Salin Artikel

Geopark Danau Toba Dapat Kartu Kuning UNESCO, Pengelola Ungkap Banyak yang Harus Dikerjakan

Pasalnya, badan pengelolaan Danau Toba dinilai tidak maksimal dalam pengembangan kawasan tersebut.

UNESCO selanjutnya mewajibkan organisasi pengelola Danau Toba berbenah selama dua tahun.

Pengumuman ini disampaikan di laman resmi UNESCO.org. Keputusan ini juga merupakan bagian dari validasi Geopark Kaldera Toba yang dilakukan asesor UNESCO sejak 31 Juli- 4 Agustus 2023.

Untuk diketahui, Geopark Kaldera Toba masuk menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGGp) pada Juli 7 2020.

Proses validasi sendiri dilakukan demi memastikan kualitas pengelolaan UGGp.

Terkait kartu kuning ini, Kepala Badan Pelaksana Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BPTCUGGp) Sumut Zumri Sulthony mengatakan ke depannya akan berupaya maksimal agar Geopark Kaldera Toba kembali mendapatkan green card, yang artinya masuk kriteria UGGp selama empat tahun ke depan.

Kata Zumri, mendapatkan yellow card, mengharuskan pihaknya melakukan perbaikan yang direkomendasikan penilaian UGGp selama dua tahun ke depan.

Bila tidak tercapai, Geopark Kaldera Toba terancam mendapat red card atau keluar dari keanggotaan UGGp.

"Dua tahun (pembenahan) disebut yellow card, kalau dia dicabut artinya (tidak tergabung) di UNESCO lagi, maka dia dapatnya red card," ujar Zumri dalam keterangannya, Kamis (21/9/2023).

Zumri menerangkan pemberian kartu kuning ini, harus menjadi evaluasi semua pihak, bukan hanya pemerintahan provinsi Sumut saja, para stakeholder pariwisata di kawasan Danau Toba juga.

"Kenapa bisa terjadi? Ternyata ini banyak faktor, bukan hanya disebut (karena) badan pengelola saja, jadi apa yang terjadi di lapangan banyak kaitan di dalam pemberdayaan masyarakat," katanya.

Misalnya hal yang meliputi sektor kebersihan dan perekonomian, yang menjadi penilain dari validator atau asesor dari UGGp.

"Ada hal-hal yang kita harus tingkatkan kembali kita harus perbaiki kembali, agar kita tetap menjadi bagian dari UNESCO, jadi Geopark Kaldera Toba, itu tetap menjadi bagian dari UNESCO seperti itu," katanya.

Kata dia, ke depan agar tidak mendapat kartu merah, pihaknya juga akan melakukan restrukturisasi di BPTCUGGp.

"Intinya di situ di badan pengelola tentunya, harus diisi oleh yang kapabel, untuk menjalankan. Selama ini badan juga personilnya sudah maksimal bekerja, tapi tentunya masih ada yang perlu dibenahi dan dilengkapi lagi," katanya.


Banyak PR

Terpisah Direktur Badan Otorita Pengelolaan Danau Toba (BPODT) Jimmy Bernardo Panjaitan menganggap pemberian kartu kuning tersebut sebagai suatu teguran bagi semua pihak yang mengelola Danau Toba.

Pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemprov Sumut untuk memberikan support untuk pengelolaan Kaldera Danau Toba ke depannya.

"Jadi konkritnya dalam waktu dekat ini memang nanti konkritnya bahwa Pemprov Sumut, akan melakukan restrukturisasi organisasi dan SDM nya pun akan dicari yang memang yang masih muda, masih bisa lincah," ujar Jimmy saat memberikan keterangan pers di kantornya, Kamis (21/9/2023).

Kata Jimmy, banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk memperbaiki Kaldera Toba, sesuai standart UGGp.

Pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah strategis dalam waktu dekat. Salah satunya mengembangkan produk wisata yang berbasis gill trail dan ekowisata.

"Ini sangat cocok dengan geopark, nah ini kita akan mengupayakan danau toba menjadi episentrum kegiatan outdoor activity dengan banyak aktivtas," katanya.

Salah satu produk wisatanya diberi nama trail of the kings, outputnya meliputi petualangan di darat meliputi tracking sampai kegiatan para layang.

"Nanti jalur ini akan menyatukan, menyambungkan delapan kabupaten dimana ada 16 geosite-nya tersebar, 16 geosite geopark itu lengkap dengan puluhan desa wisata dan ratusan cagar budaya," katanya.

Kegiatan ini, kata Jimmy, bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Selain lebih menghidupkan UMKM masyarakat juga bisa menyediakan rumahnya sebagai home stay.

"Ini kaitannya dengan strategi pemerintah mengembangkan tourism, dimana wisatawan menikmati wisata tidak hanya mendapatkan kesegaran dan pertualangan saja, namun juga pengetahuan baru. Baik itu geodiversity biodiversity dan tentu culture diversity," katanya.

"Ini yang diharapkan UNESCO, bahwa kenikmatan Geopark Danau Toba, itu harus dapat dinikmati oleh semua orang, caranya? Dengan kami membuatkan paket wisata itu, sehingga semuanya mengerti," ujarnya

Selain itu, BPODT juga akan semaksimal mungkin mensupport Pemprov Sumut, mengikuti standar yang ditetapkan dari asesor UGGp.

Salah satunya mengenai keberadaan papan informasi di Geopark Kaldera Toba yang masih minim menurut asesor.

"Salah satunya salah sign (papan informasi) kok enggak banyak sign (di Danau Toba). Kita pikir sederhana, tapi buat mereka sangat berarti, mereka foto-foto itu, ternyata sulit (mereka temukan), walaupun ada di beberapa tempat tapi sulit. Nanti itu kami akan perbanyak," katanya.

Di sisi lain, Jimmy menganggap pemberian kartu kuning ini sebagai sebuah pelajaran, semua pihak harus bergerak cepat melakukan perbaikan.

"Ini adalah fase belajar, ini kita beruntung mendapat kartu kuning daripada kartu merah yah, kita (harus) perbaiki,'' ujarnya

https://medan.kompas.com/read/2023/09/22/200626778/geopark-danau-toba-dapat-kartu-kuning-unesco-pengelola-ungkap-banyak-yang

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com