Salin Artikel

Disdik Sumut Sebut Ada Informasi Simpang Siur soal Kematian Siswa SMK di Nias

Mereka menyebut ada informasi simpang siur terkait kronologi kematian YN.

Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Sumatera Utara Suhendri menyebutkan, dalam berbagai pemberitaan ada yang menyebut dugaan penganiayaan terjadi pada Sabtu (23/3/2024).

"Ternyata informasi Kacabdis (Kepala Cabang Dinas Pendidikan) melalui keterangan teman ananda YN, kejadiannya (16/3/2024), kemudian ada di berita (YN) dijemur di lapangan, ternyata faktanya tidak ada, jadi hiperbola juga beritanya," ujar Suhendri saat dihubungi Kompas.com, melalui telepon seluler, Jumat (19/4/2024).

Suhendri lalu meminta semua pihak bersabar menunggu hasil penyelidikan polisi untuk mengungkap kejadian sebenarnya.

"Kita juga tidak terlalu maju juga, karena penanganannya ditangani kepolisian, jadi hemat kami kita tunggu (penyidikan polisi)," ujarnya.

Sisi lain, Suhendri juga menyayangkan peristiwa ini bisa terjadi.

Prinsipnya, kata dia, Dinas Pendidikan Sumut terus menekankan penghapusan segala tindak kekerasan di sekolah.

"Itu menjadi bahagian terus kita dorong kita ingatkan ke satuan pendidikan sesuai dengan kewenangan kita, apa yang terjadi hari ini kita turut prihatin," katanya

Suhendri juga mengatakan setelah mendapatkan pemberitaan YN, Senin (15/4/2024), Dinas Pendidikan Sumatera Utara langsung turun tangan menyelidikinya.

"Dari pemberitaan yang kami dapat kemarin, kami sudah minta kepada Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XIV, melakukan percepatan mencari tahu informasi sedetail detailnya untuk melaporkan," ujar Suhendri.

Dinas Pendidikan Sumatera Utara juga menonaktifkan Kepsek SZ dari jabatannya agar lebih fokus menjalani pemeriksaan.

"Ini supaya kepala sekolah bisa lebih fokus dalam proses ini, kita sarankan untuk penonaktifan langsung dalam urusan ini, ini sedang berproses dinonaktifkan sementara," tutupnya.


Kepsek bantah

Sementara itu Kepala Cabang Disdik Wilayah XIV Sumatera Utara, Yasokhi Hia, mengatakan kepsek SZ membantah menganiaya YN saat diperiksa pihaknya, Selasa (16/4/2024).

"Kepsek sudah kami BAP (berita acara pemeriksaan), dia (SZ) mengakui melakukan pembinaan, bukan menganiaya atau kekerasan, itulah jawaban beliau," ujar Yasokhi membeberkan hasil pemeriksaan Disdik terhadap SZ, saat dihubungi Kompas.com, melalui telepon seluler, Jumat (19/4/2024).

Kata Yasokhi berdasarkan pengakuan SZ, peristiwa bermula saat YN dan 7 teman sekelasnya menjalankan pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di kantor Camat Siduaori.

Kemudian Sekretaris Camat Siduaori menelepon SZ pada Jumat (15/4/2024). Dia menyebut para siswa Prakerin sulit untuk disuruh bekerja.

"Sekcam menanyakan ke Kepsek apakah siswa prakerin bisa disuruh dan pada saat menelpon dan Kepsek mengatakan bahwa bisa, sekretaris camat menjawab saya pikir mereka tidak bisa disuruh, kalau tidak bisa disuruh sebaiknya mereka dijemput, hari Senin (18/3/2024)," ujar Yasokhi menirukan ucapan SZ.

Selanjutnya, kata Yasokhi, SZ meminta sekretaris camat memaklumi tingkah laku para siswanya. SZ saat itu berjanji akan mengevaluasi kedelapan siswa prakerin tersebut.

Keesokan harinya, 16 Maret 2024, SZ mengumpulkan kedelapan siswa tersebut termasuk YN ke dalam ruang kelas SMK Siduaori dengan didampingi dua guru.

Saat di ruang kelas itu lah, muncul informasi yang menyebutkan SZ menganiaya korban dan 7 orang temannya.

Namun, berdasarkan pengakuan SZ, itu sama sekali tidak terjadi. Dinas Pendidikan Sumatera Utara juga telah mengkonfirmasi ke tujuh siswa Prakerin yang dibina SZ.

Kata para siswa, di ruang kelas, SZ awalnya bertanya ke mereka dan YN, apakah benar mereka membuat masalah di kantor camat.

Awalnya mereka tidak mengaku, setelah didesak akhirnya para siswa mengakuinya.

"Mereka akui ada kesalahan, mereka sekretaris camat menyuruh mereka mengangkat genset, tetapi mereka (tidak mau), alasan siswa itu tidak dengar pak (saat disuruh), disitulah kepala sekolah mengepalkan tangannya, bukan ditinju tapi didorong ke kening ke delapan siswa tersebut," ujar Yasokhi.

Yasokhi menjelaskan jumlah dorongan kepalan tangan itu bervariatif ke siswa tersebut, ada yang empat kali, tiga kali dan dua kali.

"Saya tanya kalau ke almarhum berapa kali? mereka jawab serentak 2 kali," ujar Yasokhi.

Namun kata tujuh saksi tersebut, dorongan itu tidak keras.

"Saat itu tidak ada diantara kami mengeluh sakit sama sekali, tidak ada yang jatuh saat itu, tidak ada yang oleng, waktu Kepsek melakukan pembinaan," ujar Yasokhi menirukan dialognya dengan para siswa saat pemeriksaan.

Sebelumnya diberitakan, YN (17), pelajar SMK Negeri 1 Siduaori, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, tewas diduga dianiaya kepala sekolahnya, SZ (37).

Korban diduga dipukul di bagian kening sebanyak lima kali oleh SZ. Usai dipukul, korban mengalami pusing di hari yang sama. YN sempat menjalani perawatan di rumah sakit.

Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka bekas pukulan di bagian kening sehingga membuat salah satu saraf tidak berfungsi. Keadaan ini membuat kondisi korban semakin parah hingga akhirnya meninggal pada 15 April.

https://medan.kompas.com/read/2024/04/19/221509078/disdik-sumut-sebut-ada-informasi-simpang-siur-soal-kematian-siswa-smk-di-nias

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke