Salin Artikel

Bobby Minta Tembok Sekolah Swasta yang Tutup Jalan Dihancurkan

Dia menyebut, jalan yang berada di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun tersebut, milik Pemerintah Kota Medan.

Selain itu, proses penembokannya pun tidak seizin Pemerintah Kota Medan.

"Sudah saya sampaikan, wajib dibuka itu (temboknya), itu gang punya kita, enggak ada izinnya (penembokan itu)," ujar Bobby saat diwawancarai wartawan di Gedung Serbaguna PKK Medan, Rabu (6/3/2024).

Bobby mengatakan akan menyampaikan secara lisan dan tertulis ke sekolah agar segera menghancurkan tembok tersebut.

"Masa yang nembok (mereka), orang yang hancurin," katanya.

"Yang pasti nanti secara langsung disampaikan pada pihak (sekolah) kalau memang penyampaian langsung ini enggak direspons juga, nanti kita suratin secara resmi," tambah Bobby.

Bobby sendiri memberi waktu seminggu ke pihak sekolah untuk menghancurkan tembok tersebut.

"Harus Minggu ini (dihancurkan tembok itu), karena itu ganggu warga ya dan secara aturan juga jalan itu punya Pemko Medan, yang diperuntukan untuk akses warga," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Sekolah Global Prima menembok akses jalan warga Lingkungan 1, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan sejak, Kamis (29/2/2024).

Kondisi ini menyebabkan keresahan warga, jalan tersebut merupakan alternatif yang kerap digunakan warga lebih 27 tahun belakangan ini.


Pantauan Kompas.com, Senin (4/3/2023) akses jalan yang ditutup sebelumnya bernama Gang Abadi.

Panjang jalan tersebut sekitar 100 meter dan lebar 2 meter. Jalan tersebut berada di antara dua Gedung Sekolah Global Prima.

Sementara bagi warga Lingkungan 1, sehari-hari melintasi jalan itu, untuk akses ke Jalan Brigjen Katamso, yang merupakan jalan protokol.

Terkait polemik ini Pemerintah Kota Medan memediasi warga dan pihak sekolah di kantor Lurah Sei Mati, Senin (4/3/2024).

Humas Yayasan Prima Medan, Devi Marlin mengatakan alasan penembokan demi melindungi siswa sekolah Global Prima.

Menurutnya, banyak kejahatan yang dilakukan melalui gang tersebut.

Pihak sekolah juga kerap kemalingan lalu kata dia dari gang tersebut pernah ada mayat anak-anak dibuang ke sekolah.

Sementara itu Kepling 1, Kelurahan Sei Mati, Dedy Ichtisan mengatakan berdasarkan keterangan warga Gang Abadi merupakan aset Pemko Medan.

"Setahu kita dari awal-awal, dari saya di sana masyarakat ya, itu sekarang udah gang (milik) Pemko Medan dan sudah jadi fasilitas umum," ujarnya di Kantor Lurah Sei Mati

Kata Dedy, berdasarkan hasil mediasi hari ini, Pemkot Medan akan merobohkan tembok yang dibangun sekolah Prima Global dalam waktu dekat.

Namun terlebih dahulu pihak keluarahan akan menyurati sekolah Prima Global.

"Kita dari kelurahan dan pihak kecamatan akan membuat surat akan menyampaikan ke pihak terkait karena pihak Global juga belum ada jawaban kapan merubuhkan tembok itu, jadi akan dirobohkan," ujarnya.

Sementara itu salah seorang warga bernama Salim mengatakan meski ada akses jalan lain di Lingkungan 1, tapi keberadaan Gang Abadi begitu penting bagi warga di sana.

Pasalnya, hanya dari jalan tersebut akses mobil bisa melewati lingkungan padat penduduk tersebut.

“Maaf-maafnya ya, kalau ada yang sakit atau kebakaran, hanya gang ini yang bisa masuk ambulans atau mobil kebakaran,” ujarnya.

https://medan.kompas.com/read/2024/03/06/150406078/bobby-minta-tembok-sekolah-swasta-yang-tutup-jalan-dihancurkan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com