Salin Artikel

Kisah Kehidupan Balita di Sicanang, Daerah Penyumbang Stunting Tertinggi di Medan

Dengan seksama, dia juga mengawasi keduanya agar tidak keluar rumah.

Alasannya, air pasang laut sedang berlangsung. Tinggi air bisa sampai selutut orang dewasa.

Air pasang juga akan membawa limbah drainase yang diyakini Veranika membawa banyak penyakit.

Veranika menyadari pentingnya kesehatan sejak kedua anaknya diagnosis mengalami stunting pada tahun 2022. 

Untuk diketahui, kawasan pesisir pantai di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Sumatera Utara, tempat Veranika tinggal, menjadi penyumbang angka stunting tertinggi di Kota Medan.

Pemukiman kumuh dan miskin menjadi penyebabnya.

"Jadi di posyandu tahun lalu, berat Elsa kemarin 8,8 kg dan Noah 7,9 Kg. Badannya tidak sesuai dengan usianya. Pokoknya dia di bawah garis merah, kena stunting," ujar Veranika kepada Kompas.com, di rumahnya, Kamis (6/4/2023).

Saat itu kata bidan posyandu, faktor lingkungan dan gizi menjadi penyebab anaknya menderita stunting.

Elsa dan Noah memang terlihat kurus, tapi Veranika tidak bisa berbuat banyak.

Suaminya hanyalah seorang buruh lepas di salah satu pabrik yang belum tentu bekerja full dalam sebulan.

"Sekali kerja penghasilannya Rp 75.000 sehari kalau ada panggilan. Kami sudah empat tahun menikah," ujarnya

Kata Veranika, penghasilan sang suami hanya cukup untuk biaya makan seadanya dan bayar kontrakan rumah sebesar Rp 250.000 perbulan. 

"Iya, karena bapaknya gaji sedikit. Kami bagi-bagilah untuk kebutuhan hidup. Kami bagi juga untuk bayar rumah," kata Veranika.

Meskipun begitu, Veranika bersyukur. Lurah setempat memperhatikan kondisi anaknya dengan menyuplai makanan bergizi tiap hari.

"Kami diberi susu, makanan roti, vitamin madu seminggu sekali. Kalau makanan setiap hari kami dikasih," ujarnya.

Veranika berharap bantuan dari kelurahan terus diterimanya hingga sang anak terbebas dari stunting.

Rangga menumpang di rumah kakeknya seluas 4x6 meter persegi semi permanen yang lebih banyak didominasi papan yang sudah terlihat keropos.

Sementara lantainya hanya tanah beralaskan tikar. Kondisi semakin diperparah dengan lingkungan tempat tinggal Rangga yang kotor.

Tepat di depan rumah Rangga, terdapat tanah kosong yang berisi tumpukan sampah.

Sampah-sampah itu dibawa dari air laut pasang. Tidak ada inisiatif warga untuk membersihkannya.

Saat Kompas.com mengunjungi Rangga, dia sedang menonton film Upin Ipin. Tubuhya terlihat kurus. 

"Awal mula kena stunting timbangan turun sama tingginya, berat badannya dia 10 kg, enggak sesuai. Harusnya  13 kg atau 12 kg," ujar ibu Rangga, Kartika Sari.

Saat Rangga didiagnosis stunting, Kartika sempat panik. Musababnya dua kakaknya yang berusia 10 dan 7 tahun tidak mengalami stunting.

"Saya mencari tahu sama kader posyandu, disarankan mereka kasih makanan bergizi, kasih vitamin," ujar Kartika.

Kartika mengatakan, kehidupan mereka pas-pasan. Sang suami hanya seorang kuli bangunan dengan rata-rata penghasilan Rp 2 juta perbulan. 

Untungnya, setiap hari Rangga mendapat makanan bergizi dari kelurahan untuk membantu perkembangan tubuhnya.

Penyumbang stunting tertinggi di Medan

Terpisah, Lurah Sicanang Belawan Debby Fauziah mengatakan, kasus stunting di wilayahnya merupakan yang terbanyak di Kota Medan. Namun, kini telah mengalami penurunan drastis.

Data yang rilis pada Februari 2022, ada 58 anak di Sicanang terkena stunting.

Sementara pada Agustus 2022, jumlah anak stunting turun menjadi 20 anak.

"Pada 2023  memang belum rilis, tapi saya mendengar kabar tinggal 13 anak stunting. Alhamdulillah, dari 2022 sudah ada penurunan," kata Debby saat ditemui Kompas.com di kantornya, Kamis (6/4/2023)

Debby mengaku pemerintah menjalankan berbagai program untuk menurunkan angka stunting ini. Dari melibatkan masyarakat hingga pihak swasta.

Program tersebut di salah satunya memberikan makanan tambahan, baik itu pada balita mau pun kepada ibu hamil, seperti pemberian susu dan vitamin.

Mereka juga memiliki program unggulan yang dinamakan Sicanang D'Best (Dapur Bebas Stunting). 

"Itu program memasak untuk anak stunting. Setiap hari kami beri makanan bergizi ke balita stunting. Sekaligus kami mengedukasi mereka (orangtua anak) bagaimana cara membuat makanan murah bergizi untuk anak. Supaya mereka bisa mencontohnya di rumah masing-masing," katanya.

https://medan.kompas.com/read/2023/04/08/032812578/kisah-kehidupan-balitadi-sicanang-daerah-penyumbang-stunting-tertinggi-di

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com