Salin Artikel

Pedagang di Medan Buang Ratusan Kilogram Cabai ke Parit, Kesal Harga Anjlok

Setelah ditelusuri, peristiwa itu ternyata terjadi di Pasar Induk Lau Cih Tuntungan, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara.

Video itu diunggah di akun Facebook Naslim Tembung pada 29 April 2023 dengan keterangan 'Cabe di parit. Ratusan kilo dibuang karena tak laku'.

Ditemui di Pasar Induk Lau Cih, Naslim pemilik akun Naslim Tembung mengatakan cabai yang dibuang diparit itu divideokannya pada 27 April 2023.

Dia juga mengaku heran kenapa baru sekarang mulai ramai kembali. Namun dia tidak menyangkal bahwa sampai saat ini harga cabai masih anjlok.

Dikatakannya, dibuangnya cabai rawit ke parit oleh pedagang karena geram dengan harga yang jatuh.

Rendahnya harga sering menjadi faktor penyebab pedagang "main campak" atau membuang cabai ke parit.

Naslim menyebutkan, bukan hanya cabai yang harganya anjlok. Tomat sampai buah-buahan disebut juga turun drastis harganya.

"Ini sering terjadi di sini karena di sini kan pusatnya sayur dan buah untuk Medan dan sekitarnya. Bahkan Sumatera Utara," ungkapnya.

Cabai rawit yang dibuang ke parit itu, lanjut Naslim, selanjutnya dibersihkan oleh petugas, dimasukannya ke dalam keranjang lalu dibawa ke tempat pembuangan akhir di Terjun.

Saat itu, cabai rawit yang dibuang itu diperkirakan sekitar 400 kilogram.

Sebenarnya, kata Naslim, sudah ada imbauan kepada pedagang untuk sama-sama menjaga kebersihan.


Naslim mengatakan, setiap hari, perputaran cabai di Pasar Induk Lau Cih Tuntungan diperkirakan mencapai 5 sampai 10 ton per hari.

Aktivitas paling ramai di pasar ini dimulai pukul 20.00 WIB - 11.00 WIB.

Terdapat zonasi untuk penjualan buah dan sayuran. Penjualan buah-buahan berada di bagian depan dan belakang untuk penjualan sayuran dan rempah.

"Di sini total sekitar 1.000 pedagang lah, itu untuk buah dan sayuran," katanya.

Seorang pedagang bernama Romi mengatakan pada hari ini dia menjual cabai merah dari Sidikalang, Dairi.

Cabai merah dan cabai rawit dijualnya Rp 10.000 - Rp 12.000 per kilogram. Sedangkan cabai hijau Rp 9.000 per kilogram.

Dikatakannya, rencahnya harga cabai sudah berlangsung sekitar 1 bulan.

"Tapi anehnya, daya beli kurang, jadi pusing juga kita," ujarnya.

Hal serupa diungkapkan Putra Ginting yang menjual cabai dari Brastagi, Tanah Karo.

Dia menjual cabai merah dan cabai rawit Rp 12.000 per kilogram.

Menurutnya, harga rendah tidak serta merta membuat masyarakat berbondong-bondong membeli.

Dia mengaku mengambil cabai dari petani Rp 6.000 - Rp 7.000 per kilogram.

"Yang paling enggak enak tentu petani. Mana ada untungnya. Berapa upah dan berapa jual, tapi kalau tak dipanen kan rugi juga," katanya.

Pedagang lainnya, Leni Sitepu menjelaskan, dalam situasi ini baik petani maupun pedagang sama-sama susah.

 Sedangkan pedagang, juga dihadapkan pilihan sulit. Mau menahan, berarti harus menyimpannya. Sementara semakin lama disimpan, harganya juga turun.

"Harga ini anjlok sudah sebulan. Sebelum puasa. Dulu (tahun lalu) pernah tapi sebentar. Pedagang kadang untung kadang rugi. Karena terlampau murah. Jadinya Di gunung (Tanah Karo), kita ambil dari petani harganya Rp 5.000 - 6.000 per kilogram. Kita jualan harus pandai lah, jual sebelum busuk ya, jual murah," katanya.

https://medan.kompas.com/read/2023/05/10/202348178/pedagang-di-medan-buang-ratusan-kilogram-cabai-ke-parit-kesal-harga-anjlok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke