Salin Artikel

Ternyata Bayi yang Diduga Diculik di Medan Dijual Ayahnya Rp 15 Juta

MEDAN, KOMPAS.com - Polisi akhirnya mengungkap fakta di balik video viral 3 penculik bayi ditangkap di seputaran Pasar Tradisional Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Senin (6/5/2024). Ternyata bayi 11 bulan tersebut dijual oleh ayahnya.

"Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh penyidik, menyatakan bahwa anak tersebut merupakan korban perdagangan anak yang dilakukan oleh orangtuanya, ayahnya berinisial FG (25)," ujar Wakapolrestabes Medan, AKP Zikri Muamar kepada wartawan di Polrestabes Medan, Rabu (8/5/2024).

Kata Zikri, saat beraksi, FG memosting informasi di Facebook pribadinya bahwa dia sedang membutuhkan orangtua asuh untuk anaknya.

Postingan itu diunggah awal Mei 2024. Kemudian postingan itu dilihat 2 tersangka wanita, NJH (41) dan AHBS (25).

Mereka kemudian menawarkan diri untuk membeli bayi tersebut. Pada Jumat (3/5/2024) transaksi jual beli bayi dilakukan di sebuah tempat di Kecamatan Medan Tuntungan.

"Transaksi (bayi tersebut) dengan sejumlah uang kurang lebih Rp 15 juta," ujar Zikri.

Usai menjalankan aksinya, FG kabur dan kini polisi masih mencari keberadaannya. Kata Zikri, FG menjual bayinya tanpa sepengetahuan istrinya. Pasca-sadar bayinya hilang, ibu korban memosting informasi kehilangan bayinya di akun Facebooknya.

Postingan itu lalu diketahui oleh pelaku NJH dan AHBS. Mereka lalu menghubungi ibu korban.

Keduanya lalu menjanjikan akan mengembalikan bayi tersebut bila ibu korban mau menebus bayi itu Rp16 juta.

Kemudian disepakatilah lokasi pertemuan di dekat Pasar Tradisional Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan.

Saat tersangka datang, ibu korban berteriak minta tolong. Pelaku langsung ditangkap warga, lalu diserahkan ke polisi. Kini, polisi masih memburu FG yang masih buron.

"Saat ini FG sedang dalam proses pencarian, karena FG ini orangtua laki-laki dari korban yang sampai saat ini (atau) semenjak kejadian telah kabur," ungkap Zikri.

Dari penyelidikan sementara, pelaku menjalankan aksinya karena motif ekonomi. Namun Zikri belum mendetailkannya. Polisi juga masih mendalami apakah 2 tersangka yang ditangkap merupakan sindikat penjual anak.

"Masih kita dalami," ujar Zikri seraya mengatakan, bayi tersebut sudah diserahkan ke ibunya. 

Berita sebelumnya, kasus ini sempat heboh di media sosial. Dilihat dari akun Instagram @Medanheadline.news, awalnya tampak 3 pelaku digiring warga keluar dari sebuah rumah.

Suasana begitu ramai saat pelaku digiring warga. Bahkan pelaku nyaris dipukuli warga. 

Di narasi video dijelaskan awalnya anak korban diculik pelaku lalu pelaku minta tebusan di sebuah tempat. Saat bertemu di Jalan Jahe Perumnas Simalingkar, pelaku ditangkap warga.

https://medan.kompas.com/read/2024/05/08/225220178/ternyata-bayi-yang-diduga-diculik-di-medan-dijual-ayahnya-rp-15-juta

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com