Salin Artikel

Pak Tomo, Marbut yang Riang Gembira Beribadah dan Bekerja di Masjid Raya Medan

Dia beribadah sembari bekerja dengan riang gembira dalam masjid itu.

Pak Tomo kini menjadi marbut paling senior di antara 15 orang lainnya yang mengurus kebutuhan jemaah di masjid raya.

Sosoknya dikenal sebagai pribadi yang ramah dan humoris di kalangan jemaah masjid.

"Sejak kerja di sini bahasa Inggris saya yang dulu cuma tahu yes thank you, yes thank you, jadi sedikit-sedikit pandai. Kalau orang bule bilang mosque, artinya mereka minta diantar ke masjid. Kalau dulu saya kira mosque itu termos," ujar Pak Tomo bercerita pengalamannya menjadi marbot kepada Kompas.com sambil tertawa, Sabtu (24/3/2024).

Maklum saja, Pak Tomo sering berjumpa dengan turis. 

Pasalnya, Masjid Raya Al Mashun merupakan cagar budaya peninggalan Kesultanan deli yang sudah berdiri sejak 1909. Wisatawan lokal maupun mancanegara kerap datang ke sana.

Di sela-sela perbincangan, dia meminta izin menyiapkan makanan berbuka berupa teh manis dan bubur sup khas Masjid Raya Al Mashun.

Ada 500 porsi makanan yang disiapkan bagi jemaah lain. Kegiatan ini rutin yang dilakukan Masjid Raya Medan selama Ramadhan.

"Itu tugas tambahan selama Ramadhan, kalau sehari-harinya tugas saya sebagai pengawas (keamanan), jadi petugas kebersihan, babat rumput sampai mengurus halaman," ujar Pak Tomo.

Aktivitas tersebut sudah dilakukannya sejak 1997. Mulanya Pak Tomo bekerja di bidang keamanan Kelurahan Mesjid, Kecamatan Medan Kota.

Lalu pihak kelurahan memandatkan bekerja menjadi marbut di Masjid Raya Al Mashun. Kegiatan ini di lakoni sehari-hari dengan konsisten.

Setiap 08.00 WIB, dia tiba di masjid, lalu melakukan aktivitas bersih-bersih masjid, sebelumnya akhirnya pulang sekitar pukul 17.00 WIB.

Tidak jarang juga dia menjadi pemandu bagi turis lokal maupun mancanegara yang hadir.

Meskipun penghasilannya hanya Rp 900.000 per bulan, ayah tujuh anak ini begitu menikmati aktivitas sehari-harinya.

Kata dia, selama menjadi marbot rezeki datang tidak terduga.

"Kalau dipikir pikir gaji Rp 900.000 ya enggak cukup, cuma Allah menolong dengan keluasan hati. (Kalau) kita kita ladeni tamu, mandu, bawa dia sana-sini, jadi itulah, dikasih kita belas kasih (uang). Ini rezeki dari Allah," ujarnya sambil tersenyum.

Kata dia, pekerjaan ini membuatnya disiplin beribadah, terutama saat shalat berjemaah. Keadaan itu juga kerap membuat hatinya tenang.

"Walaupun rezeki tidak banyak, Allah tetap mencukupkannya. Diganti dengan pikiran selalu tenang dan lapang," ujarnya.

Pak Tomo menjadikan pekerjaan juga sebagai ibadah, meski usianya tidak muda lagi, saban hari dia datang ke masjid.

Dia menganggap Masjid Raya Al Mashun sudah seperti rumahnya sendiri, tidak ada hari libur baginya, demi memakmurkan masjid.

"Kalau macam saya ini enggak ada istilah kalender merah, kuning, hijau, tapi kalau sakit baru istirahat. Masjid ini sudah seperti rumah sendiri, masa di rumah sendiri ada liburnya," ujarnya sambil tertawa.

Meskipun begitu, Pak Tomo tidak menampik selama Ramadhan pekerjaannya semakin bertambah, lantaran harus melayani jamaah yang berbuka puasa maupun yang sekedar meminta bubur pedas khas Masjid Raya Al Mashun.

"Jadi kalau bubur ini mulai dibagi jam 15.00 WIB, setelah sudah selesai dimasak itulah diberikan ke jemaah, ada yang membawa rantang. Tapi ada juga jam 17.00 lalu meminta bubur. Ya kalau masih saya kasih juga, tapi tetap yang diutamakan bubur untuk yang berbuka puasa bersama," ujarnya.

Pak Tomo mengatakan pengabdian yang dilakukannya semata-mata hanya mengharap ridha Allah.

Sebagai manusia, dia juga hanya bisa berikhtiar dan berdoa agar juga diberikan nikmat iman dan taqwa.

"Saya di sini hanya mengabdi ke jalan Allah, itu saja," ujarnya.

Siapa sangka dari pengabdiannya ini, Pak Tomo mendapatkan rezeki pergi ke haji pada 2014. Kala itu yang memberikannya mantan Wali Kota Medan Abdillah.

"Dia ngomong sama saya mula-mula katanya, bapak sudah berapa tahun di sini, 17 tahun saya bilang, waktu itu. 'Bapak mau naik haji, minta sama Raja (Sultan Deli)' kemudian diberikan ke saya, saya pun naik haji," ujarnya.

"Enggak nyangka saya pergi haji, orang lain bayar dan nunggu puluhan tahun, ini rezeki dari Allah," tutupnya.

https://medan.kompas.com/read/2024/03/24/175049178/pak-tomo-marbut-yang-riang-gembira-beribadah-dan-bekerja-di-masjid-raya-medan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke