Salin Artikel

Kisah Sedih Viliyeni, Istri Oknum Polisi yang Dipecat karena Terlibat Aksi Perampokan: Maafkan Suami Saya

KOMPAS.com - Viliyeni (42), istri Bripka Ari Galih Gumilang, polisi yang terlibat dalam kasus perampokan, tampak sendu dan lemah.

Dia mengaku khawatir dengan nasib keempat anaknya usai sang suami dipecat dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri) akibat kasus kriminal yang menjeratnya.

Ditambah lagi, Viliyeni saat ini tengah berjuang melawan penyakit kanker serviks stadium 3B yang diidapnya.

Sedangkan suaminya yang pernah bertugas di Polrestabes Medan, Sumatra Utara (Sumut), kini masih menjalani masa penahanan usai disebut terlibat dalam kasus perampokan.

Viliyeni mengatakan, dia terkejut mendengar kabar bahwa suaminya yang merupakan personel polisi terlibat dalam tindak perampokan.

"Besoknya saya dapat kabar. Kaget saya, karena saya tidak tahu sama sekali yang viral-viral itu," kata Viliyeni, dikutip dari Tribunnews.com, Minggu (16/10/2022).

Dia berharap, suaminya tidak dipecat sebagai anggota polisi meski terbukti bersalah dalam kasus tersebut.

Pasalnya, jika Bripka Ari dipecat, Viliyeni menyampaikan, dia dan anak-anaknya tidak ada lagi yang menafkahi, sedangkan mereka perlu biaya untuk menyambung hidup.

Padahal, Viliyeni menambahkan, dia saat ini harus rutin ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan penyakit yang diidapnya.

"Tiga minggu sekali saya harus kemo. Sampai sekarang saya harus kemo, sedangkan suami tidak ada. Ini saja saya harus kemo lagi. Saya kan butuh biaya, anak saya masih kecil," ujar Viliyeni.

Dia pun berharap agar hukuman terhadap suaminya dikurangi dan Bripka Ari bisa kembali bekerja sebagai anggota kepolisian.

"Saya minta tolong, Bapak Kapolda Sumut, Pak Kapolri, Pak (Presiden) Jokowi beri keringanan suami saya, jangan dipecat," pinta Viliyeni.

"Kami mau makan apa kalau (Bripka Ari) dipecat? Anak saya nanti gimana? Pengobatan saya nanti bagaimana? Maafkan suami saya, mungkin dia khilaf karena saya sakit, tolong saya pak, bantu saya," imbuhnya.

Viliyeni mengaku, selama ini dia tidak tahu bahwa suaminya terlibat dalam tindak kejahatan.

"Tidak tahu saya, karena saya sakit mungkin. Dia tidak banyak bicara. Kadang kalau saya sudah drop, tidak bisa bangun, mungkin dia tidak tega cerita sama saya," ungkapnya.

Sebelumnya, tiga orang anggota Polrestabes Medan, yakni Bripka Ari Galih Gumilang, Briptu Haris Kurnia Putra, dan Bripka Firman Bram Sidabutar, ditangkap karena berupaya merampok satu keluarga di Pancur Batu, Deli Serdang, Sumut, Rabu (5/10/2022).

Ketiganya merupakan anggota polisi yang bertugas di Satuan Samapta Polrestabes Medan.

Akibat tindakannya, anak serta istri korban sempat terseret mobil yang dikendarai oleh pelaku.

Usai ditangkap, ketiganya menjalani sidang komisi kode etik profesi (KKEP) di Gedung Bid. Propam Polda Sumut, Selasa (11/10/2022).

Kasubbag Yanduan Bid Propam Polda Sumut, Kompol Asmara Jaya mengatakan, ketiganya bahkan mengaku telah melakukan aksi perampokan sebanyak 10 kali.

Dari pengakuan para pelaku, mereka menggunakan modus Cash On Delivery (COD) untuk merampok para korbannya.

Asmara menuturkan, ketiganya juga menyebut keterlibatan personel Polsek Sunggal dan Helvetia dalam kasus tersebut.

Akan tetapi, Asmara menjelaskan, saat ini Satreskrim Polrestabes masih mendalami pengakuan para pelaku sebelum mengambil langkah selanjutnya.

"Masih didalami (keterlibatan personel Sunggal dan Helvetia)," ujarnya.

Berdasarkan hasil sidang KKEP, ketiganya terbukti bersalah dan harus menerima konsekuensi berupa pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH).

"Hasil sidang (ketiganya dinyatakan) PTDH, diberhentikan dengan tidak hormat. Mereka (ketiga pelaku) mengajukan banding," pungkasnya.

https://medan.kompas.com/read/2022/10/16/145724078/kisah-sedih-viliyeni-istri-oknum-polisi-yang-dipecat-karena-terlibat-aksi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com