Salin Artikel

Populasi Ternak 1 Jutaan, Sumut Hanya Dapat 1.600 Vaksin PMK, Masih Butuh 500.000 Dosis

MEDAN, KOMPAS.com - Populasi sapi dan kerbau di Sumatera Utara mencapai 1 jutaan ekor. Dari angka itu, 11.577 ekor terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) yang mana tak sampai 2 persen mati akibatnya.

Hal ini disampaikan Kepala Seksi Obat Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut drh. Hendra Sutrisno M saat melakukan vaksinasi sapi di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namurambe, Deli Serdang, Senin (27/6/2022).

"Alokasi vaksin tahap awal Sumut dapat 1.600 dosis. Tahap awal prioritaskan sapi perah, kerbau perah karena tergolong rentan," katanya.

Dikatakannya, populasi sapi dan kerbau di Sumut mencapai 1 jutaan. Belum lagi dengan kambing dan domba. Untuk diketahui, PMK dapat menyerang hewan berkuku, di antaranya sapi, kerbau, domba dan kambing.

Per Senin (27/6/2022), jumlah sapi yang terjangkit PMK sebanyak 11.577 ekor di 14 kabupaten kota Sumut.

Namun, 1.600 vaksin PMK yang ada akan diberikan ke sapi yang sehat dan belum pernah terjangkit PMK.

"Karena tahap awal prioritas ke daerah sedekat. 1.600 dosis (vaksin) harus selesai 3 hari," katanya.

Dikatakannya, dari belasan ribu ekor itu, jumlah kematian di bawah 2 persen. Sedangkan angka kesembuhan mencapai 40 persen dari total kasus.

"Ternak yang mati itu, kalo (sebelumnya) langsung ditangani pasti sembuh, (karena angka kesembuhan tinggi)," katanya.

Menyinggung mengenai angka kebutuhan vaksin untuk sapi di Sumut, menurutnya sedang diupayakan untuk penambahan alokasi vaksin. Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk bersabar.

"Karena jumlahnya terbatas, maka prioritas yang dekat dan bebas PMK. Kurang lebih 500 ribu (dosis) butuhnya. Untuk sapi saja," katanya.

Pihaknya mengimbau peternak untuk memerhatikan ternaknya setelah divaksin. Dengan begitu jika ada alergi atau dampak tertentu setelah vaksin, dapat diberi obat terlebih dahulu.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 42 ekor sapi milik Kelompok Tani Kesuma Maju di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namurambe, Deli Serdang divaksin untuk mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK).

Pantauan di lapangan, sejumlah petugas dari Balai Veteriner Medan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut serta dari pihak kecamatan bersama dengan peternak berkumpul di kandang sapi yang berada di belakang pekarangan rumah warga.

Terlihat sejumlah petugas mengenakan alat pelindung diri (APD) dibantu dengan peternak mencoba menenangkan sapi yang hendak divaksin. Di kandang ini terdapat beberapa jenis sapi seperti sapi perah maupun sapi potong.

Ketua Kelompok Tani Kesuma, Dulmajid mengatakan, di kandangnya ada 30 ekor sapi perah dan 12 ekor sapi limosin dan simental. Belum ada yang terkena PMK. Pihaknya sudah berupaya dengan memberi makanan bergizi, menyuntik vitamin E untuk meningkatkan imbun tubuhnya.

"Saya tau mungkin ada keterbatasan. Syukur yang sapi perah didahulukan karena ini rentan. Kalo kena, 1-2 hari bisa ambruk. Beda dengan sapi potong, bisa bertahan. Harapan kami daerah lain juga dapat divaksin," katanya.

Dulmajid menambahkan, kelompok tani yang dipimpinnya sudah berdiri sejak 1998 dengan anggota 21 orang dan yang aktif sekitar 15 orang yang setiap hari pasti masuk untuk merawat sapinya.

https://medan.kompas.com/read/2022/06/28/061238678/populasi-ternak-1-jutaan-sumut-hanya-dapat-1600-vaksin-pmk-masih-butuh-500000

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com