara 1567 dan 1599.

Dari tahun pembangunanya dapat disimpulkan bahwa Masjid Tuo Kayu Jao merupakan salah satu bukti perkembangan Islam di Solok.

Dari kisah yang berkembang, masjid ini dibangun atas swadaya dan gotong royong masyarakat Lubuk Lasih dan Batang Arus.

Sementara nama yang sering disebut dalam pembangunan masjid ini adalah Imam Masaur atau Angku Masaur.

Ada pihak yang menganggap Imam Masaur dan Angku Masaur merupakan dua orang yang berbeda. Padahal mereka adalah orang yang sama.

Angku Masaur merupakan seorang imam masjid sehingga dikenal dengan sebutan Imam Masaur. Makam sang imam berada di dekat mihrab Masjid Tuo Kayu Jao.

Selain Angku Masaur, ada nama lain yaitu Angku Labai. Dia merupakan seorang muazin yang makamnya berada di sisi timur masjid.

Atap masjid ini bersusun tiga. Atap bagian mihrab berupa gonjong dengan bahan terbuat dari ijuk.

Seluruh bagian masjid mulai dari dinding, tiang, hingga plafon terbuat dari bahan kayu. Namun saat ini, tiang bagian tengah sudah diubah dengan beton dikarenakan sudah hancur dimakan usia.

Sebagai cagar budaya, Masjid Tuo Kayu Jao sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Namun pemugaran itu tidak mengubah bahan awalnya yaitu kayu Jao.

Perubahan saat pemugaran hanya dilakukan pada material kayu selain tiang, serta perubahan ornamen dan warna cat pada bagian luar bangunan.

Bangunan masjid sendiri terdiri dari ruang sholat utama yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10x10 meter persegi.

Pada ruang sholat utama ini dilengkapi dengan ruang mohrab pada sisi barat yang berukuran sekitar 3,5x2,1 meter persegi.

Tinggi dinding pada bagian ruang sholat utama ini mencapai 12 meter.

Pada ruang sholat ini terdapat satu pintu di sebelah timur, serta 13 jendela yang letaknya ada 3 di sisi timur, 4 di sisi selatan, 4 di sisi utara, lalu dua jendela di bagian mihrab.

Bagian atap berbentuk susun tiga degan gonjong dari ijuk pada bagian mihrab.

Di antara susunan atap itu ada pembatas dengan hiasan terawang bermotif geometris. Selain sebagai pembatas, ia juga berfungsi sebagai fentilasi.

Secara keseluruhan arsitektur Masjid Tuo Kayu Jao sangat dipengaruhi gaya arsitektur Minangkabau.

Sumber:
Kompas.com
Digilib.mercubuwana.ac.id
Kebudayaan.kemdikbud.go.id

https://medan.kompas.com/read/2022/01/16/161000778/masjid-tuo-kayu-jao-sejarah-dan-gaya-arsitekturnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke