Salin Artikel

Mengintip Cara Kota Medan Turunkan Angka Stunting, dari BAAS hingga Ceting

MEDAN, KOMPAS.com - Jumlah kasus balita yang menderita stunting di Kota Medan, Sumatera Utara, menurun.

Pada 2022, jumlah kasus stunting sebanyak 550 balita, kini di tahun 2023 berkurang, total keseluruhannya hanya 298 balita.

"Di tahun 2022 bulan Februari sebanyak 550 balita menderita stunting, lalu pada Agustus di tahun yang sama jumlah balita stunting turun di angka 364 balita. Kemudian di Februari tahun 2023 turun menjadi 298 balita," ujar Kadis Kesehatan Kota Medan, Taufik Ririansyah dalam keterangannya, Senin (3/4/2023).

Kata Taufik, faktor turunnya angka stunting, lantaran adanya program Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Medan.

"Terdapat 5 Program atau inovasi yang telah dilakukan Pemkot Medan dalam menurunkan angka stunting. Di antaranya mencanangkan program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) di mana berbagai elemen mulai dari Pemkot Medan unsur Forkopimda dan pihak swasta bergotong-royong menurunkan angka stunting, dengan menyasar langsung kepada balita stunting," ungkap Taufik.

Selain itu, Pemkot Medan juga menjalankan program Sistem Kolaborasi Dana Kelurahan (Sikodak).

Program ini mengintegrasikan database stunting, baik itu kemiskinan, DTKS, UMKM, dan data jalan sehingga mempermudah perangkat daerah menentukan sasaran pelaksanaan program kegiatan.

"Inovasi lainnya yang telah kita lakukan adalah pondok gizi Cegah Stunting (Ceting) yang dilakukan secara swadana. Program ini kerja sama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, Dinas PPKB, Kecamatan, Kelurahan, LPM, dan sektor swasta," ucap dia.

"Pondok gizi Ceting merupakan program pemberian makanan tambahan bergizi. Artinya kita sediakan makanan bergizi dan diberikan langsung kepada anak balita stunting," ungkap Taufik.

Di sisi lain, Pemkot Medan memerhatikan kondisi rumah dan perekonomian keluarga balita penderita stunting. Mereka melakukan bedah rumah terhadap 22 rumah tidak layak huni keluarga penderita stunting. Lokasinya di kawasan Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kecamatan Medan Denai.

Program bantuan UMKM bagi keluarga penderita stunting pun, gencar dilakukan.

"Sebab perekonomian juga berdampak terhadap kurangnya asupan gizi untuk balita, apalagi dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan balita menjadi stunting," beber Taufik.

Medan Utara Terbanyak Stunting

Terpisah, Kepala Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Medan, Helena Rugun mengatakan, penyebaran balita yang mengalami stunting terbanyak berada di wilayah Medan bagian utara.

Tetapi dia bersyukur, di tahun ini terjadi penurunan stunting secara drastis di sana.

"Tahun lalu di sana ratusan (jumlah penderita stunting), sekarang jumlahnya di bawah seratus gitu. Jadi mereka berkontribusi yang paling tinggi penurunan stuntingnya," ujar Helena kepada Kompas.com melalui telepon seluler.

Namun dia belum merinci penyebaran angka stunting di kecamatan Kota Medan. Helena hanya menjelaskan ada banyak faktor yang menyebabkan stunting.

"Paling sering dari pola asuh yang salah dan gangguan gizi dan kadang akses sanitasi yang kurang memadai," pungkasnya.

https://medan.kompas.com/read/2023/04/03/195849778/mengintip-cara-kota-medan-turunkan-angka-stunting-dari-baas-hingga-ceting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke