Salin Artikel

Cerita Pengendara Motor Terpental 15 Meter karena Leher Terjerat Kabel di Simpang Unimed

MEDAN, KOMPAS.com - Peristiwa mengerikan dialami pengendara motor bernama Lutfi Hakim Fauzi (25), Jumat (23/2/2024). Pasalnya leher korban terjerat kabel saat melintasi Simpang Universitas Negeri Medan (Unimed) di Jalan Williem Iskandar.

Akibatnya, Lutfi terpental hingga 15 meter dan sekeliling lehernya terluka. Peristiwa ini pun sempat viral di media sosial.

Menurut Lutfi, peristiwa terjadi sekitar pukul 17.00 WIB. Mulanya dia hendak menjemput istrinya kerja dan melewati rute tersebut, seperti biasanya.

Lutfi kemudian jatuh. Namun ia sempat tidak menyadari jatuh karena lehernya terlilit kabel.

"Yang saya tahu, saya langsung terkapar di aspal dengan posisi telungkup. Setelah berguling beberapa kali, setelah itu, saya juga terkejut. Saya tidak tahu posisi awal terlilit kabel, saya kira saya ketabrak. Nah, jadi di situ saya sempat shock karena ada pengendara lain yang berhenti," ujar Luthfi kepada Kompas.com melalui telepon seluler.

Kemudian Lutfi melihat lehernya sudah berdarah, dia pun kesulitan bergerak karena efek kecelakaan tersebut.

"Ada yang teriak saya mati, karena putus lehernya, memang badan saya terasa kesetrum gitu, terasa kebas sekujur tubuh. Karena ada teriakan seperti itu, saya pegang lah leher saya. Rupanya memang sekeliling leher saya sudah mengeluarkan darah," ujarnya.

Dalam posisi terkapar di aspal, Lutfi melihat banyak warga yang merekam video dirinya. Dia sempat minta tolong pengendara lain, tetapi tidak ada yang langsung menggubrisnya.

"Saya minta tolong untuk diangkat, tapi respons pengendara lain tidak ada lah, hingga akhirnya ada dua orang yang menghampiri. Kebetulan, salah satunya itu petugas di Tiki," ujarnya.

Dari 2 pemuda yang menolongnya, akhirnya Lutfi mengetahui bahwa dia terkapar karena terlilit kabel. Kata orang yang menolongnya, awalnya kabel itu terjatuh setelah ditabrak mobil boks.

"Sehingga kabelnya semacam terpental gitu melilit saya," tutur dia

Kemudian Lutfi dibawa ke klinik terdekat menggunakan becak barang. Namun disaat itu pula, sopir boks yang menabrak kabel melarikan diri.

Setiba di klinik, Lutfi dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi Medan, lantaran luka di lehernya cukup dalam. Di RSUD Pirngadi Lutfi langsung dirawat dokter bedah.

"Dia posisi luka (saya) melingkar hampir full di leher, lukanya ini sama seperti luka bakar, karena terjadi gesekan kulit dengan kabel optik yang keras," ujarnya.

Namun saat berobat, biayanya tidak ditanggung BPJS Kesehatan karena merupakan korban kecelakaan.

"Jadi kemarin, Pirngadi menyarankan buat surat ke polisi untuk klaim biaya di Jasa Raharja. Namun saat saya ke petugas lantas mereka bilang kecelakaan saya Itu kategori tunggal. Jadi regulasi di Jasa Raharja tidak bisa mengcover kecelakaan tunggal," ungkapnya

Meskipun begitu, kini dia sudah keluar dari rumah sakit dan berobat jalan di rumah.

"Saya rawat jalan sudah di rumah, karena biaya mandiri kan, karena juga hasil ronsen, kata dokter kondisi (bagian tubuh) dalam masih baik. Kondisi luar yang butuh proses penyembuhan lebih lama," ujar warga Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang.

Disinggung apakah pihaknya akan membawa kasus ini ke jalur hukum, Lutfi menjawabnya tidak.

"Petugas piket (polisi) memang ada menyarankan kalau mau dibantu untuk proses hukum, bisa tapi harus menuntut pihak mobil boks dan pihak pemilik kabel, nah itu kan prosesnya tidak sebentar dan kendaraan harus ditahan sebagai barang bukti," tutur dia.

"Jadi hasil kesepakatan keluarga kita juga bukan orang mampu, kendaraan cuma satu dan proses hukum membutuhkan mobilitas yang tinggi. Kita takutnya tidak punya biaya ke situ,'' ujarnya.

https://medan.kompas.com/read/2024/02/28/151335278/cerita-pengendara-motor-terpental-15-meter-karena-leher-terjerat-kabel-di

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com