Salin Artikel

Pedagang Kain di Pasar Horas Mengeluh Dagangan Kalah dengan Jualan Live TikTok

PEMATANG SIANTAR, KOMPAS.com - Pedagang pakaian di pusat perbelanjaan Siantar Plaza dan Pasar Horas Jaya Kota Pematang Siantar, mulai merasakan penurunan omzet karena sepi pembeli.

Para pedagang mengakui peralihan masyarakat berbelanja langsung ke online shop cukup memengaruhi omzet penjualan mereka. 

Seorang pedagang kain di Gedung I Lantai II Pasar Horas, Lidia mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, omzetnya sekitar Rp 5.000.000-7.000.000. Ia saat itu mempekerjakan 4 orang.  

Begitu pandemi berakhir, ia tak mampu lagi mengupah karyawan dan harus menjaga toko sendirian. 

Penyebabnya, banyak calon pembeli membandingkan harga jualannya dengan penjual kain di aplikasi TikTok.

"Berjamur jualan di TikTok, kan ada yang murah, gratis ongkir. Jadi pembeli kadang bilang, di TikTok lebih murah kok di sini mahal," kata Lidia saat ditemui Kamis (21/9/2023).

"Jadi persaingan di TikTok dan di sini kalah jauh. Mereka yang jual, mereka yang pasarkan, jadi mau gimana lagi. Kondisi begini sudah ada sejak pandemi terus ada lagi itu live di TikTok," ucapnya menambahkan.

Saat disinggung rencana beralih dagang online, perempuan yang bermukim di Perumahan Karangsari itu belum paham teknologi.

"Berusaha sih, tapi gimana caranya. Kalau sekarang gini aja lah dulu, paling yang beli dari kampung-kampung lah," kata Lidia yang sudah berjualan sejak 15 tahun lalu.

Di tempat berbeda, Sela (20), penjaga toko di Lantai II Siantar Plaza mengatakan, terkadang pembeli hanya 10 sampai 15 orang per hari. Kecuali Sabtu, Minggu, atau hari libur. 

"Kalau yang kita jual di sini paling murah sandal harga Rp 35.000 sampai harga Rp 1.000.000 itu jam tangan. Kalau kita kan jualan langsung, nggak ada online," kata Sela di Gedung Siantar Plaza yang berlokasi di Jalan Merdeka Kota Pematang Siantar.

Di tempat yang sama, pemilik toko ritel, Raja Purba, mengaku omzet penjualan dari tahun ke tahun kian menurun. 

Selain karena pandemi Covid-19, kecenderungan berbelanja online memengaruhi minat pembeli.

"Ini kan barang-barang sekunder, tapi ini saja jauh sekali menurun penjualannya, contohnya make up. Yang parahnya kalau hujan, orang malas keluar berbelanja," ucapnya.

Sementara itu, Manajer Siantar Plaza Helena Hutagaol mengatakan, sedikitnya 7 toko tutup lantaran pedagang tidak membayar sewa.

Siantar Plaza berdiri pada 2004 dan merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern terlama di Pematang Siantar, sebelum toko-toko ritel menjamur. 

Dari pengamatannya, pedagang di Siantar Plaza mulai mengeluh penjual online. Karenaa itu, pihaknya berinisiatif mengurangi beban biaya sewa toko agar pedagang mampu bertahan. 

"Kami cari solusinya, kalau pedagang hidup, kami juga hidup. Kalau penyewa toko tidak ada, apa dapat kami, jadi kami turunkan biaya sewanya. Misalnya biaya sewa sepuluh, diminta delapan. Jadi begitu lah supaya bertahan," ucap Helena ditemui di ruangannya.

Selain itu, dalam waktu dekat pihaknya berencana merevitalisasi gedung khususnya toko-toko agar lebih nyaman dikunjungi.

https://medan.kompas.com/read/2023/09/21/210919678/pedagang-kain-di-pasar-horas-mengeluh-dagangan-kalah-dengan-jualan-live-tiktok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke