Salin Artikel

Ahli Forensik Sebut Rekaman CCTV Asiah Perlihatkan 2 Kesalahan Pengelola Bandara Kualanamu

MEDAN, KOMPAS.com - Ahli digital forensik, Abimanyu Wachjoewidajat kembali menganalisis CCTV jatuhnya Asiah Shinta Dewi Hasibuan (43) di lift Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Senin (24/4/2023).

Abimanyu menyoroti pernyataan Bandara Kualanamu yang menyebut rekaman CCTV di lift sempat gangguan saat mencari Asiah di hari kejadian. Akibatnya, rekaman Asiah saat terjatuh tidak terlihat.

"(Mereka) pernah mengutarakan beberapa hari lalu atau kemarin sudah memberikan press conference dijelaskan di sana, menurut pihak bandara, rekaman sejak pukul 20.35 itu mengalami kekacauan, kan dia bilang begitu," ujar Abimanyu kepada Kompas.com melalui keterangannya, Rabu (10/5/2023).

Tetapi, berdasarkan rekaman CCTV yang dianalisisnya, justru waktu yang menunjukkan Asiah terjatuh, berbeda dengan apa yang disampaikan pihak bandara.

"Kejadian ini tidak terjadi pada periode tersebut (pukul 20.35), kejadian ini terjadi rentang pada 20.24 sampai 20.26, ini bukan menebak ya, di situ saya tunjukkan jelas bukti date time stamp-nya," kata Abimanyu.

Menurut Abimanyu, perbedaan ini bukan sekadar soal rentang waktu. Dia menduga ada pihak-pihak yang sengaja mengarahkan waktu 20.35 demi kepentingan tertentu.

"(Karena bila) mengacu bahwa kejadian pukul 20:35 korban (terlihat di CCTV) tanpa suatu alasan yang jelas, mencoba membuka paksa lift di luar lantai yang bersangkutan dan berhasil lalu dia terjatuh," ujarnya.

Selain itu, rekaman pukul 20.35 itu juga hanya menyoroti 2 kesalahan pengelola bandara.

"(Yakni) lalai dalam pemeliharaan lift, sebab pintu tidak mampu mengunci sehingga mudah dibuka dari dalam oleh si korban dan tidak bunyi alarm, notifikasi, log saat kejadian," beber dia.

"Lalu kedua, (pengelola) tidak teliti dalam melakukan pencarian ke segala area yang mungkin terjadi, setelah menerima laporan kehilangan seseorang," tambahnya.

Namun dengan temuan date time waktu 20.24 dan 20.26, indikasi kesalahan pengelola bandara bukan hanya 2 tetapi bisa bertambah lagi.

"Ada masalah pada lift yang lalu berhenti tidak tepat pada lantai, lalu ada upaya kontak dari korban lewat emergency button tapi tidak ada tanggapan dari petugas operator, atau ditanggapi operator tetapi tidak ditindaklanjuti," ucap dia. 

Lalu ada masalah teknis maupun non teknis pada perangkat lift, tetapi tidak ada kontrol dari manajemen untuk memantau hal tersebut.

"(Kemudian adanya) Upaya pelepasan tanggung jawab karena menggeser waktu kejadian ke 20.35, kemudian upaya penghilangan bukti karena merusak menyembunyi bukti CCTV," ujarnya.

Kata Abimanyu penilain yang dilakukannya berdasarkan trik dan prosedur digital forensik. Data diperoleh berdasarkan ilustrasi, interogasi, idealisasi, indikasi, inspeksi, interkoneksi, investigasi, inteferensi, identifikasi, literasi dan inferensi.

"Cara-caranya ini bisa kelak saya jelaskan (di pengadilan), hanya bila saya yang diminta memeriksa hal tersebut atau saya berikan pencerahan kepada masyarakat. Setelah ada keputusan tetap mengenai kejadian tersebut, jadi apa yang saya sampaikan tidak mengubah dan mempengaruhi keputusan yang sudah dilakukan pengadilan," tambahnya.

Selanjutnya Abimanyu menyerahkan sepenuhnya kasus ini ke

petugas forensik.

"Apakah mau meneliti secara komprehensif atau hanya mau memeriksa secara dangkal saja agar memenuhi suatu kepentingan atas suatu skenario,"tandas Abimanyu.

Sebelumnya diberitakan, korban bernama Asia mengantarkan keponakannya ke Bandara Kualanamu, Senin (24/4/2023) malam. Berdasarkan rekaman CCTV korban naik lift sendirian ke lantai 2. Dia kemudian mengira lift yang digunakan rusak dan sempat menelpon keponakannya.

Di saat itulah, dia berusaha membuka pintu lift menggunakan tangan kirinya. Saat pintu terbuka, dia tidak melihat arah depan, hingga akhirnya terjatuh ke lorong kecil di depan lift. Jasad korban ditemukan Kamis (27/4/2023) sore, diawali terciumnya aroma busuk di dalam lift.

Terkait insiden ini keluarga korban menilai kematian Asiah karena sistem keamanan Bandara Kualanamu tidak profesional. Kini kasus ini telah ditangani Polda Sumut.

Sementara itu Head of Corporate Communication PT Angkasa Pura Aviasi, Dedi Al Subur membenarkan di malam kejadian, keluarga Asiah sempat meminta pengecekan CCTV di areal bandara maupun di lift, pihaknya pun mengizinkan.

"Petugas kami melakukan pengecekan pada area-area tertentu

di luar yang sudah dicover termasuk area CCTV lift," kata Dedi kepada wartawan di Bandara Kualanamu, Senin (1/5/2023).

Namun saat dicek, terjadi permasalahan di rekaman CCTV tersebut, sehingga tidak terlihat jelas.

"Saat pengecekan itu sebelum memasuki jeda waktu kejadianya itu sekitar pukul 20.35 WIB, waktu itu agak goyang dan (gambar) tidak jelas dan ada trouble, informasi dari pihak petugas seperti itu, sehingga proses pemantauan beralih ke area lain," beber Dedi.

Menurut Dedi, rekaman baru terlihat jelas setelah peristiwa penemuan mayat korban pada Kamis (27/4/2023), setelah gambar dicek ulang korban terlihat terjatuh dan masuk celah kecil di depan lorong lift.

https://medan.kompas.com/read/2023/05/10/183043878/ahli-forensik-sebut-rekaman-cctv-asiah-perlihatkan-2-kesalahan-pengelola

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com