Salin Artikel

Ditelepon Dedi Mulyadi, Penjual Jaket Asal Garut Beberkan Detik-detik Jelang Diamuk Warga Sumsel karena Dituduh Penculik

KOMPAS.com - Kasus lima orang penjual jaket asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang menjadi korban amuk warga Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatra Selatan (Sumsel), menjadi sorotan anggota DPR RI, Dedi Mulyadi.

Selain diamuk massa, mobil serta barang dagangannya pun dirusak dan dijarah massa yang mengira kelimanya adalah komplotan penculik anak, pada Senin (6/2/2023).

Usai mengetahui kejadian tersebut, Dedi Mulyadi langsung menelepon Kapolres Muratara, AKBP Ferly Rosa Putra.

Kepada Ferly, Dedi ingin memastikan kondisi kelima warga Garut yang dituduh sebagai penculik anak oleh warga Desa Sukaraja, Kecamatan Karangjaya.

Dalam kesempatan itu, Ferly memastikan bahwa kelima warga Garut itu saat ini dalam kondisi sehat dan akan dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing.

"Kebetulan di sini ada anggota TNI yang istrinya orang Garut. Sekarang saudara-saudara kita itu (kelima korban) berada di sana," ujar Ferly, sebagaimana yang disampaikan Dedi melalui keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com pada Jumat (10/2/2023).

Ferly menjelaskan, kejadian yang menimpa para korban itu terjadi di lokasi yang cukup jauh dari pusat kota.

Menurutnya, warga di lokasi itu tak terbiasa dengan kedatangan orang asing, apalagi saat itu para korban menggunakan mobil dengan pelat nomor Z.

Dia pun berharap peristiwa itu menjadi pelajaran, baik bagi warga Muratara maupun masyarakat Indonesia lainnya, agar tak mudah percaya terhadap berita-berita bohong.

"Ini berbahaya sekali kalau terus-menerus seperti ini," ucap Ferly.

Ferly juga menyampaikan, warga setempat telah meminta maaf kepada para korban. Mereka pun berinisiatif untuk mengumpulkan dana ganti rugi atas perbuatan tersebut.

Mendengar penjelasan itu, Dedi pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ferly serta jajarannya yang telah bergerak cepat menyelamatkan para korban.

"Saya ucapkan terima kasih, Pak Kapolres dan jajaran sudah menyelamatkan warga Garut," tutur Dedi Mulyadi.

Tiga korban telah dipulangkan

Dalam kesempatan itu, Dedi Mulyadi pun menghubungi Serma Abdul Kadir, anggota TNI yang merawat kelima korban berita bohong tersebut.

Abdul mengatakan, tiga orang dari kelima korban kini telah dipulangkan, sedangkan dua orang lainnya akan pulang pada esok hari sambil membawa mobil mereka yang dirusak warga.

"Alhamdulillah aman. Kalau besok tidak ada halangan, dua orang yang masih di sini akan pulang sekaligus nanti mobil mereka yang rusak dibawa pakai truk. Besok saya ikut mengawal, mengantar mereka ke Garut," ungkap Abdul.

Kesaksian korban

Selain dengan polisi dan TNI, Dedi pun sempat berkomunikasi dengan salah satu korban bernama Luky.

Luky mengatakan, dia tak menyangka akan menjadi korban amuk massa dan penjarahan yang dilakukan warga setempat.

Luky mengungkapkan, dia dan teman-temannya berjualan jaket dengan cara menawarkannya langsung kepada warga. Akan tetapi, salah satu warga menyebarkan informasi bahwa mereka adalah komplotan penculik.

"Saya awalnya tidak curiga, tapi pas mau masuk desa dicegat dan ditanya mau apa, saya jawab, 'mau jualan jaket, ini barangnya masih ada 300 potong'. Kemudian kami disuruh ke kantor desa, dan ternyata warga semakin banyak," tuturnya.

"Mobil hancur, yang kena pukul, saya dan dua orang teman, kemudian diselamatkan sama polisi dan TNI," lanjutnya.

Usai mendengar penjelasan dari aparat keamanan setempat serta korban, Dedi pun bersyukur kelima warga Garut itu kini dalam kondisi sehat dan akan segera kembali ke kampung halaman.

Dia pun kembali mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu merawat para korban tersebut.

"Alhamdulillah sudah dalam keadaan baik dan nanti ketemu dengan saya. Ini pelajaran penting bagi seluruh warga Indonesia agar jangan mudah termakan hoaks yang mengakibatkan nyawa bisa hilang akibat berita yang belum tentu kebenarannya," pungkasnya.

https://medan.kompas.com/read/2023/02/10/161525378/ditelepon-dedi-mulyadi-penjual-jaket-asal-garut-beberkan-detik-detik-jelang

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com