Salin Artikel

Sejarah Aksara Kaganga dan Jumlah Aksara Rejang

KOMPAS.com - Aksara Kaganga merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatera sebelah Selatan. Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini, antara lain aksara Rejang, Lampung, Rencong, dan lain-lain.

Nama Kaganga merujuk pada tiga aksara pertama yang mengingatkan kita pada urutan aksara India.

Istilah Kaganga diciptakan oleh Mervyn A. Jaspan (1926-1975), antropolog di University of Hull (Inggris) yang tertuang dalam buku Folk literature of South Sumatra. Sementara, istilah asli yang digunakan oleh masyarakat di Sumatra sebelah selatan adalah Surat Ulu.

Aksara Batak atau Surat Batak juga berkerabat dengan kelompok Surat Ulu, namun urutannya berbeda.

Diperkirakan zaman dahulu di seluruh pulau Sumatera dari Aceh hingga Lampung di ujung selatan menggunakan aksara yang berkerabat dengan kelompok aksara Kaganga (Surat Ulu) ini.

Namun hal ini tidak terjadi di Aceh dan daerah Sumatera Tengah (Minangkabau dan Riau), sejak lama dua wilayah tersebut menggunakan

Perbedaan utama antara aksara Surat Ulu dengan aksara jawa adalah aksara Surat Ulu tidak memiliki pasangan sehingga jauh lebih sederhana daripada aksara Jawa. Sehingga, aksara Surat Ulu lebih mudah dipelajari.

Aksara Surat Ulu diperkirakan berkembang dari aksara Pallawa dan aksara Kawi yang digunakan oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan.

Bengkulu dan Aksara KA-GA-NGA

Aksara asli Bengkulu dikenal dengan KA-GA-NGA. Aksara KA-GA-Nga merupakan turunan dari aksara Palawa dan berbetuk garis siku-siku serta sangat kaku.

Pada zaman dahulu, aksara Ka-Ga-Nga ditulis pada media bambu, bilah bambu, batu, kulit kayu, rotan, bilah rotan, serta tanduk.

Masyarakat Bengkulu menggunakan aksara Ka-Ga-Nga untuk menulis doa-doa, mantera, teknik bercocok tanam, pengumuman, cerita rakyat, sejarah, maupun informasi yang dikirim luas atau secara pribadi.

Beberapa ahli bahasa mengklaim bahwa ada hubungan antara aksara ini dengan hieroglif Mesir dan bahasa Ibrani.

Di Museum Negeri Bengkulu banyak ditemukan potongan naskah penggunaan aksara Ka-Ga-Nga pada masyarakat zaman dulu. Naskah-naskah tersebut terkumpul dari berbagai daerah di Provinsi Bengkulu.

Saat ini, budaya tulis Ka-Ga-Nga kembali dimunculkan ke masyarakat, salah satunya adalah menambahkan simbol-simbol tulisan dan huruf pada motif batik.

Selain itu, anak sekolah juga mulai diperkenalkan dengan aksara Ka-Ga-Nga pada pelajaran muatan lokal.

Aksara Kaganga Rejang

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lebong tahun 2013 tentang aksara Ka Ga Nga disebutkan bahwa aksara Rejang disebut Lepiak yang berjumlah 28 buah aksara yang terdiri dari 19 buah aksara tunggal (buak tuwai) dan 9 aksara Ngimbang.

Aksara tunggal (buak tuwai), yaitu

k     g     N      t     d   n    p    b    m     c
ka   ga   nga   ta   da  na  pa  ba  ma   Ca

j     Y       s     R    L   y     w     h    a
ja   Nya   sa   ra   la   ya   wa   ha   a

Aksara ngimbang, yaitu:

B        G        P        D       C      K         J     T      H
Mba   ngga   mpa   nda   nca   ngka   nja   nta   gha

Sementara, tanda baca aksara Rejang berfungsi mengubah bunyi aksara asal menjadi bunyi lain, yaitu berjumlah 15 buah yang terdiri dari tanda awal kalimat, tanda tanya, tanda seru, koma, titik, dan tanda akhir kalimat.

Aksara Rejang digunakan digunakan dalam penulisan naskah budaya, sastra, hukum, adat istiadat, papan nama lembaga dinas, dinas, instansi, kantor pemerintah, nama gedung/bangunan, plat nama jalan, gang, dan untuk keperluan identitas lainnya.

Sumber: https://bengkulu.bpk.go.id/ dan https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/aks

https://medan.kompas.com/read/2022/01/29/113953878/sejarah-aksara-kaganga-dan-jumlah-aksara-rejang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com