Salin Artikel

Tak Dapat Bansos 2 Tahun, "Tukang Botot" dari Medan Rela Berdiri 3 Jam Demi Bertemu Bobby Nasution

MEDAN, KOMPAS.com - Seperti hari biasanya, Machlaine Liance Manurung (61), warga Jalan Pulau Ternate, Lingkungan 5, Kelurahan Bahari, Kecamatan Medanbelawan, Kota Medan, keluar dari rumah kontrakan sambil menenteng karung plastik bekas beras ukuran 10 kilogram. Dia siap mencari pundi-pundi rupiah Sabtu (16/4/2022) pagi itu untuk menyambung hidup.

Untuk melindungi diri dari terik matahari, Machlaine mengenakan kaos tangan panjang kebesaran.

Tak lupa, perempuan berpawakan kurus ini menutup kepalanya dengan kain hijau dan memberi bedak tradisional di wajah.

Beralas sandal jepit usang, ibu dua anak ini akan mengais rezeki dengan mengumpulkan barang bekas.

"Tukang botot", begitu orang Medan menyebut pekerjaan Machlaine yang juga dilakoni suaminya, Banuara Pangaribuan (66).

Baru beberapa menit berjalan meninggalkan rumah, langkahnya terhenti saat mendengar Wali Kota Medan Bobby Nasution sedang berada di Kelurahan Bahari, masih di kecamatan yang sama dengan tempat tinggalnya.

Liance bergegas kembali ke rumah mengambil KTP, BPJS dan Kartu Keluarga (KK).

Surat berharga itu dimasukkannya ke dalam karung beras yang dari tadi dibawanya, lalu naik angkot dengan ongkos Rp 2.000. Baginya, ongkos angkot ini cukup mahal.

"Saya nggak kerja jadinya hari ini, saya dengar Pak Bobby datang. Mau berobat saya. Kayaknya saya tumor payudara, ada benjolan, tadi malam nggak bisa tidur, menggigit-gigit sakitnya," ucapnya di depan kantor lurah Bahari, Sabtu (16/4/2022) lalu.

Harapan Machlaine, Bobby akan mendengar keluhannya.

Ini bukan kali pertama bagi Machlaine berusaha meminta pertolongan kepada pejabat. Mulai dari Kepala Lingkungan, lurah, hingga Dinas Sosial Kota Medan pernah didatanginya untuk menumpahkan keluh kesah. Namun tak pernah ditanggapi.

Sejalan dengan sakit yang dideritanya, sudah dua tahun pula Machlaine tak pernah mendapat bantuan sosial (Bansos) dari pemerintah. Baik itu Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT), atau bantuan untuk warga miskin selama Covid-19 melanda.

Jangankan memeriksakan nyeri di dada, kata Machlaine, penghasilan dari membobot hanya cukup untuk makan harian. Alhasil, selama dua tahun terakhir, dia hanya bisa menahan rasa sakit.

Di sisi lain, kedua anaknya yang sudah mandiri pun belum bisa membantunya karena mereka bekerja sebagai buruh serabutan.

Sebenarnya, Machlaine dan suaminya memiliki kartu BPJS Kesehatan. Namun, kartu itu sudah tidak bisa digunakan.

"Maunya, saya bisa dapat kartu berobat yang tidak berbayar. Soalnya kami lepas (bisa) makan aja sudah bersyukur. Kalau kena senggol baju ini, sakit (di dada). Tapi saya tahankan karena harus cari makan," ungkap Machlaine dengan mimik meringis sambil memegang dada.

Orang yang ditunggunya, bersama Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi sedang mendampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy blusukan di beberapa lokasi di Kecamatan Medanbelawan.

Menteri Muhadjir ingin memastikan masyarakat miskin di daerah ini telah menerima Bansos dari pemerintah seperti sembako, PKH, dan BLT minyak goreng.

Sudah hampir tiga jam Machlaine berdiri menunggu, namun Bobby belum juga muncul.

Disinggung kenapa harus mengadu dengan Bobby dan bukan kepada Gubernur Edy, Machlaine menggeleng.

"Aku dulu milih dia," ucapnya pelan.

Rombongan cek penyaluran bantuan

Tak lama, rombongan menteri, Bobby dan Edy muncul batang hidungnya. Suasana jadi riuh, ada yang ingin menyalami dan swafoto.

"Saya hari ini meninjau bantuan yang telah disalurkan baik sembako, PKH maupun BLT minyàk goreng. Sesuai perintah presiden, bantuan diberikan tiga bulan sekaligus, makanya kita lihat dan tanya langsung apakah bantuan diterima masyarakat," kata Muhadjir.

Bagi warga yang belum menerima bantuan, Muhadjir meminta Kepling segera mendata kembali dan meminta warga untuk melengkapi syarat yang dibutuhkan.

Dirinya mengingatkan agar masyarakat yang akan menerima bantuan supaya tidak mudah percaya pada oknum yang menjanjikan dapat mengurus bantuan dari pemerintah dengan meminta imbalan.

"Saya ingatkan, jangan pernah mengambil haknya orang yang tidak mampu. Mudah-mudahan apa yang menjadi target pemerintah terpenuhi," tuturnya.

Sementara Bobby meminta kepada Muhadjir agar kuota Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DKTS) penerima Bansos di Kecamatan Medanbelawan ditambah.

Dia menyampaikan, kuota DKTS di Medanbelawan pada 2022 berkurang, dari 11.000, sekarang menjadi 7.600. Juga masih ada warga yang sudah menerima kartu PKH, namun saldonya kosong.

"Mohon izin Pak Menteri, masih ada beberapa masyarakat kami yang sudah menerima kartu tapi saldonya belum pernah masuk, kurang lebih satu tahun ke belakang, Pak. Mungkin ini yang dari kementerian nanti, kuota untuk Medanbelawan agak dikurangi, yang kemarin. Harapan kami, bisa dikembalikan atau bahkan ditambah lagi dari jumlah yang ada hari ini," katanya.

Satu persatu pejabat meninggalkan lokasi, terik matahari yang menyengat membuat langkah-langkah bergegas.

Sementara Machlaine tak terlihat lagi. Apakah dia berhasil mengadu kepada Bobby, atau kesakitan akibat desak-desakan warga sehingga dia memilih pulang.

https://medan.kompas.com/read/2022/04/18/215701578/tak-dapat-bansos-2-tahun-tukang-botot-dari-medan-rela-berdiri-3-jam-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke