Salin Artikel

Gedung London Sumatera, Bangunan Tua Pemilik Lift Pertama di Medan

KOMPAS.com - Gedung London Sumatera adalah salah satu cagar budaya di Kota Medan.

Lokasi Gedung London Sumatera tidak jauh dari Lapangan Merdeka, yaitu di Jalan Ahmad Yani yang lebih akrab disebut dengan wilayah Kesawan.

Dibangun dengan arsitektur khas, sampai saat ini Gedung London Sumatera masih berdiri dengan gagah dan terawat dengan baik.

Di balik kemegahan arsitekturnya, Gedung London Sumatera menyimpan jejak sejarah saat pemerintah kolonial Belanda masih berada di kota ini.

Sejarah Gedung London Sumatera

Gedung London Sumatera dibangun pada tahun 1909, di tahun yang sama dengan tahun kelahiran Ratu Belanda masa itu, Ratu Juliana.

Maka dari itu, pada awalnya Gedung London Sumatera diberi nama sebagai Gedung Juliana.

Saat didirikan, gedung ini menjadi kantor milik Harrisons & Crossfield Plc (H&C), sebuah perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London.

Pada tahun 1982, H&C menjual sahamnya ke perusahaan Malaysia, Sime Darby.

Baru kemudian pada tahun 1994 Sime Darby menjual semua aset perkebunan termasuk Gedung London Sumatera kepada London Sumatra Plantation ltd. atau PT. London Sumatera.

Sampai saat ini, Gedung London Sumatera masih digunakan sebagai gedung perkantoran PT PP London Sumatera (Lonsum).

Sehingga gedung yang menjadi kantor bagi sebuah perusahaan agroindustri ini kemudian juga dikenal sebagai Gedung Lonsum.

Keunikan Gedung London Sumatera

Gedung London Sumatera dibangun dengan arsitektur bergaya transisi, terlihat dari fasad menyerupai rumah-rumah Eropa pada transisi akhir abad 19.

Arsitektur gedung berwarna putih ini memang sangat menarik, sehingga tidak jarang digunakan masyarakat Medan atau wisatawan sebagai latar untuk berfoto.

Namun keunikan bangunan yang memiliki lima lantai tidak hanya terlihat dari arsitekturnya, namun adanya sebuah alat penghubung untuk tiap lantainya.

Gedung London Sumatera diketahui menjadi gedung pertama yang menggunakan lift di Kota Medan.

Bentuk lift tersebut pun sangat menarik, yaitu berbentuk seperti sangkar besi bermotif bunga dengan dekorasi art deco.

Lift yang digunakan sejak tahun 1910 sampai saat ini masih berfungsi baik, dengan perawatan berkala yang dilakukan setiap hari Sabtu.

Selain itu, untuk merawat lift tersebut setiap tahun didatangkan teknisi khusus dari Inggris.

Karena dirawat dengan baik, Gedung London Sumatera yang berusia sama dengan Ratu Juliana ini belum pernah direnovasi dan masih terjaga keasliannya.

Gedung ini hanya melakukan perawatan dan perbaikan saja di beberapa ruangan.

Walau menjadi salah satu bangunan cagar budaya Kota Medan, tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya.

Namun masyarakat dan wisatawan masih dapat menikmati keindahan Gedung London Sumatera dari bagian luarnya.

Sumber:
portal.pemkomedan.go.id 
kualanamu-airport.co.id  
medan.tribunnews.com . 

https://medan.kompas.com/read/2023/10/05/233420678/gedung-london-sumatera-bangunan-tua-pemilik-lift-pertama-di-medan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com