Salin Artikel

Dokter yang Suntik Vaksin Kosong ke Siswa SD di Medan Minta Maaf

MEDAN, KOMPAS.com - Kasus dugaan vaksinasi kosong terhadap anak di sekolah dasar di daerah Belawan, tepatnya di sekolah dasar di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Martubung, Kecamatan Labuhan Deli pada Senin (17/1/2022) disesalkan oleh Ketua IDI Sumut, dr. Ramlan Sitompul SpTHT-KL (K).

Hal tersebut diungkapkannya ketika konferensi pers di aula Mapolres Pelabuhan Belawan pada Jumat (21/1/2022) sore.

Saat itu terungkap bahwa vaksinasi itu diinisiasi oleh Polres Pelabuhan Belawan dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB dengan peserta 500 anak namun baru tercapai 460 anak.

Di hadapan wartawan, dr. Ramlan Sitompul SpTHT-KL (K) mengatakan, pihaknya mendapat informasi ada video yang beredar tentang petugas kesehatan dalam hal ini dokter melakukan vaksinasi di salah satu sekolah di Kota Medan.

Setelah melihat itu, pihaknya berdiskusi dengan IDI wilayah serta berkomunikasi dengan Polda Sumut.

"Kami dari pengurus wilayah sangat menyesalkan terjadinya kejadian seperti itu. Kami  sudah melihat dan sekilas mempelajari bahwa dari video yang kita lihat itu ada hal-hal yang tidak semestinya terjadi seperti itu," katanya.

Untuk itu, sesuai dengan standar yang ada di profesi kedokteran pihaknya akan melakukan juga pendalaman.

"Kami akan melakukan pemeriksaan terhadap teman-teman sejawat kami yang melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan standar pada vaksinasi tersebut karena itu merugikan," katanya.

Minta maaf

Saat itu, Ramlan meminta agar dr TGA, petugas vaksinator yang menyuntik anak dengan suntikan diduga kosong itu untuk memberikan pernyataan. Saat itu, dia duduk berdampingan dengan perawat W.

Dengan pengeras suara dia menyampaikan permintaan maaf.

"Kepada pihak Polri, masyarakat, IDI Sumut dan IDI Medan saya mohon maaf atas kesilapan yang saya perbuat ini," katanya.

Sementara Ketua IDI Kota Medan, dr Wijaya Juwana mengatakan bahwa pihaknya mendukung vaksinasi.

Dikatakannya, niat baik untuk menuntaskan pandemi, jangan sampai terabaikan dengan adanya sedikit kekurangan pada pelaksanaan vaksinasi apalagi dengan jumlah peserta vaksinasi yang cukup banyak.

"Untuk menutupi kekurangan itu dalam rangka niatan baik dan saya sempat sampaikan juga melalui candaan, juga yang bilang kita bersyukur bahwa seandainya pun itu vaksinasi yang kosong tak ada zat berbahaya yang masuk ke tubuh si anak tersebut artinya walaupun kesilapan ini terjadi tidaklah berakibat fatal," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Direktur Reskrimum Polda Sumut, Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja menjelaskan pihaknya sudah memeriksa sejumlah saksi di antaranya orangtua dua anak yang divaksin berinisial O dan K. 

Pihaknya masih menyelidiki dengan melibatkan beberapa ahli dan Labfor serta menganalisa video yang beredar dan membandingkan video vaksinasi di tempat lain.

Pihaknya merespon cepat terkait hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan percepatan vaksinasi yang menjadi program pemerintah mengantisipasi penyebaran Covid-19.

"Lebih kurang 5 orang saksi yang telah diperiksa, status saat ini masih saksi. Kemudian barang bukti yang disita, bekas jarum suntik yang telah digunakan kegiatan tersebut, buku agenda terkait dengan daftar anak yang divaksin dan rekaman video yang telah diambil orangtua anak berinisial K," katanya. 

"Ini tetap berproses. Kami tetap menggandeng dari pihak IDI untuk menindaklanjuti video viral yang sama-sama kita ketahui bersama," katanya.

Pihaknya mengetahui bahwa ada dua video dan kini diselidiki. Pihaknya juga sudah melakukan pra rekonstruksi singkat terkait proses pembukaan bungkus jarum suntik yang akan digunakan vaksinasi atau pada saat sudah terbuka namun jarum suntik ada di dalam bungkus plastik tersebut. Sudah diperagakan. 

"Inilah yang masih dalam penyelidikan kalau kita lihat ya jarum suntik tersebut tidak ada perbedaannya apabila tidak terisi. ya kalau tidak terisi seperti itulah gambarnya Tapi kalau dia kebutuhannya untuk vaksin adalah 0,5. Seandainya dia 0,5 terisi vaksin itu kan ada perbedaan," katanya. 

https://medan.kompas.com/read/2022/01/21/183310878/dokter-yang-suntik-vaksin-kosong-ke-siswa-sd-di-medan-minta-maaf

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com