Salin Artikel

Sempat Dikunjungi Gubernur Edy, Kondisi Stadion Sang Naualuh Mangkrak

PEMATANG SIANTAR, KOMPAS.com - Rencana Pemprov Sumut untuk membangun Stadion Sang Naualuh Pematang Siantar mandek. Kini kondisi stadion sepakbola itu mangkrak dan dipenuhi semak belukar.

Sebagai informasi, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi pernah menyebut akan menyalurkan anggaran senilai Rp 50 miliar untuk revitalisasi stadion.

Hal itu disampaikan Edy saat meninjau stadion Sangnawaluh Pematang Siantar di Jalan Stadion, Kelurahan Sukadame, Kecamatan Siantar Timur, Minggu 4 Desember 2022.

Revitalisasi stadion, sambung Edy, bertujuan untuk menyukseskan Sumut sebagai tuan rumah pelaksanaan Turnamen Sepakbola Liga 2 Indonesia. Salah satu lokasi yang dipergunakan adalah Stadion Sangnawaluh.

Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Sumut Baharuddin Siagian dihubungi Senin (28/8/2023) belum bersedia berkomentar lebih jauh. Ia mengatakan akan mengecek ke Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) terlebih dahulu.

Jauh sebelum itu, pembangun stadion yang dimulai sejak 2017 oleh Pemkot Pematang Siantar tak kunjung rampung. Padahal telah menelan anggaran mencapai Rp 22 miliar selama periode 2017-2021.

Menurut Kabid Cipta Karya dan Penataan Ruang Dinas PUPR Kota Pematang Siantar, Henry John Musa Silalahi, rencana pembangunan stadion bersumber dari anggaran Pemprov Sumut tidak terealisasi karena ketidaksanggupan anggaran.

“Terakhir anggaran sebesar itu tidak jadi. Alasannya Biro Keuangan Pemprov tidak ada (anggaran) sebesar itu. Jadi, tidak ada lah alokasi sebesar itu,” kata Henry saat ditemui, Jumat (25/8/2023). 

“Itu disampaikan secara lisan, karena kemarin kan (Gubernur) menyampaikan secara lisan juga,” ucap Henry menjelaskan pernyataan Gubernur Edy saat meninjau stadion.

Masih kata Henry, anggaran yang dijanjikan itu dinilai tak mampu untuk mengoperasikan stadion tersebut. Henry menyebut, paling sedikit dibutuhkan anggaran Rp 80 miliar, itu pun stadion sepak bola sederhana.

Meski tak jadi dibangun oleh Pemprov Sumut, Pemkot Pematang Siantar masih berupaya meminta perhatian dari pemerintah pusat agar Stadion Sangnawaluh menjadi salah satu prioritas pembangunan. 

“APBD tidak sanggup untuk itu. Kalau nggak dari pusat, swasta. Investor yang bangun atau Kemenpora yang bangun kemudian diserahkan ke kita (Pemkot) yang mengelola,” beber dia.

Dihubungi terpisah, Ketua KONI Pematang Siantar, Jayadi Sagala, membenarkan adanya wacana revitalisasi GOR dari Gubernur Edy Rahmayadi.

Meski demikian dirinya optimistis bantuan dari provinsi maupun pemerintah pusat bakal turun untuk Stadion Sang Naualuh.

"Kita tetap optimis pembangunan Stadion Sang Naualuh akan terealisasi, baik dari provinsi maupun pemerintah pusat. Itu akan diperjuangkan," kata Jayadi dihubungi, Sabtu (26/8/2023).

Stadion mangkrak 

Pantauan Kompas.com Senin (28/8/2023), kondisi Stadion Sang Naualuh kini ditumbuhi semak belukar setinggi 2 meter. Sisa bangunan yang tinggal yakni tribun di sebelah timur stadion, ruang tiket, dan sanitasi. 

Adapun bangku di stadion copot, tembok tribun terkelupas, dan kedua sisi tembok runtuh. Sementara besi beton untuk penyangga raib.

Seorang warga di lokasi, Fani Tarigan mengatakan, rombongan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sempat mengunjungi stadion pada awal Desember 2022.

Beberapa hari setelah kedatangan Edy, lapangan yang ditumbuhi rumput dibabat habis. 

Fani juga mengakui kondisi stadion yang tak kunjung selesai pembangunannya, malah menjadi sasaran aksi pencurian. Tak ayal besi material bangunan habis dicuri.

"Waktu stadion ini dibangun, banyak barang bangunan seperti besi dicuri dari sini," kata Fani yang tinggal di ruangan pintu masuk stadion.

https://medan.kompas.com/read/2023/08/28/193025878/sempat-dikunjungi-gubernur-edy-kondisi-stadion-sang-naualuh-mangkrak

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com