Salin Artikel

Detik-detik Retno Tewas Dianiaya Geng Motor di Medan, Lindungi 2 Anaknya dan Istri yang Hamil

Penganiayaan terjadi saat Retno membonceng istri dan dua anaknya melintas di Jalan M Ilyas, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan sekitar pukul 23.40 WIB.

Tak hanya menganiata Retno, para pelaku yang berjumlah sekitar 20 orang itu juga menganiaya dua anak Retno yang masih balita.

Rasyid, rekan Retno bercerita saat kejadian, ia diajak korban untuk keluar membeli mie untuk sahur. Retno saat itu membonceng istri dan dua anaknya.

Sebelum kejadian, Rasyid dan Retno sempat berpapasan dengan pelaku.

Namun saat akan pulang, korban menyempatkan diri beli jamu di Simpang Kantor. Padahal Rasyid sudah mengajak korban untuk segera pulang karena membawa anak dan istri.

"Aku udah ngajak ayok balek kau bawa anak bini. Ngapain lagi ayok balek. Entah kenapa dia tergerak minum jamu. Belum lagi nenggak jamu, orang itu lewat oh itu dia itu dia, mutar, terus saya engkol kereta. Entah kenapa dia berhenti di simpang Sei Mati. Itu lah terjadi," katanya.

Rasyid mengatakan di lokasi kejadian, korban sempat turun dari motornya dan meminta sang istri membawa motor. Sementara Rasyid duduk di belakang motor.

"Pas di simpang Sungai Mati, Retno turun melindungi bini dan kereta, orang itu pun turun dari kereta sudah angkat sajam semua. Harapannya pelaku dihukum setimpal lah," katanya.

Video detik-detik Retno dihabisi geng motor itu pun viral di linimasa.

Dalam rekaman video yang viral di media sosial, korban sempat terlihat tertatih-tatih dan minta tolong kepada warga sebelum akhirnya jatuh ke dalam parit.

Sementara istrinya menggendong salah satu anaknya yang berusia 3 tahun. Belakangan diketahui jika istri Retno dalam kondisi hamil.

Sementara anaknya yang berusia 5 tahun berlari menuju ayahnya yang sekarat.

Melihat suaminya terluka gara-gara geng motor, sang istri pun berteriak histeris.

"Abang, abang !" teriak istri Retno dalam rekaman video yang beredar.

Tak berselang lama, korban pun dibawa ke Rumah Sakit Mitra Delima.

"Saya lihat, korban sudah jatuh ke parit, istrinya nangis-nangis, ada anak-anaknya juga. Sepeda motornya di seberang," katan seorang saksi mata bernama Tjin Tjai alias Acai.

Lalu korban menghembuskan napas terakhirnya RS Bhayangkara Medan beberapa jam usai kejadian.

Telihat sang istri, IK (23) tak sanggup berdiri di samping ambulans yang membawa jenazah suaminya. IK terlihat dipapah seorang perempuan paruh baya ke dalam rumah.

Heni Sukowatu, mertua Retno terlihat terus menangis ditemani dua cucunya yang juga dianiaya oleh anggota geng motor.

Ia bercerita di malam kejadian, Retno dan istrinya bersama dua anaknya keluar rumah untuk makan sekitar pukul 22.30 WIB.

Lewat pukul 23.00 WIB, anaknya yakni IK menghubunginya dan mengabarkan suaminya meninggal dunia.

Sambil menangis, Heni  bercerita jika anak dan menantunya sudah mengiba ke anggota geng motor agar takk dicelakai. Saat itu Retno usai terjatuh dari motor yang ia naiki.

Ternyata anggota geng motor itu membuntuti korban yang sedang membonceng anak dan istrinya di tengah malam.

Ketika di TKP, anggota geng motor itu menendang motor Retno hingga satu keluarga tersebut terjatuh.

Akibatnya dua anak korban yang masih kecil terluka di bagian kepala. Melihat korban terjatuh, anggota geng motor itu makin beringas.

Mereka menganiaya Retno secara membabi buta.

Pada saat itulah, Retno mengucapkan kalimat terakhirnya. Ia meminta kepada anggota geng motor untuk tak melukainya. Hal yang yang sama juga diucapkan istrinya, IK.

"Anakku minta tolong jangan lah. Tapi tetap dibacok orang itu. Gak ada (barang) yang diambil. Kalo bisa dikejar sampe dapat. Kejam kali orang itu. Anak saya lagi hamil. Di mana hati nurani orang itu Pak. Lihat lah anaknya ini," ungkap Heni Sukowati.

Akibat peristiwa tersebut, dua anak korban menjadi yatim termasuk calon bayi yang dikandung IK, istri korban.

"Anaknya luka di kepala. Jatuh di sepeda motor. Anakku sudah minta tolong, tapi terus diapain (dianiaya)," katanya.

Heni mengatakan cucunya juga mengalami luka di bagian wajahnya setelah ditendang para pelaku.

"Mukanya habis, yang perempuan juga luka dibagian wajahnya," sebutnya.

Ia mengatakan, cucunya yang menyaksikan ayahnya dibacok didepan matanya juga sempat histeris di lokasi kejadian.

Setelah korban terkena bacokan komplotan geng motor itu langsung pergi meninggalkan lokasi.

"Sepeda motornya nggak diambil, pas mereka jatuh langsung dibacoknya korban," ucapnya.

Heni mengungkapkan dirinya berharap agar pihak berwajib memberikan hukuman yang setimpal kepada para pelaku.

"Kalau bisa dihukum seberat-beratnya, karena anak saya lagi hamil lima bulan. Gimana perasaan orang itu, anak saya lagi hamil lima bulan ditendang motornya," ujarnya.

Pelaku masih pelajar sekolah

Sementara itu Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan telah menangkap tiga pemuda pelaku penganiyaan.

Mereka adalah AP, AZR (16), dan AS (15). Ketiganya merupakan warga Belawan dan masih berstatus sebagai pelajar sekolah.

"Iya ketiganya berhasil ditangkap. (Tersangka lain) masih dikembangkan," katanya, Kamis (21/4/2022).

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dewantoro | Editor : Khairina, Gloria Setyvani Putri), Tribun Medan

https://medan.kompas.com/read/2022/04/22/105500878/detik-detik-retno-tewas-dianiaya-geng-motor-di-medan-lindungi-2-anaknya-dan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com