Salin Artikel

Balita di Medan Tewas Dianiaya Ayah Tiri, Ibu Kandung dan Paman Ikut Buang Jenazah

KOMPAS.com - Balita berinisial APN (5) di Medan, Sumatera Utara (Sumut), tewas dianiaya ayah tirinya, Muhammad Baginda Siregar.

Penganiayaan terjadi pada 9 Maret 2023 di rumah pelaku, Jalan Alumunium, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Medan.

Usai membunuh korban, Baginda bersama ibu kandung korban, Ardila Hakim; dan adik pelaku, Raj Samjani Siregar; membuang jenazah bocah tersebut ke Jalan Lintas Sipirok, Desa Pansur Napitupu, Kecamatan Siatas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut.

Kasus ini baru terungkap pada Mei 2024, atau lebih dari setahun.

Terbongkarnya kasus ini bermula saat ayah kandung korban sekaligus mantan suami Ardila, Riski Kurniawan Nasution (28), mendapat kabar dari sepupu mantan istrinya pada 1 Mei 2024.

Ia mengabarkan bahwa APN sudah meninggal. Akan tetapi, penyebab meninggalnya belum diketahui.

Riski yang bekerja di Jakarta, coba mencari tahu lewat ibu dan kakaknya. Lalu pada 3 Mei 2024, Ardila mengaku ke Riski bahwa APN meninggal. Hanya saja, Ardila menyebutkan korban meninggal akibat kejang karena demam tinggi.

Ardila mengatakan, korban dimakamkan di Kampung Kolam, Kabupaten Deli Serdang, Sumut.

Meski demikian, Riski tak memercayai perkataan Ardila. Riski kemudian kembali mencari tahu lewat sepupu mantan istrinya. Ia akhirnya mendapat fakta bahwa APN tewas dianiaya suami Ardila saat ini, Baginda.

"Setelah itu sudah cerita, sebenarnya saya sudah tahu kebenarannya bagaimana. Tapi saya pancing dia (Ardila) coba cerita dan supaya dia ketemu dengan keluarga saya, kakak saya," ujar Riski di Medan, Jumat (11/5/2024), dikutip dari Tribunnews.

Pada 4 Mei 2024, Riski pulang ke Medan. Dua hari kemudian, 6 Mei 2024, dia membawa Ardila ke Kepolisian Daerah (Polda) Sumut.

Penganiayaan itu bermula ketika korban memberi tahu ayah tirinya bahwa Ardila kerap video call dengan pria lain. Tatkala ditanyai Baginda, Ardila membantah hal tersebut.

Tersulut emosi, Baginda lantas menumpahkan kekesalannya kepada APN.

Untuk diketahui, Riski berpisah dengan Ardila pada 2021 setelah empat tahun menikah.

Beberapa tahun belakangan, Riski sempat menanyakan kabar APN kepada Ardila. Akan tetapi mantan istrinya selalu menolak memberikan kabar anaknya.

"Dia bilang, 'Aku sudah punya sumai. Gak usah kau campuri rumah tangga aku'," ucap Riski.

Ia menduga, pesan itu ditulis oleh Baginda.

Saat ini, polisi telah menangkap tiga orang yang terlibat dalam tewasnya APN.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Sumut Kombes Sumaryono menuturkan, Ardila buka suara ketika dibawa Riski ke polisi.

Sewaktu diinterogasi, Ardila mengakui Baginda-lah yang membunuh APN. Adapun dirinya dan adik pelaku, Raj Samjani Siregar, ikut membuang jenazah korban.

Penganiayaan terjadi pada 9 maret 2024. Usai menganiaya korban bertubi-tubi, Baginda panik karena tubuh korban tak bergerak.

"Melihat korban tak bergerak, pelaku panik dan menyuruh ibu korban memberikan pertolongan dengan cara membuat bantuan pernapasan, tetapi tidak tertolong," ungkap Sumaryono, dilansir dari Tribunnews.

Mengetahui korban tak lagi bernyawa, Baginda terpikir untuk membuang jenazah APN. Ia lantas menghubungi Raj agar menyewa mobil.

Tiga pelaku itu berangkat dari Medan ke Tapanuli Utara pada 9 Maret 2023 sekitar pukul 21.00 WIB.

Pukul 02.00 WIB, mereka tiba di Tapanuli Utara. Pelaku kemudian membuang jasad korban.

"Setelah selesai membuang mayat korban, ketiga pelaku kembali ke rumah," tuturnya.

Usai kejahatannya terungkap, Baginda diciduk di sebuah rumah kos di daerah Mabar, Kecamatan Medan Deli, pada 6 Mei 2024. Polisi menetapkan Baginda sebagai tersangka utama.

Lalu, pada 7 Mei 2024, polisi membekuk Raj di Kecamatan Medan Area.

Dengan terungkapnya kasus ini, Riski berharap agar proses hukum terhadap tiga tersangka dapat berjalan seadil-adilnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Awal Kasus Pembunuhan Balita di Medan Terungkap, Ayah Tiri dan Ibu Kandung Buang Jasad ke Tapanuli; dan Peran 3 Tersangka Pembunuhan Balita di Medan, Ayah Tiri, Ibu Kandung hingga Paman Terlibat

https://medan.kompas.com/read/2024/05/13/082952778/balita-di-medan-tewas-dianiaya-ayah-tiri-ibu-kandung-dan-paman-ikut-buang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com