Salin Artikel

5 Tahun Kepemimpinan Edy Rahmayadi di Sumut, Praktisi Kesehatan: Tak Ada Perubahan Berarti

MEDAN,KOMPAS.com - Masa jabatan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dan Wakilnya Musa Rajeckshah (Ijeck) akan berakhir besok, Selasa (5/9/2023).

Lalu bagaimana kinerja keduanya, selama 5 tahun di khususnya bidang kesehatan? Apakah membawa perbaikan atau justru sebaliknya ?

Sebelumnya, saat rapat paripurna terakhir di DPRD Sumut pada Rabu (16/8/2023), Edy "pamer" berbagai pencapaian di bidang kesehatan selama menjabat sebagai gubernur.

Salah satunya merenovasi Rumah Sakit Haji dengan skema multiyears, dengan anggaran Rp 122 miliar, pada tahun 2022.

"Kami telah melakukan rehab Rumah Sakit Haji menuju rumah sakit berskala internasional dengan skema multiyears, yang telah dilakukan soft opening, pada hari Selasa 15 Agustus 2023 kemarin," kata Edy kala itu.

Edy mengaku, awalnya berencana membangun 5 tower di RS Haji. Di mana setiap tower mampu menampung ratusan kamar pasien. Sejauh ini di masa kepemimpinannya, baru satu tower yang selesai dibangun dengan total 174 kamar.

Edy berkata, masing-masing tower memiliki klasifikasi berbeda. Tower khusus masyarakat kurang mampu, biayanya digratiskan. Lalu tower bagi rakyat setengah mampu, diwajibkan hanya membayar setengah harga perobatan. Kemudian Tower VIV dan VVIV.

"(VIV dan VVIV) bayarnya besar, inilah (subsidi) silang,'' kata Edy.

Namun kata Edy, di masa kepemimpinannya hanya mampu membangun 1 tower saja. Dan target penyelesaian multiyears ini sebenarnya berupa 3 tower yang direalisasikan hingga tahun 2025.

Selain melakukan rehabilitasi RS Haji, di kepemimpinan Edy juga telah menghadirkan 8 unit bus medis yang rutin keliling Sumut untuk melakukan pengobatan gratis ke masyarakat. Kemudian juga dilakukan rehabilitasi di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr M Ildrem.

Lalu bagaimana pandangan praktisi kesehatan terkait upaya Edy-Ijeck dalam penanganan masalah kesehatan di Sumut?

Praktisi: Tak ada perubahan berarti

Praktisi kesehatan yang juga dosen kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Prof. Umar Zein mengatakan, langkah Edy-Ijeck mengembangkan RS Haji menjadi bertaraf Internasional harus diuji dulu sistem pelayanan dan fasilitasnya.

"Kita lihat aja nanti, benar nggak  (mampu jadi rumah sakit bertaraf Internasional)? Itu kan masih dalam masa pembangunan," kata Umar Zein saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu (2/9/2023).

Umar Zein menilai, semasa Edy-Ijeck memimpin Sumut, sama sekali tidak membawa perubahan yang berarti di bidang kesehatan.

"Sekarang gini kalau masalah kesehatan itu, kita bukan hanya melihat dari hilir. Kalau kita melihat rumah sakit itu kan hilirnya, pengobatan itu hilir. Orang kalau sakit, kalau nggak bisa berobat di Sumut dia bisa berobat di luar Sumut, dia bisa ke Jakarta, ke Singapura, ke Penang, banyak pilihan," kata Umar Zein.

Menurut Umar, hulu dari sebuah masalah kesehatan adalah tentang program pemerintah mengatasi berbagai penyakit.

"(Misalnya) program pemerintah terhadap penyakit menular, bagaimana program pencegahan gizi buruk, malaria, demam berdarah dan bagaimana program pencegahan stunting, bagaimana itu ? ngak nampak jelas (penanganannya)," kata Umar Zein.

Menurut Umar, selama 5 tahun, dirinya tidak melihat langkah signifikan yang dilakukan pemerintah Edy-Ijeck dalam mengatasi persoalan penyakit menular, terutama dari sisi pencegahan.

"Kalau kita lihat secara umum, belum nampak perubahannya, pokoknya malaria masih banyak, demam berdarah masih banyak secara umum. Belum ada juga kabupaten bebas malaria, malah bertambah," tutup dokter spesialis penyakit infeksi ini.

Ombudsman Sumut mengapresiasi Edy

Berbeda dengan Umar Zein, Kepala Ombudsman Sumut Abyadi Siregar justru mengapresiasi langkah Edy-Ijeck memperbaiki RS Haji selama memimpin Sumut.

Menurut Abyadi, ini merupakan bagian dari upaya Pemprov Sumut memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

"Apalagi setelah diresmikan tower pertama rumah sakit haji, saya kira ini harus dikembangkan, diperbaiki karena kesehatan ini menjadi salah satu layanan paling mendasar kita. Harus diketahui, bahwa masyarakat Medan yang tertinggi berobat di luar negeri, ini suatu tantangan kita," ujar Abyadi, Senin (4/9//2023)

Dia juga menilai, langkah Edy-Ijeck menghadirkan bus medis sebagai sebagai keseriusan Edy-Ijeck untuk membangun sektor kesehatan.

Abyadi mengatakan, dari sisi kepatuhan dan pemenuhan standar pelayanan publik di berbagai bidang di masa Edy-Ijeck. Sumut menduduki posisi 5 besar se-Indonesia karena kepatuhan dalam pemenuhan standar pelayanan.

"Lalu muncul pertanyaan, kok masih banyak keluhan? Pelayanan publik itu dinamis ya dalam situasi prima sekalipun, komplain masyarakat tetap akan ada, ya namanya selera masyarakat akan terus berkembang," ujarnya

https://medan.kompas.com/read/2023/09/04/173834978/5-tahun-kepemimpinan-edy-rahmayadi-di-sumut-praktisi-kesehatan-tak-ada

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com