Salin Artikel

2 Opsi Evakuasi 9 Warga Binjai dan Langkat yang Masih Terjebak di Pabrik Chernihiv Ukraina

MEDAN, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia terus mengupayakan evakuasi warga negara Indonesia yang berada di wilayah konflik di Ukraina.

Sebanyak 80 dari 113 WNI yang ada di Ukraina telah dipulangkan ke Indonesia dengan menggunakan pesawat khusus.

Namun hingga saat ini, masih ada sembilan warga Kota Binjai dan Kabupaten Langkat yang masih berada di pabrik plastik di Chernihiv, Ukraina. Ada 2 opsi untuk mengeluarkan mereka dari lokasi tersebut menurut perwakilan dari Kemenlu RI.

Hal itu disampaikan Judda Nugraha, Perwakilan dari Kemenlu RI saat telekonferensi bersama Dubes RI untuk Ukraina, Ghoffur, mantan Dubes RI untuk Ukraina, Prof. Yuddi Chrisnandi, perwakilan dari Kemenlu RI Wil. 2 Eropa, Lucky W, Kadisnakerperindag Kota Binjai serta keluarga 9 WNI yang masih di Ukraina, pada Senin (7/3/2022) siang.

Judda mengatakan, dia diperintahkan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi agar masuk ke Ukraina untuk mengevakuasi WNI.

"Alhamdulillah hingga saat ini ada 113 warga Indonesia yang sudah berhasil dikeluarkan dari Kota Kyiv dengan berbagai macam upaya. Mulai dari WNI yang ada di Kyiv, di Odesa, yang ada di Kharkiv, total 113 yang bisa keluarkan dari 80 (orang). Mereka sudah kita pulangkan dengan pesawat Khusus ke Indonesia," katanya.

Dijelaskan Judda, pihak Kementrian Luar Negeri RI bersama pihak TNI sudah masuk Ukraina untuk mengupayakan evakuasi Iskandar dan lainnya ke luar ke arah Polandia.

"Itu misi kami. Jadi, jangan khawatir negara akan hadir kami selalu berkomunikasi bersama pak Iskandar untuk memantau keadaan mereka di sana," katanya.

Untuk diketahui, Iskandar merupakan salah satu WNI yang terjebak di pabrik plastik Chernihiv, Ukraina.

Dari pengalaman keberhasilan mengeluarkan 113 WNI di Ukraina, kata Judda, yang terpenting adalah menciptakan situasi yang tenang dan tidak panik.

Pihaknya merancang keluarnya WNI dari Kyiv sejak tanggal 25-26 Februari 2022. Namun, karena ada pertempuran dan situasi tidak aman maka pihaknya menundanya karena menilai rute evakuasi tidak aman pergerakan WNI dari safe house menuju luar Ukraina.

"Di tengah pertempuran, justru membuat kita menjadi sasaran tembak dari kedua belah pihak. Oleh karena itu kita harus berhati-hati. Makanya tanggal 28 (Maret) kita bergerak untuk mengevakuasi WNI itu," katanya.

Dua opsi evakuasi

Judda mengatakan, pihaknya tetap akan mengupayakan jalur aman untuk mengevakuasi para WNI yang masih terjebak di Ukraina.

Sejauh ini ada dua opsi evakuasi yang direncanakan.

"Pertama menuju ke Kiev dan Leviv karena kami ada disitu. Karena nanti mereka akan dijemput dengan mobil diplomatik menuju ke Chekneov," ungkap Judda.

Saat ini Kyiv dan Lviv, merupakan zona tempur, karena itu pihaknya menunggu jalur aman evakuasi.

"Opsi kedua, kita bawa menuju Belarusia. Kita juga sudah berkomunikasi dengan pihak Rusia agar bisa membawa mereka ke tempat lebih aman ke Belarusia. Jalur ke Belarusia sedikit rusak karena ada jembatan yang diledakkan. Namun, ini akan kita upayakan untuk kedua opsi tersebut. Kedua opsi ini kita lakukan setelah mendapat jalur aman dari kedua negara Ukraina dan Rusia. Baru kita masuk untuk mengevakuasinya," katanya.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 6 orang warga Kota Binjai dan 3 orang warga Kabupaten Langkat yang bekerja di pabrik plastik milik warga Yordania di Kota Chernihiv, Ukraina hingga kini belum bisa dievakuasi karena jalur aman sedang diberlakukan darurat militer dan jam malam.

Kesembilan orang itu kini tetap berada di dalam pabrik dengan pasokan makanan dan minuman yang cukup.

https://medan.kompas.com/read/2022/03/08/130724078/2-opsi-evakuasi-9-warga-binjai-dan-langkat-yang-masih-terjebak-di-pabrik

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com