Salin Artikel

Bayar Listrik Tiap Bulan, KWh Meter Pedagang Martabak di Medan Dicabut PLN Usai Video Pemalakan Viral

MEDAN, KOMPAS.com - Meteran listrik (KWh meter) pedagang martabak bernama Amen (46), di Jalan Gajah Mada, Kota Medan, dicabut PLN, Rabu (15/5/2024).

Pencabutan dilakukan pasca-viral video Amen diduga dipalak anggota Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan pada Senin (13/5/2024).

Amen mengaku tidak tahu siapa pihak yang mencabutnya. Apalagi tidak ada pemberitahuan sama sekali dari PLN.

"Sampai saat ini, saya nggak tahu siapa yang mengambil meteran listrik saya," ujar Amen saat diwawancarai wartawan di sekitar lokasi jualannya, Rabu (15/5/2024) malam.

Amen berjualan menggunakan mobil. Dia memanfaatkan meteran listrik di salah satu tiang dekat lapaknya berjualan di atas trotoar. Dia mengakui kesalahannya berjualan di atas trotoar.

Namun dia mempertanyakan mengapa meteran listrik itu dicabut. Padahal proses pengurusan izinnya sesuai prosedur. Dia pun rutin membayar iuran listrik tiap bulan

"Meteran saya resmi, gak curi arus," ujarnya.

Hari ini pihaknya akan mendatangi kantor PLN di Kecamatan Sei Batu Gingging, Kota Medan. Sebab di sana tempat awalnya dia mendaftarkan meteran listrik.

"Saya mendaftar meteran tersebut (di sana). Saya mau menanyakan dan meminta data siapa pihak petugas yang mencabut meteran saya (kenapa) tanpa memberitahu ke saya," beber dia.

Sementara itu, Manager Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PLN Sumut, Surya Sitepu, membenarkan pencabutan meteran tersebut.

Namun untuk informasi lengkapnya dirinya masih berkordinasi dengan PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Medan.

"Iya, tapi sebetulnya ini lagi saya telusuri ke PLN UP3 Medan, nanti kalau sudah dapat keterangan nanti saya konfirmasi lagi," ujar Surya saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan, Iswar Lubis beralasan, pencabutan itu dilakukan guna menertibkan parkir liar di lokasi tersebut. Pihaknya lalu berkordinasi dengan PLN.

"Karena KWh Meter itu sehari-hari dipakai oleh pedagang martabak dengan memarkirkan kendaraannya di atas trotoar, maka KWh Meter tersebut dicabut oleh PLN supaya pedagang tersebut tidak lagi memarkirkan kendaraannya di atas trotoar," ujar Iswar Lubis dalam keterangan tertulisnya.

Iswar menegaskan, pihaknya tidak pernah menertibkan pedagang, karena itu bukan wewenangnya. Pihaknya berfokus pada penertiban parkir di atas trotoar.

"Yang kita tertibkan itu parkirnya, bukan aktivitas berdagangnya. Kalau pedagang itu berjualan dengan tenda atau perangkat dagang lainnya di atas trotoar, itu bukan ranah Dishub untuk menertibkannya," ungkap dia.

"Tapi kalau pedagang itu parkir di atas trotoar, meskipun tujuannya untuk berdagang, tetap akan kita tertibkan," tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, Amen dilaporkan anggota Dishub Medan ke polisi atas dugaan pelanggaran UU ITE. Amen dilaporkan karena menuduh anggota Dishub Medan memalak dengan meminta martabak gratis.

Dugaan pemalakan itu direkam Amen dan videonya viral. Amen mengatakan, petugas Dishub Medan meminta martabak gratis lewat juru parkir. Sementara Kepala Dishub Medan Iswar membantah anak buahnya melakukan pemalakan.

Merasa difitnah, anggota Dishub Medan yang ada dalam video viral, melaporkan Amen ke polisi.

https://medan.kompas.com/read/2024/05/16/141220078/bayar-listrik-tiap-bulan-kwh-meter-pedagang-martabak-di-medan-dicabut-pln-usai

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com