Salin Artikel

Ibunda Ken Admiral Jalani Pemeriksaan Tambahan di Polda Sumut

MEDAN, KOMPAS.com - Ken Admiral dan ibunya, Elvi, Kamis (27/4/2023) sore menjalani pemeriksaan tambahan oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Ditreskrimum Polda Sumut).

Elvi mengatakannya kepada wartawan di depan gedung Ditreskrimum Polda Sumut pada Kamis sore.

Awalnya, dia bersama suaminya datang ke Polda Sumut untuk menemui Direktur Reskrimum. Dalam pertemuan itu, hadir Wakapolda Sumut Brigjend Pol Jawari.

Di pertemuan itu, pihak keluarga mengucapkan banyak rasa terima kasih karena penetapan tersangka terhadap Aditya Hasibuan dan bapaknya pun diproses.

"Jadi ngucapin terima kasih yang luar biasa untuk Polda Sumatera Utara," katanya

Dikatakannya, tidak ada ajakan untuk perdamaian dari siapapun. Pihak Polda Sumut, lanjut Elvi, straight memproses kasus ini. Elvi mengaku tetap mengapresiasi meski berjalan agak lambat di Polrestabes Medan.

"Saya harus mengabaikan yang lama tersangkut mungkin di Polrestabes akhirnya sampai di Polda Sumatera Utara terang benderang mungkin karena kekurangan saksi-saksi, kebetulan anak saya juga lagi di luar, tapi alhamdulillah begitu sampai di Polda 15 hari langsung selesai," katanya.

Dia berharap semua yang ada saat penganiayaan itu dipanggil dan diproses secara hukum.

"Ini (saya) mau pemeriksaan tambahan, terus sama video call karena mungkin ada kekurangan di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) via zoom," kata dia.

Ia mengaku pernah diperiksa sekali di Polda Sumut. Sementara Ken Admiral, sudah diperiksa di Polrestabes Medan dan Polda Sumut.

Nantinya, pemeriksaan tambahan kepadanya secara langsung dan anaknya, Ken Admiral secara zoom.

"Kondisi Ken saat ini sudah balik sekolah cuman ya ini biji matanya aja masih sakit sampai sekarang, kiri kanan, bahkan sekarang dia agak berdenyut sama tidak bisa lihat cahaya mungkin karena benturan benda tumpul," ucap dia.

Ken, sambung dia, juga malu bertemu dengan orang lain karena video dirinya dianiaya tersebar ke mana-mana.

Elvi menjelaskan, video itu diterimanya sehari sebelum Lebaran. Video itu tersimpan di dalam flashdisk yang dikirimkan melalui paket. Setelah video itu diterima dia menontonnya dengan suaminya.

"Saya menengok video itu, mana ada orangtua yang nggak menangis. Karena itulah saya jadi emosi jadi nggak bisa kontrol lagi karena saya nengok anak saya gitu," katanya.

Elvi tidak merinci siapa yang mengirim flashdisk tersebut. Kuasa hukumnya, Irwansyah Nasution mengatakan, paket berisi flashdisk tersebut dikirim oleh orang baik yang mencoba membantu mengungkap kasus ini.

"Intinya gini, ada orang baik yang mencoba untuk membantu mengungkap kasus ini," tutupnya. 

https://medan.kompas.com/read/2023/04/27/214002878/ibunda-ken-admiral-jalani-pemeriksaan-tambahan-di-polda-sumut

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com