Salin Artikel

Rasa Kemanusiaan untuk Pengungsi Rohingya di Deli Serdang dalam Wujud Nasi Bungkus

Tidak hanya mencari ikan, dia juga harus wara-wiri menyediakan sampannya untuk transportasi warga menyeberang dari Desa Paluh Kurau, Deli Serdang ke Pulau Mercusuar.

Warga sengaja ke tempat itu untuk melihat 157 pengungsi Rohingya yang sejak Sabtu (30/12/2023) mengungsi di sana.

Selain itu, Dadang juga ditugaskan UNHCR lembaga yang menangani imigran, menjadi penjemput makanan pengungsi Rohingya yang dimasak dari Desa Paluh Kurau.

"Ayo bang cepat, naik kita mau sekalian antar makanan,sudah telat ini," ujar Dadang tergesa-gesa saat menawarkan sampannya kepada Kompas.com dari Desa Paru Kurau, Minggu (7/1/2024).

Dadang pun segera menghidupkan mesin sampannya, agar cepat sampai ke Pulau Mercusuar. Dia tidak ingin pengungsi Rohingya kelaparan lebih lama.

"Sekitar 30 menit kita sampai pulau Mercusuar bang, ini nasi untuk makan siang pengungsi, hari ini yang masak telat, semoga ngak kelaparan mereka,'' ujar Dadang, kepada Kompas.com.

Saat tiba di Pulau Mercusuar, petugas dari BPBD, TNI, Polisi bergegas membantu Dadang, mengangkut nasi bungkus ke tenda pengungsian.

Nasi tersebut dibawa ke tenda pengungsi Rohingya yang langsung disantap lahap pengungsi.

Ternyata sebelum nasi sampai, sudah banyak masyarakat berdatangan membawa makanan ringan, untuk dibagikan ke pengungsi Rohingya, terutama khusus anak-anak.

Salah satu yang melakukannya Asna (52), warga Desa Kuala Besar, Langkat. Desanya tepat berada di depan Pulau Mercusuar.

Hampir setiap hari Asma menjenguk pengungsi Rohingya. Asna datang bersama anak, suami, adik hingga sepupunya.

"Ada sekitar tujuh orang kami ke sini, jadi gitu suami pulang cari ikan, kami langsung berangkat ke sini ," ujarnya saat diwawancarai.

"Ini dari hati nurani kasihan saja lihat anak anaknya, kami selalu bawa kerupuk, kadang pepaya, kami potong potong kami kasih sama anak anak Rohingya, kan senang mereka," ujarnya.

Meskipun begitu dia berharap agar para pengungsi segera direlokasi di tempat yang lebih layak.

"Bapak-bapak yang di atas (pejabat) yang seharusnya memperhatikan mereka. Kalau kita kan enggak ngerti mereka ditaruh di mana. Kita enggak ngerti, ini kami bantu sebagai rasa kemanusiaan saja, kayak mana kalau kita seperti mereka," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan warga Kuala Besar lainnya, Zainab (52), dia mengaku berkeberatan bila pengungsi Rohingya tinggal dI Pulau Mercusuar. Dia juga tidak sampai hati mengusir mereka.

Menurutnya, di sini peran pemerintah untuk mengambil kebijakan.

Sebagai bentuk rasa kemanusiaan, Zainab kerap membawa makanan ke pengungsi Rohingya, bahkan sejak mereka baru pertama kali tiba di Pulau Mercusuar.

Hanya saja, dia juga sedikit kecewa dengan beberapa warga.

Pasalnya, dia sempat dilarang mengantar nasi ke pengungsi dengan alasan tertentu.

"Sebagian emak-emak bilang takut, nanti mereka berkeliaran, seperti berita di media sosial, katanya orang ini memperkosa, menjarah, mereka ini mendengar dengar dari HP, makannya orang ini mendengar sekilas," ujarnya.

Walaupun begitu, secara kemanusiaan dia tetap membantu pengungsi Rohingya. Semua atas dasar kemanusiaan katanya.

"Saya pernah mengantar makanan rupanya ada pencegahan dari masyarakat enggak dikasih lagi nganter, sekarang makanannya dari Paluh Kurau tapi kami tetap kemari ngasih jajan atau apa, ngasih baju juga," katanya.

Menjelang malam, tepat 17.30 WIB, ternyata semakin banyak warga yang berdatangan ke Pulau Mercusuar.

Kemudian Dadang memanggil Kompas.com, dan mengajak untuk segera kembali ke daratan, karena waktu sudah semakin gelap.

"Biar enggak kemalaman bang, saya juga enggak mau telat bawa makanan malam, karena sudah disiapkan di Paluh Kurau," ujar Dadang.

Sebelumnya diberitakan kapal kayu yang membawa 157 pengungsi Rohingya mendarat di sebuah pulau tak berpenghuni di Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (30/12/2023).

Sebelum tiba, mereka menempuh perjalanan selama 22 hari kamp pengungsian di Bangladesh. Alasan mereka datang ke Indonesia, karena merasa tempatnya aman untuk ditinggali.

Namun keberadaan para pengungsi di Pulau Mercusuar tampak memprihatinkan, selain tidak ada air bersih, tempat itu juga tidak punya fasilitas MCK ( mandi, cuci dan kakus).

Kehadiran mereka juga menjadi pro kontra di masyarakat. Banyak warga menginginkan mereka segera direlokasi.

Mengenai relokasi ini Pemprov Sumut menggelar rapat koordinasi penanganan pengungsi Rohingya, Jumat (5/1/2024).

Rapat ini melibatkan Pemkab Deli Serdang, IOM hingga UNHCR. Kemudian Pemkab Deli Serdang, memberi waktu sampai 14 Januari 2024 kepada pengungsi.

"Jadi (dari) Pemkab Deli Serdang (pengungsi Rohingya hanya) sampai tanggal 14 Januari 2024 di sana, baru nanti keputusan lebih lanjut, apa yang harus dilakukan? apakah mendorong ke negara tujuan atau bagaimana nanti itu, nanti ada rapat lanjutannya," ujar Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Sumut, Basarin Yunus Tanjung.

https://medan.kompas.com/read/2024/01/09/183137078/rasa-kemanusiaan-untuk-pengungsi-rohingya-di-deli-serdang-dalam-wujud-nasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke