Salin Artikel

"Gara-gara Main Binomo, Saya Kehilangan Nyawa Anak Saya"

FSP dilaporkan bersama tiga orang lainnya yakni BS, RP dan EL ke Polda Sumut pada Selasa (22/3/2022) sore.

SA membuat laporan bersama korban lain, JLT, warga Kabupaten Simalungun dan didampingi kuasa hukum, Dongan Nauli Siagian.

SA bercerita ia mengalami kerugian hingga Rp 300 juta. Ia bersama JLT berada di grup yang sama bersama dengan terlapor yang berisi 400 orang.

Menurut SA, ia ikut Binomo sejak 2020 dan berhenti pada Februari 2022. Ia tertarik bergabung setelah melihat konten Youtube FSP.

"Awalnya ikut konten dari YouTube konten FSP dan lainnya, yang afiliator itu. Mereka membilang, untuk dapatkan cuan Rp 300-500 ribu gampang banget," kata SA.

Dia pun mencari tahu dan menemukan link kelas trading milik FSP dan ada pilihan Binomo serta satu aplikasi lainnya.

Ia mengaku sempat menang hingga Rp 100 juta. Namun jika diakumulasikan, dia telah kalah banyak. Apalagi dia mengaku harus kehilangan nyawa anaknya.

"Untuk belajar khusus tidak. Tapi saya ikut untuk trading bareng dengan afiliator tersebut dan gara-gara main Binomo saya kehilangan nyawa seorang anak saya," kata dia.

Menurutnya kemenangan akan sebagai penarik semata.

SA pun memberi contoh, ketika hari ini profit Rp 15 juta, besoknya ia kalah Rp 30 juta. Awalnya dikasih menang kemudian kalah, sehingga membuat penasaran.

"Awal saya top-up mulai dari Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Paling besar Rp 40 juta. (apakah buku itu berguna) ini tidak berguna karena yang namanya selagi masih main trading, pasti masih akan rugi. Kalau mau menang, ya jadi afiliator atau mentor. Selain mentor dan afiliator, pasti akan habis terkuras," katanya.

SA kemudian menunjukkan buku berukuran besar bertuliskan AKADEMI TRADING dengan gambar seorang pria berkacamata dengan jas berwarna merah maroon.

Di bagian bawah buku itu, tertulis nama FSP.

Buku itu dibelinya saat mulai ikut kelas trading dan bermain Binomo. Menurut SA, buku itu menjelaskan cara melihat dan menentukan kapan open posisi.

Selain itu, buku itu juga mengajarkan ilmu trading.

"Tapi yang ada di sini dan yang kita lakukan, itu sama sekali tidak (sesuai). Karena begitu mau live trading bareng, dia konfirmasi dengan orang Binomo. Makanya selama sama mereka kami tak pernah loss dengan posisi live bareng. Tapi setelah tidak live bareng, kami loss," kata SA.

Sementara korban lain, JL mengatakan buku tersebut dijual seharga Rp 300.000. Namun bagi yang mengikuti kursus sepertinya, buku tersebut dibagi secara gratis.

"Jadi ada buku juga yang ngajarin tools bagaimana trading, namun kalau dilihat lihat dalamnya banyak copy paste dari internet. Tapi biar lebih menyakinkan jadi ada bukunya diberikan," ujarnya.

Ia mengaku pernah mengikuti kursus trading yang dibuka oleh FSP. Ada beberapa kelas kursus yang dibuka dan JL mengikuti kelas biasa dengan membayar Rp 1,4 juta untuk dua kali pertemuan.

Jika ingin mengikuti kursus kelas eksekutif yang dibimbing langsung oleh FYP, maka peserta harus membayar uang Rp 7 juta.

Saat kursus, JL diberi pengajaran oleh staf FSP yang bernama Ayu Purba.

"Baru sadar pas uang sudah habis Rp 80 juta. Baru banyak yang bilang itu sebenarnya judi online. Jujur kalau itu akun judi aku tidak main. Karena awalnya kita tau itu trading ikut pasar perdagangan internasional sesuai IHSG sharing saham, tapi tidak ada transaksi jual beli memang disana," ungkapnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dewantoro | Editor : I Kadek Wira Aditya), Tribun Medan

https://medan.kompas.com/read/2022/03/23/182200178/-gara-gara-main-binomo-saya-kehilangan-nyawa-anak-saya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke